9. Playing Hard to Get

444 66 17
                                    

Sejak pagi hingga siang, Junhui tak mampu fokus dalam beraktivitas. Rasa kantuk dan sakit kepala terus menerus menyerangnya tanpa jeda. Mungkin akibat tak bisa tidur lagi setelah mengetahui dini hari tadi Wonwoo sempat ingin menemuinya.

Iya, Junhui tak bisa berhenti memikirkan sang pria yang tadi malam sudah menolaknya.

Mengejutkannya, sang pria yang terus bersemayam dalam pikiran tiba-tiba muncul di hadapan ketika Junhui hendak meninggalkan toko guna makan siang; mereka berpapasan tepat di depan pintu.

"Jun-ah ...." sapa Wonwoo tanpa senyuman.

"W-wonwoo? Ada apa ke sini?"

"Aku sedang memenuhi keinginanmu berupa tidak menghilang lagi setelah kita kencan."

"Ssssh!" Junhui hampir menginjak kaki Wonwoo, namun tidak jadi karena dirinya harus berubah; tidak boleh bersikap kasar pada orang lain lagi. "Jangan mengatakan hal semacam itu di sini. Aku tak mau para karyawan tahu bahwa aku seorang gay."

Wonwoo mengangkat kedua alis tanpa mengucapkan sepatah kata.

"Ikut ke ruanganku," Junhui berbalik badan kemudian berjalan cepat menuju ruangan pribadinya.

Setelah mereka tiba di ruangan tersebut, Junhui mempersilakan sang tamu untuk duduk di sofa. Setelah Wonwoo duduk di ujung, Junhui pun duduk di ujung lainnya.

Jujur, Junhui merasa sedih dengan adanya jarak di antara mereka. Tapi mau bagaimana lagi, ia tak mau membuat sang tamu merasa tak nyaman bila nekat untuk duduk di dekatnya.

"Maaf tadi aku galak padamu," gumam Junhui memulai obrolan. "Aku hanya tak ingin para karyawan tahu bos mereka seorang gay. Aku tak mau dipandang menjijikkan lagi oleh orang-orang di sekitarku."

Hening.

Wonwoo seakan membisu dan menatap Junhui dengan tatapan yang tak bisa diartikan. Entah apa yang sedang dipikirkan pria tampan itu, Junhui tidak mampu sedikitpun menerka.

Tak lama kemudian Wonwoo mulai membuka suara --itupun bukan untuk merespon perkataan Junhui sebelumnya.

"Sebenarnya aku datang ke sini sekalian untuk meminta maaf atas sikap dan perkataanku semalam."

"Wonwoo ..." Junhui tersenyum tipis. "Asal kau tahu. Apa yang kau katakan semalam itu ada benarnya. Aku memang gampangan. Kalau aku tidak gampangan, aku tak mungkin mau terus menerus pergi kencan dengan seseorang yang tidak aku sukai hanya karena berharap orang itu bersedia meniduriku suatu saat nanti. Jadi ya ... sebaiknya kau berhenti merasa bersalah dan jangan meminta maaf padaku lagi. Aku merasa tidak pantas mendapatkan permintaan maaf darimu terus menerus seperti ini."

Wonwoo menghela napas berat selagi kepalanya menggeleng pelan. Ia tampak tak setuju dengan apa yang Junhui utarakan.

"Kau menyukaiku, Jun-ah. Bila kau tidak menyukaiku, lalu kenapa kau buru-buru datang ke restoran untuk kencan kedua kita? Kenapa kau betah berada di dekatku sampai menawarkan diri mengantarku ke halte segala? Kenapa kau ingin tetap menemaniku sampai menolak ajakan Soonyoung untuk pulang? Kenapa kau memintaku mengirim pesan setelah aku tiba di rumah demi memastikan aku dalam keadaan baik-baik saja?

"Kenapa kau sangat senang saat aku datang ke rumahmu? Kenapa kau menerimaku apa adanya padahal aku tak pernah berusaha untuk merebut hatimu? Kenapa kau tetap peduli padaku meskipun aku sudah menyakiti hatimu? Dan kenapa kau bisa begitu percaya kepadaku padahal aku bukan siapa-siapamu?

"Kalau itu bukan karena kau menyukaiku, lalu kenapa kau melakukan itu semua untukku, Jun-ah? Apa kau mengetahui jawabannya?"

Junhui menggeleng lemah dengan kepala menunduk dalam. Jujur, ia sangat tak mengerti mengapa bisa melakukan itu semua demi Wonwoo, seorang pria yang baru ia temui sebanyak empat kali dan bahkan tidak begitu ia kenali.

Look at Me [WONHUIGYU]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang