4. Our First Kiss

620 77 44
                                    

"Soonyoungie ... Kau sudah berani memarahiku ...."

Ucapan Junhui berhasil mendinginkan suasana. Meskipun tidak mengatakan apa-apa, setidaknya raut wajah Soonyoung tidak lagi menunjukkan kemarahan seperti sebelumnya.

Sisa perjalanan diisi dengan Junhui yang bersenandung riang, melukiskan kebahagiaannya yang baru selesai berkencan dengan seorang pria tampan.

Sebenarnya, Junhui ingin bertanya ini mobil siapa, namun ia merasa gengsi jika harus memulai obrolan dengan seseorang yang sudah mendiamkannya. Lagipula, tak pernah ada dalam kamus pertemanan mereka bahwa Junhui menjadi pihak yang rela mengalah. Tidak ada! Yang harus mengalah hanya Soonyoung! Wajib Soonyoung!

Maka ketika mobil terparkir di seberang rumahnya, Junhui buru-buru membuka pintu sambil mengucapkan "terima kasih" dengan ketus tanpa sedikitpun melirik ke arah sang sopir.

Saat hendak turun, tiba-tiba tangannya ditarik oleh Soonyoung.

"Junnie ... Maaf."

Junhui bersorak dalam hati. Inilah salah satu adegan dalam drama yang paling ia sukai; si pria menahan kepergian pasangannya saat mereka bertengkar. Ah ... Junhui jadi teringat saat Wonwoo tiba-tiba memeluknya di kencan pertama mereka saat Junhui mengomel kepadanya.

"Junnie ... Jangan pergi kencan dengan Wonwoo lagi, ya?"

Junhui yang tadinya tersenyum penuh kemenangan kini langsung berwajah masam.

"Memangnya kenapa? Bukankah kau sendiri yang sudah memperkenalkan kami berdua? Harusnya kau senang aku pergi berkencan dengannya!"

Soonyoung tersenyum pahit kemudian menarik napas panjang, bersiap untuk menjelaskan.

"Junnie ... Tadi Mingyu terus bertanya padaku apa kira-kira penyebab kau tidak bisa menerima video call darinya. Aku jawab mungkin kau sedang ingin menyendiri. Dia tak percaya, sehingga menyuruhku untuk mencarimu menggunakan mobilnya. Aku tak berani menolak perintahnya, Junnie. Maka mau tak mau tadi aku mulai mencarimu.

"Tapi aku tak kunjung berhasil menemukanmu. Jadi aku begitu marah saat menerima pesan dari Wonwoo yang berisi perintah untuk menjemputmu di halte itu. Aku marah mengetahui kau berkencan dengannya padahal tanpa kau sadari ada Mingyu yang begitu khawatir sesuatu yang buruk sedang terjadi kepadamu.

"Di sisi lain, aku juga tak berani meminta Wonwoo untuk berhenti pergi kencan denganmu. Itu sebabnya hanya dirimu yang aku larang pergi berkencan dengannya lagi. Jadi tolong ya, Junnie. Jangan buat Mingyu kecewa seperti tadi."

Mata Junhui berubah sayu, kedua tangannya lantas menangkup wajah sang teman yang kini tampak bersedih.

"Soonyoungie ... Jangan khawatir ya. Aku akan memarahi mereka berdua supaya mereka tidak pernah lagi menyuruh-nyuruhmu seenaknya. Kau percaya padaku, 'kan?"

Bukannya mengangguk atau tersenyum, Soonyoung malah menekan kuat kedua pipi Junhui hingga bibir sang pria China kini maju seperti bebek. Sepertinya Soonyoung kesal. Aneh. Junhui tidak merasa salah bicara.

"Dari tadi aku bicara panjang lebar, malah itu inti yang kau tangkap?"

Junhui mengangguk dengan polosnya.

Soonyoung tersenyum; ini jenis senyum yang Junhui ketahui sebagai tanda bahwa sang teman sedang menahan kekesalan.

"Jangan marah," lirih Junhui dengan tatapan memohon.

"Tidak, tidak. Aku tidak marah. Dengar, ya. Maksudku tadi itu Mingyu dan Wonwoo sama-sama tertarik padamu. Dan yang paling perhatian padamu adalah Mingyu. Jadi kau harus berhenti pergi kencan dengan Wonwoo supaya kau tidak lagi mengecewakan Mingyu. Paham?"

Look at Me [WONHUIGYU]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang