~*~
Yejin tampak sibuk dengan layar ponselnya. Gerakannya yang sedari tadi bolak balik di samping ranjang tidurnya menandakan ia sedang gelisah.
"Non Yejin, ada apa?" sapa Nami datang menghampiri.
Pintu kamarnya setengah terbuka, sehingga Nami bisa melihat apa yang dilakukan Yejin dari luar. Nami yang tampaknya khawatir langsung datang menemui Yejin.
"Yejin gapapa kok bi," balas Yejin spontan begitu Nami sudah berada di dekatnya.
"Ya sudah, bibi mandiin Haechan dulu ya. Non juga kalo belum mandi, mandi dulu. Jangan tunggu malam, nanti sakit."
Yejin hanya membalas dengan senyuman. Nami pun berlalu sambil menarik pintu kamar itu agat tertutup dengan rapat.
Kenapa sih lo harus ngubungin gue? Batin Yejin penuh kesal.
Apa yang membuat Yejin sedari tadi gelisah adalah Rona yang terus menghubunginya dan memohon agar Yejin mau memaafkannya. Ia merasa menyesal dengan rekaman yang sudah ia berikan pada Irene dan gengnya.
Bahkan, rekaman itu sudah tersebar luas yang membuat Yejin tidak bisa berbuat apa-apa lagi selain pasrah dengan keadaan. Terlebih lagi saat Rona hanya diam saja ketika Irene dan gengnya memperlakukan Yejin dengan kejinya.
Setelah Irene dan gengnya pergi pun Rona bahkan tidak membantunya sedikit pun. Iya, Yejin tahu hubungan mereka sedang tidak baik, dia sendiri pun telah memutuskan untuk mengakhiri hubungannya dengan Rona dan tidak akan pernah mau percaya lagi dengannya. Tapi, apa tidak ada rasa iba sedikit pun dari Rona sehingga tega meninggalkannya begitu saja?
Yejin masih mengingat kejadian beberapa hari yang lalu dengan jelas. Dimana Irene dan gengnya saat itu menghampiri Yejin untuk melancarkan aksinya lagi. Urusan Irene dengan Rona bisa dikatakan sudah selesai, tapi dengan Yejin seakan tidak ada habisnya.
Irene dengan sengaja menjatuhkan makanan mereka ke lantai dan meminta Yejin memungutnya kembali. Bukan dengan tangan, melainkan dengan mulut. Tentu saja Yejin menolak hal itu dengan tegas.
Bagaimana bisa sepotong roti yang sudah jatuh dan kotor diminta untuk dipungut kembali. Jika hanya dipungut untuk dibuang, Yejin masih mau melakukannya.
Tapi Irene memaksanya untuk memungut roti itu dengan mulut dan meminta Yejin untuk memakannya kembali. Karena Yejin masih tak mau melakukannya, Irene memberi isyarat pada dua temannya dengan menoleh ke mereka dan mengarahkan dagunya pada Yejin.
Keduanya seakan mengerti dan bergegas mendekati Yejin. Seo Jin membungkus kedua tangan Yejin ke belakang sedangkan Eun Byeol menjambak rambut Yejin dan memaksa tubuhnya berlutut tepat di hadapan Irene.
"Makan bego" bentak Eun Byeol.
Irene yang masih berdiri menyilangkan kedua tangannya sambil tersenyum sinis dengan perasaan puas. Kakinya maju sebelah menunjukkan letak potongan roti itu, memberi isyarat agar Yejin segera memakannya.
Yejin masih menggelengkan kepala dan membungkam mulutnya kuat-kuat. Rona dan anak anak lain hanya memandanginya tanpa berbuat apa-apa. Bisa dibilang pemandangan ini adalah tontonan yang menarik.
Yejin mendongak, menatap lurus ke arah Rona. Sorot matanya begitu tajam memancarkan kemarahan yang begitu besar padanya. Tatapannya terlihat seolah ingin memakan Rona hidup-hidup.
Rona yang ikut menautkan maniknya pada Yejin segera mengalihkan wajahnya karena tak sanggup melihat tatapan Yejin terlihat penuh kebencian terhadapnya. Eun Byeol yang menyadari Yejin tak kunjung melakukannya kembali menarik rambut Yejin dengan lebih keras hingga membuatnya merintih kesakitan.

KAMU SEDANG MEMBACA
BINASA (REVISI)
Teen FictionSebuah harapan dapat menghidupkan kembali hati seseorang yang hampir mati. Tapi, tidak segan-segan juga untuk menghancurkan sehancur-hancurnya. Menjadikanmu kepingan usang yang tak lagi bisa kembali utuh pada dirimu di masa lalu. Berharap terlalu ti...