Penyesalan

20 7 4
                                        

"Jika kau sedang menyesal, artinya kau sedang membuat kesalahan. Dan jika kau mau memaafkan, artinya kau sedang berusaha untuk memperbaiki keadaan. Penyesalan tidak pernah berarti, selama kau senang melakukannya lagi dan lagi"

~*~

"Sayang, lo tu bisa gak sih ga usah deketin cewe lain. Sekali aja!" lirih Irene kesal.

"Emang gue deketin siapa Irene?" balas Jimin polos.

"Lo masih tanya? Perempuan yang lo deketin dua hari lalu, anak seorang pembunuh bernama Kim Yejin lo masih ga tau?"

"Gue gak deketin dia, Irene."

"Jadi maksud lo yang godain duluan si Yejin?" hardik Irene.

Jimin hanya terdiam yang otomatis membuat wanita di sampingnya semakin disulut emosi. Irene tidak peduli jika itu adalah fakta atau hanya omong kosong Jimin, yang jelas Irene tidak akan pernah bisa marah berlama-lama pada kekasihnya itu.

Ia lebih memilih memarahi bahkan tidak segan-segan menyakiti wanita lain yang dikencani Jimin diam-diam. Karena itu, tidak ada lagi yang berani berurusan dengan Jimin. Selain karena paham dengan sifat Jimin yang buaya darat, mereka juga takut dengan pawangnya yang luar biasa mengerikan.

Jika diberi pilihan, mungkin mereka akan lebih bertemu dengan setan dibandingkan harus berhadapan dengan Irene.

"Jimin!" bentak Irene.

Jimin langsung menarik Irene ke dalam pelukannya, "Maafin aku sayang...". Ia berusaha untuk menenangkan Irene yang wajahnya sudah memerah bak udang rebus karena menahan emosinya yang bergejolak.

Irene dan Jimin dulunya adalah sahabat dekat masa kecil. Mereka dipertemukan karena pekerjaan ayah mereka ada di bidang yang sama.

Park Seo Jun dan dan Lee Haecul sering mendapat pekerjaan dalam misi yang sama. Karenanya, setiap kali Seo Jun mendapat misi bersama dengan Haecul ia akan berkunjung ke rumahnya. Sesekali ia membawa Irene yang waktu itu masih duduk di bangku sekolah dasar untuk ikut bersamanya. Kebetulan, Haecul juga punya anak-anak laki yang seumuran dengan Irene sehingga mereka bisa bermain bersama.

Saat mereka menginjak Sekolah Menengah Pertama (SMP). Mereka memutuskan untuk masuk di sekolah yang sama. Meski jarak sekolah dari rumah Jimin cukup jauh, baginya tidak masalah selama ia bisa dekat dengan Irene. Diusianya yang menginjak tiga belas tahun, Jimin sudah berpikir untuk menjaga Irene, ia tidak ingin lelaki manapun datang mendekatinya.

Sejak SMP, Jimin memang sudah terkenal nakal, bahkan bibit-bibit playboy-nya tertanam sejak dini. Baru beberapa bulan bersekolah, ia sudah gonta ganti pacar. Ia juga pernah mengencani beberapa siswi sekaligus, tidak hanya satu dua melainkan lima. Satu di antaranya bahkan adalah kakak kelas dua tingkat darinya.

Jika kalian bertanya tentang paras Jimin, sungguh ia sangat tampan. Mata sipitnya yang khas, senyumnya yang manis membuat siapapun akan meleleh. Wajar saja jika ia bisa memikat wanita manapun, selain mengandalkan parasnya gombalan mautnya akan mengobrak-abrik siapapun.

Irene yang sudah menjadi teman dekatnya hanya bisa menasihatinya agar berhenti menyakiti hati perempuan. Ia sudah dengan mantan-mantan Jimin yang datang melapor padanya karena kelakuan teman dekatnya itu. Bahkan, ada yang menangis meronta-ronta karena tak ingin hubungannya diakhiri.

Sebagai teman dekat yang baik untuk Irene, Jimin selalu ada untuknya dalam situasi dan kondisi apapun. Bahkan saat Irene membutuhkan keberadaan Jimin di sampingnya, tanpa pikir panjang ia akan langsung mendatangi Irene.

Ia tahu jika Irene selalu kesepian dan membutuhkan sosok ibu di sampingnya. Berbeda halnya dengan Jimin yang masih memiliki orangtua lengkap. Sesekali Jimin mengajak Irene untuk datang ke rumahnya atas permintaan ibunya Oh Yoon Hee. Ia begitu menyayangi Irene sejak pertama kali menginjakkan kaki di rumah mereka. bahkan, Yoon Hee tak sungkan menyebut Irene dengan sebutan calon menantu.

BINASA (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang