Sebuah harapan dapat menghidupkan kembali hati seseorang yang hampir mati. Tapi, tidak segan-segan juga untuk menghancurkan sehancur-hancurnya. Menjadikanmu kepingan usang yang tak lagi bisa kembali utuh pada dirimu di masa lalu. Berharap terlalu ti...
Rintik itu telah berjatuhan tak beraturan Beriringan dengan asa yang mulai tenggelam Tuhan peluk aku Hingga aku lupa siapa diriku saat ini •••
1bulan kemudian...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
~*~
Seperti biasa, setiba di sekolah Yejin selalu menjadi sorotan di AHS. Sejujurnya Yejin tidak begitu suka jadi pusat perhatian. Ia ingin dipandang layaknya murid biasa lainnya.
Meski Yejin anak yang cuek, namun sebetulnya dia anak yang perhatian dan hatinya begitu hangat. Ia tak pernah lupa untuk menyunggingkan bibir pada teman-teman yang menyapanya, terutama nge-bow pada sunbaenim (senior)-nya.
Dia hanya tak menyukai skinship dan pertanyaan yang dia anggap kurang bermutu, itu saja. Terlebih harus menghadapi laki-laki yang datang hanya untuk merayunya. Sungguh memuakkan!
***
“Hey kalian, stop!” ujar Yejin dengan nada yang cukup lantang. Sontak membuat beberapa siswa di kelas itu menoleh pada Yejin yang baru saja tiba di bibir pintu kelasnya.
“Apa yang kalian lakukan?” sambungnya sambil berjalan ke arah Rona dan empat orang lainnya yang ia kenal.
“Apa urusan lo, hah? Jangan mentang-mentang lo anak orang kaya terus lo bisa seenaknya teriak ke arah sunbae lo” jawab salah seorang dari mereka sambil melipat kedua tangannya dengan wajah yang begitu angkuh. Sepertinya dia adalah ketuanya.
“Gue temannya. Lagian sunbae macam apa yang nge-bully juniornya kayak gini? Pantes lo disebut sunbae? Gue sih males! Tegas Yejin yang tak kalah sombongnya.
“Berani lo sama gue?”
“Ngapain takut? Kalian pergi atau gue panggil guru sekarang biar kalian dihukum atau dikeluarin sekalian dari sekolah ini!
Dengan jengah Irene dan gengnya langsung meninggalkan kelas itu. Sorot mata yang tajam dengan tatapan penuh kebencian, Irene menoleh kembali ke arah Yejin sambil mengepalkan tangan, sebelum akhirnya badannya menghilang di balik pintu.
“Kalian juga, kenapa diem aja liat teman sendiri di-bully kayak gini?” tukas Yejin dengan menyapukan pandangan ke sekeliling kelasnya.
Anak-anak di sana hanya bisa terdiam tanpa mengeluarkan sepatah kata pun. Bukannya tak mau membantu, hanya saja mereka tak punya keberanian untuk melawan senior.
Terlebih lagi itu adalah Park Irene, Cheon Seojin, dan Ha Eun Byeol, kakak kelas satu tingkat di atas mereka yang terkenal sering menindas orang lain termasuk junior mereka.