Hot News

33 6 6
                                    

Kesedihan tidak akan berganti kebahagiaan jika kamu tidak berusaha terlepas darinya.”

~*~

“Elo?” ucapnya tak percaya dengan sosok yang saat ini menolongnya.

Mata Yejin membelalak melihat laki-laki yang kini tengah tersenyum manis di depannya.

“Iya ini gue” balas Jimin lembut.

“Ngapain lo ke sini?” ketus Yejin.

“Bukannya makasih neng, judes amat jadi cewek.”

“Kok lo bisa tahu gue ada di sini?” tanya Yejin penuh selidik.

“Waktu lo pergi ninggalin gue, dari kejauhan gue liat Irene dan temen-temennya ngedeketin lo. Terus pas lo dibawa ke sini gue ngikutin mereka diem-diem.”

“Sorry ya, Irene kaya gitu pasti karena gue” sambungnya dengan nada sedikit bersalah.

Yejin yang masih tidak paham memandang Jimin dengan raut wajah kebingungan.

“Irene... cewe gue” ungkap Jimin yang seakan mengerti isi pikiran Yejin.

“Jadi ini gara-gara lo?” Yejin menaikkan oktaf suaranya.

“Sorry”

Yejin berlalu begitu saja tanpa menghiraukan permintaan maaf dari Jimin. Jangankan mengucapkan terima kasih, yang ada ia justru melimpahkan kejadian pagi ini pada Jimin. Semua ini salahnya, jika saja Jimin tidak mendekatinya Irene pasti tidak akan berbuat hal sebodoh ini.

Yah, meskipun Yejin tidak menutup mata dengan ada atau tidaknya Jimin Irene pasti akan tetap mengganggunya. Tapi paling tidak ia tidak akan mendapat perlakuan yang sangat buruk.

Melihat Jimin yang mengaku sebagai kekasihnya Irene, pikirannya langsung tertuju pada cerita Rona tentang hal mesum yang dilakukan Irene dan pacarnya. Ternyata kekasihnya itu Jimin? Yejin benar-benar tidak menyangka. Bagaimana bisa Irene berpacaran dengan buaya darat, bukankah sangat berisiko untuk patah hati terus menerus? Sudahlah bukan urusan dia.

Untuk apa memikirkan orang lain, sedangkan Yejin sendiri saja tidak bisa tidak bisa menjamin kebahagiaannya sendiri. Bukannya egois karena mementingkan diri sendiri, justru bodoh namanya jika memikirkan keadaan orang lain tanpa memikirkan keadaan diri sendiri terlebih dahulu.

Bukankah seharusnya seseorang harus bisa menjamin kebahagiaannya sendiri baru berpikir untuk membahagiakan orang lain? Sama halnya ketika orang ingin membangun rumah tangga, mengeratkan ikatan cinta dengan tali pernikahan. Seorang pria harus bisa menafkahi dirinya sendiri, baru ia berpikir untuk menafkahi calon istrinya kelak. Mungkin begitu simpelnya.

Tapi satu hal yang akan mengganggu pikirannya, mengetahui hal ini Yejin menjadi jijik kepada Jimin. Menjadi orang yang sering mengganggunya saja sudah membuatnya sangat muak, apalagi harus mengetahui kenyataan jika Jimin adalah orang yang? Ah sudahlah!

Yejin benar-benar tidak ingin berurusan dengan buaya satu itu.

Ia berlari tergesa-gesa menuju kelasnya. Jam sudah menunjukkan pukul 08.25, ia sudah benar-benar terlambat untuk mengikuti jam pelajaran pertama.

Aduh, mati aku. Bisa-bisa kenal omel Pak Yoongi. Ah sial! teriaknya dalam hati.

“Permisi pak” ucapnya ngos-ngosan. Ia kini sudah berada di depan pintu kelasnya.

“Yejin, darimana saja kamu?” Hardik Pak Yoongi.

Atensi semua murid teralihkan pada Yejin. Ada tatapan-tatapan tak suka melihat kehadirannya, ada juga yang merasa heran kenapa Yejin bisa terlambat. Padahal ia adalah murid yang cukup rajin. Ini adalah kali pertama bagi Yejin terlambat mengikuti jam pelajaran.

BINASA (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang