“Penderitaan selalu menghampiri orang-orang yang lemah. Karena orang seperti ini hanya fokus pada masalah bukan solusi. Pada akhirnya, penyesalan-lah yang menjadi teman terbaik mereka.”•••
~*~
“Sayang, sarapan dulu.” panggil Nami pada putrinya yang masih tidak menampakkan dirinya.
Tidak mendapat jawaban dari Yejin, Nami memutuskan untuk mendatanginya ke kamar.Tok.. Tok...
“Sayang? Kamu belum bangun?”
Tok.. Tok...
“Yejin?”
Cklek, pintu terbuka. Tumben ngga ngunci kamar, batinnya saat berhasil membuka pintu kamar putrinya.
Terlihat olehnya tubuh putrinya yang tertutupi sepenuhnya oleh selimut. Nami hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala melihat putrinya yang sudah menunjukkan sifat aslinya.“Kebiasaan ya kalo udah libur sekolah, setan malesnya keluar” ucapnya seraya berjalan mendekati putrinya.
“Yejin, bangun sayang.” Nami berusaha membangunkan putrinya sambil menepuk-nepuk pelan pundaknya.
Karena tak kunjung bangun, Nami sedikit menarik tubuh Yejin yang menghadap ke samping agar menghadap ke atas. Hal ini untuk memudahkannya membangunkan putrinya. Saat wajah putrinya terlihat dengan jelas ia sedikit kaget dengan apa yang dilihat saat ini.
“Sayang, kamu kenapa?” kagetnya sedikit berteriak.
Yejin yang sudah terbangun kembali memiringkan posisi tubuhnya karena ia menyadari jika ibunya sudah melihat wajahnya yang sembab. Bahkan matanya menjadi sangat bengkak karena ia menangis sepanjang malam.
“Sayang, jawab mama!”“Mmmhh... Yejin gapapa ma. Udah ya Yejin mau bobo lagi.”
“Jangan bohongin mama!” Seri menaikkan suaranya satu oktaf. Ia menarik kembali tubuh putrinya agar menengadah menghadap dirinya.
“Yejin gapapa mah.” Balasnya meyakinkan, namun ia justru menutupi wajahnya dengan kedua tangannya.
“Gapapa gimana? Jelas-jelas muka abis nangis gitu.”
“Aku kemarin diketawain sama temen-temen kakak kelasku karena datang terlambat di hari ulang tahunnya. Karena malu ya udah Yejin pulang aja sambil nangis.”
“Beneran?”
“Iya mah, masa Yejin bohongin mama? Kan ga boleh, katanya dosa.”
“Ya udah ayo keluar makan?”“Iya nanti mah, Yejin mau lanjut bobo lagi. Bentar aja ya? Tadi malam susah tidur karena kepikiran terus.”
“Ya udah, mama sama adek kamu duluan ya kalo gitu.”
“Hmmm” balasnya singkat.
Nami pun membiarkan putrinya untuk melanjutkan tidurnya. Ia tidak tega melihat wajah putrinya yang begitu kusut, yang entah sudah berapa lama ia menangis. Ia mengelus ubun-ubun Yejin, mengecup keningnya lembut dan menarik selimutnya agar ia tidak kedinginan sebelum pergi meninggalkan Yejin.
“Selesai sarapan mama akan keluar terus langsung ke tempat kerja. Nanti Haechan mama suruh nonton aja sambil nunggu bibi datang.”
Tak ada jawaban, ia melihat putrinya sudah terlelap. Dari kejauhan Nami masih setia memandangi Yejin untuk beberapa detik, ia tersenyum melihat putrinya tumbuh dengan baik.
Bahagia selalu ya sayang. Jika kamu belum menemukan cahaya kebahagiaan untuk dirimu sendiri, jadilah cahaya penerang bagi hati orang lain. Mama selalu sayang kamu, batinnya sebelum akhirnya pintu kamar itu tertutup dengan rapat.

KAMU SEDANG MEMBACA
BINASA (REVISI)
Teen FictionSebuah harapan dapat menghidupkan kembali hati seseorang yang hampir mati. Tapi, tidak segan-segan juga untuk menghancurkan sehancur-hancurnya. Menjadikanmu kepingan usang yang tak lagi bisa kembali utuh pada dirimu di masa lalu. Berharap terlalu ti...