~*~
Yejin kembali menjalani kehidupan baru, di tempat yang sangat jauh berbeda dari kota kelahirannya. Saat ini ia tinggal di Busan, bersama dengan adik dan mantan pembantunya.
Ia seperti diberi kesempatan untuk menjalani hidupnya dengan baik, meski dibayang-bayangi oleh rasa penyelesakan yang luar biasa. Saat ini ia tengah bersekolah di kota kecil yang ada di Busan, ia merubah seluruh penampilan bahkan indentitasnya.
Hari ini tepat setahun sejak media sedang hangat-hangatnya menyiarkan berita tentang kematian ayahnya yang meninggal karena bunuh diri. Namun, hingga saat ini polisi tidak mengetahui darimana Namjoon mendapatkan racun yang telah merenggut nyawanya sendiri.
Yejin menyesali semua hal, termasuk ibunya saat ini yang tengah dirawat di Rumah Sakit Gonjiam, di Ganggam akibat depresi berat yang ia alami. Semua siksaan batin terasa beruntun menghantam jiwanya tanpa ampun. Beruntungnya, ia masih bisa melewati kesulitannya meski bayang-bayang penyesalan terus mengikutinya walau dalam gulita sekalipun.
Ingatan tentang Namjoon saat terakhir kali mereka berjumpa setelah sekian lamanya tidak pernah bosan menghampiri memorinya. Ia ingat persis, hari itu seolah telah dikuasai orang lwin. Yejin merasa jika dirinya tidak bisa mengendalikan semua emosi yang bergejolak.
// flashback on //
Hari yang cerah, seolah semesta ikut merasakan kebahagiaan Yejin dan keluarga karena ini adalah hari terakhir ia untuk pulang dari rumah sakit. Waktunya untuk pulang, dan menikmati waktu terbaiknya.
"Sayang, jalannya pelan-pelan" ucap Seri yang memapah putrinya berjalan.
Efek obat-obatan yang diserap tubuhnya membuatnya semakin hari terasa lemas. Rasa pusing karena beberapa hari berada di ranjang tempat tidur terasa begitu ia mencoba untuk berdiri tegak.
"Iya mah" balasnya lembut.
Selama tujuh hari melewati masa pemulihan, saat ini Yejin sudah bisa beraktivitas seperti biasa. Meski secara fisik ia dapat disembuhkan, namun sakit dalam batinnya terasa masih sangat baru.
Pengalaman buruk yang dialaminya dengan Jimin terus bergejolak di dadanya. Meski ia sudah beberapa hari ini dapat memalsukan senyumnya di depan ibu dan adiknya, ia tidak dapat menyembunyikan efek yang dirasakan tubuhnya setiap kali ingatan tentang Jimin merampas keseluruhan memorinya.
Tiap kali ia ingin memakan sesuatu, dengan segera makanan itu akan ia muntahkan. Jika kalian bertanya apa dia lapar atau tidak? Iya, Yejin sangat lapar, ia ingin memakan semua makanan kesukaannya. Namun, setiap ia memasukkan makanan ke dalam mulutnya, ia akan merasakan gejolak di perutnya dan membuatnya ingin muntah.
Selama dirawat di rumah sakit, ia hanya mampu meminum air yang dipaksa mengalir ke dalam tubuhnya. Sudah beberapa kali ia menolak tawaran makan dari Seri yang ingin menyuapinya, tetapi ditolak dengan alasan sakitnya hingga membuatnya hanya mengandalkan cairan infus untuk menggantikan cairan alami tubuhnya.
"Sayang, makan dulu...." Panggil Seri.
"Iya mah" balas Yejin cepat.
Hufttt... desahnya.
Melihat makanan yang banyak tersaji di meja makan, membuat nafsu makannya meningkat. Baru memasukkan sepotong dimsum ke dalam mulutnya, ia langsung mengeluarkannya kembali.
"Uweekkk..."
Panik melihat putrinya yang tiba-tiba merasa mual, Seri bangkit dari tempat duduknya dan segera menghampiri Yejin. "Loh, kenapa sayang?"
"Gapapa mah, Yejin ke toilet dulu."
.
"Uwekk... uwekkk..."
KAMU SEDANG MEMBACA
BINASA (REVISI)
Teen FictionSebuah harapan dapat menghidupkan kembali hati seseorang yang hampir mati. Tapi, tidak segan-segan juga untuk menghancurkan sehancur-hancurnya. Menjadikanmu kepingan usang yang tak lagi bisa kembali utuh pada dirimu di masa lalu. Berharap terlalu ti...