Revus meletakkan kunci motornya di sembarang tempat dan melepaskan semua pakaiannya--kecuali boxernya.
Dia berjalan ke kamarnya dengan malas dan mendudukkan dirinya di kursi meja belajarnya. Tangannya meraih jurnal di mejanya dan membukanya dengan perlahan.
9 janji dengan Kyu
1. Harus bahagia
2. Jaga satu sama lain
3.
4. Jangan
5. Cerita permasalahan satu sama lain
6.
7.
8. Percaya satu sama lain, dalam kondisi apapun
9.Revus menatap datar sembilan janji itu, ada beberapa janji yang masih tidak dapat dia ingat, tetapi dia mulai mengingat beberapa janji yang pernah mereka buat dan langsung saja dia catat di jurnalnya.
Laki-laki bongsor itu menutup kembali jurnal itu dan merebahkan dirinya di kasur kesayangannya. Handuk yang Kyu pakai masih dia letak dengan sembarang di kasurnya, aroma cinnamon honey itu bagaikan candu bagi seorang Revus.
"Kyu..."
Matanya mulai menutup dengan perlahan, dia tidak dapat menahan rasa kantuknya lagi. Saat matanya menutup dengan sempurna, sebuah suara memasuki indra pendengarannya, yang membuat laki-laki itu tersenyum senang.
Kira-kira, lo masih inget janji ini gak ya...
|___|
Kyu dapat merasakan sesuatu yang tajam menyentuh lehernya, seperti pada saat pertandingan basket tadi malam. Benda itu sangat tajam, tetapi dia tidak tau siapa pemilik dari benda tajam itu.
"Kyu."
"Siapa?" tanya Kyu dengan hati-hati.
Dia tidak dapat melihat apapun sekarang, hanya benda dingin pada lehernya itu yang dapat menjadi patokannya.
"Sering kali, pembunuh itu orang yang paling dekat sama lo. Kita lihat, bapak lo gak mungkin bunuh lo, dilihat dari sifatnya, dari cara dia jagain lo, itu gak mungkin."
Kyu mengerutkan dahinya, dia pernah mendengar suara ini di sebuah tempat.
"Navit, dia pernah lakuin sesuatu buat lo, dan dari cara dia perlakuin lo, perasaan yang dia punya buat lo, gak mungkin dia bunuh lo."
"Revus?"
Sebuah cahaya memasuki indra penglihatannya, mata coklatnya membulat dengan sempurna saat dia melihat Revus yang ada di depannya dengan dadanya yang bersimbah darah.
"Revus... dia rela lakuin apa aja buat lo, bahkan mati buat lo."
Kyu dapat merasakan matanya yang memanas, tangan merah Revus berhasil menyentuh pipi pucat Kyu dan sebuah senyuman masih berhasil dia lukiskan. Laki-laki itu mengusap air mata Kyu yang mengalir dan terkekeh.
"Gue... gapapa..."
"Revus... jangan..."
Revus menatap ke belakang Kyu, menatap sang pemilik pisau itu dengan tatapan nyalang.
"Jangan sentuh... Kyu..."
"Gue boleh sentuh dia kapan aja, Revus."
"Jangan pernah..."
"Kita berdua, orang yang sama."
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Little Journey [18+]
Novela JuvenilTakdir adalah pemain belakang layar di setiap kehidupan manusia. Siapa sangka si takdir mempertemukan dua sosok yang membuat janji kecil di masa lampau, dan berjuang untuk menepatinya saat ini. Apa janji mereka? Kenapa mereka tidak dapat mengingkari...