| 15 |

2 2 0
                                    

Jam menunjuk angka 1, saat pintu rumah tersebut terbuka dan nampaklah seorang laki-laki yang sedang berdiri pada sebuah ruangan yang mulai dikosongkan itu.

Dia menarik nafas panjang dan menghirup aroma asing dalam ruangan itu, dia membencinya, seseorang memasuki tempat ini setelah kejadian itu.

Kakinya melangkah pelan ke arah dapur dan menatap rak yang sempat dia buka, yang berisi banyak pisau. Tatapan matanya kosong, tidak menunjukkan ketakutan sedikit pun.

Cahaya rembulan menuntunnya ke kamar perempuan itu, dia menatap kamar itu dan kembali menarik nafas panjang. Aromanya sudah hilang, dia tidak dapat mengetahui apakah orang itu memasuki tempat ini atau tidak.

Matanya tertuju pada buku kecil di meja perempuan itu, dia mengenakan sarung tangannya dan mulai membuka itu pelan-pelan. Suara halaman buku memenuhi ruangan kosong tersebut.

Mata hitamnya menatap datar buku itu sebelum menutupnya, dia berniat untuk berjalan keluar dari kamar itu, tetapi laki-laki lain sudah menyinarinya dengan senter dan menodongkan pistol padanya.

"Angkat tanganmu, anak muda."

Laki-laki itu mengangkat tangannya, tatapannya masih kosong, tetapi aura di sekitarnya menunjukkan sebuah ketegangan yang tidak dapat dijelaskan.

"Oh... bawahannya om Sandra..."

"Kamu pembunuhnya kan?"

"Kalo iya? Om ada bukti?"

Laki-laki yang merupakan bawahan Sandra itu terdiam, dia masih setia menodongkan pistol itu pada Revus.

"Kenapa kamu ada pisau lipat?"

"Jaga diri."

"Bohong!"

Revus terkekeh pelan sambil memundurkan langkahnya dengan perlahan. Apa boleh buat, laki-laki itu terus menerus memajukan langkahnya hingga punggung Revus menabrak jendela di belakangnya.

"Lalu, apa yang mau om denger dari saya?"

"Buat apa ke rumah Laila?"

"Hm? Gak boleh?"

"Buat apa kamu cari tau soal Laila huh? Sandra bilang pembunuhnya masih di luar, gimana kalo pembunuhnya selama ini ada di deket kita?"

Revus tertawa terbahak-bahak dan menatapnya dengan tatapan merendahkan.

"Om Sandra cerita hal-hal jelek soal saya? Atau... jangan-jangan ngorek masa lalu saya...?"

Laki-laki itu mengeraskan rahangnya, Revus mulai membuka jendela itu dengan perlahan sebelum membuka suaranya lagi.

"Ada hal yang lebih menarik daripada bunuh kak Laila."

"Apa maksud kamu!?"

"Kyu lebih menarik," ucap Revus sambil tersenyum miring dan melompat keluar dari jendela itu.

Laki-laki itu cukup terkejut hingga dia tidak sempat bereaksi dan kehilangan Revus. Dia mengerang kesal dan memukul tembok kamar Laila dengan keras.

Kenapa Sandra gak tangkap anak ini?!

|___|

"Dek, jangan main game terus, matamu rusak nanti."

"Ungg, kak Davin jahat!"

Sang adik berlari keluar ruangan dan tidak sengaja menabrak laki-laki bersurai cokelat itu. Dia tidak meminta maaf dan kembali berlari yang membuat laki-laki itu berdiri canggung.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 10, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Our Little Journey [18+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang