Angin malam meniup wajah Kyu dan Revus dengan kencang. Laki-laki kecil itu dapat merasakan kakinya yang masih pegal karena pertandingan tadi.
Kini mereka sedang berdiri di depan gedung yang masih dalam proses konstruksi. Tidak ada banyak lampu yang menerangi bangunan tersebut sehingga bangunan itu terlihat seperti rumah hantu.
"Gak bisa tunggu besok aja?"
Kyu menggelengkan kepalanya, "Ini perintah dari om Sandra."
"Kyu..."
Kyu melirik ke arah Revus sejenak, dia menghela nafas pelan dan mendekatinya.
"Gue ada pistol, gue bisa jaga diri, tenang aja."
Revus mengeraskan rahangnya, laki-laki bongsor itu mendekati Kyu dan memeluknya dengan erat. Senyuman tipis terukir pada wajah sang kecil sembari dia membalas pelukan Revus.
Revus melirik ke arah Kyu sejenak dan memasangkan sesuatu pada bagian belakang celana Kyu tanpa sepengetahuannya. Dia melepaskan pelukannya dengan perlahan dan kembali memasang wajah sedihnya.
"Gue ga akan kenapa-kenapa," ucap Kyu sambil mengusap pelan pipi Revus.
Revus memegang tangan kecil Kyu dan menatapnya erat-erat.
"Lo gak boleh mati-"
"Tanpa ijin lo, gue tau."
Revus tersenyum senang, dia mengecup dahi Kyu dan mereka mulai berpencar. Revus mengeluarkan sebuah ear piece dari jaketnya dan mendengarkan suara-suara dari tempat Kyu. Tentu saja dia tidak akan membiarkan laki-laki kecil itu hilang dari radarnya, dia mendengarkan dengan saksama kapan Kyu naik dan turun tangga, kapan laki-laki itu berlari kecil.
Kyu di sisi lain masih sibuk mencari targetnya--mantan pacar kak Laila. Pistolnya selalu siap untuk menembak apabila situasi sangat genting. Setelah beberapa menit mencari dalam kegelapan dan keheningan, suara tangisan halus terdengar dari sebuah tempat.
Tidak hanya Kyu, Revus juga mendengar suara tersebut dari ear piece-nya. Dengan cepat, Revus segera berjalan ke arah Kyu dengan menimbulkan suara se-minim mungkin. Sampai akhirnya dia sudah dekat dengan Kyu dan mendengar suara tangisan itu pula, dia melepas ear piece-nya dan menyimpannya kembali dalam jaketnya.
Baru saja Kyu akan menerjang keluar dari tempat persembunyiannya, Revus sudah menahan kedua tangan Kyu dan menutup mulut Kyu. Kecepatan laki-laki itu memang sangat mengerikan.
Nafas Kyu tercegat dan dia sangat terkejut hingga ingin melepaskan dirinya tetapi Revus semakin mengeratkan genggaman tangannya dan membungkukkan dirinya agar dia dapat berbisik pada Kyu.
"Tenang, jangan gerak," bisik Revus.
Bulu kuduk Kyu langsung naik saat dia mendengar kalimat itu, nafas Revus yang hangat menyentuh lehernya dan suara bisikannya yang berat itu membuat tengkuk dan punggungnya terasa sangat panas.
Revus menoleh ke arah suara sejenak dan memikirkan cara ter-aman untuk mengatasi ini. Revus dapat merasakan nafas Kyu yang sedikit memburu pada telapak tangannya. Dia melepaskan tangannya dengan perlahan dan mengecup pelan leher Kyu.
Kyu segera menoleh ke belakang dan berusaha sekeras mungkin menahan rasa kesalnya. Baru saja Kyu akan memukul pelan dada Revus, laki-laki itu sudah menghindarinya dan mengisyarakatkan sesuatu. Kyu terpaksa menahan rasa kesalnya dan mengikuti apa yang Revus inginkan.
Revus tersenyum senang sambil mengecup pelan bibir Kyu, dia kembali turun ke lantai satu, meninggalkan Kyu sendirian dengan perasaan yang bercampur aduk. Laki-laki kecil itu menyentuh pelan bibirnya dan tersenyum kecil sambil membenarkan pegangan pada pistolnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Our Little Journey [18+]
Fiksi RemajaTakdir adalah pemain belakang layar di setiap kehidupan manusia. Siapa sangka si takdir mempertemukan dua sosok yang membuat janji kecil di masa lampau, dan berjuang untuk menepatinya saat ini. Apa janji mereka? Kenapa mereka tidak dapat mengingkari...