Renjun menduga ada seseorang yang memasukkannya secara paksa lewat sela – sela pinggiran lokernya. Makanya, kertas ini bisa sampe terbang karena ga masuk sempurna ke dalam loker miliknya.
Tapi dari siapa ya? Renjun ragu apa ia harus membuka surat tersebut atau tidak. Secercah ingatannya di masa lalu terkuar kembali.
Renjun berjalan menghampiri Haechan yang juga berada di depan lokernya saat ini. Renjun melihat ada tempat sampah di ujung koridor. Ia berjalan kesana sebelum akhirnya menghampiri Haechan.
“Udah belom, Chan?” Haechan menoleh namun tangannya tetap merapikan buku – buku tebal agar tersusun apik di dalam sana.
“Bentar ya sayang, agak ribet ini,”
“Palalo sayang. Kalo ga di sekolah ini sepatu udah melayang ke muka lu,” jawab Renjun sambil menonjok lengan atas Haechan yang agak berisi.
“Wowowow? Lu punya biceps? Kok gw baru ngeh sih..” Ia bertanya sambil menatap kagum ke lengan Haechan. Digulungnya lengan kemeja Haechan hingga menampilkan otot dan urat lengan yang tidak terlalu terlihat, namun tetap ada.
“Lu lupa kah? Gw kan bisa main basket,”
Ah iya. Renjun lupa, sahabatnya ini tak sama dengannya yang malas berolahraga dan asik rebahan sambil maraton netflix. Yaa, meski Haechan hanya bisa bermain basket, setidaknya dia melakukannya secara rutin dan jarang membolos olahraga.
Berbanding terbalik banget sama Renjun. Dia bisa berenang dan bermain bulu tangkis, sih. Tapi itu semua tidak dilakukan secara rutin. Kalo lagi mood aja kata Renjun sih.
Tapi meski ga suka berolahraga dan tidak pandai bermain bola, Renjun tetap remaja yang fit karena ia mengikuti ekstrakurikuler Modern Dance di sekolahnya. Ya, sama seperti kalian. Renjun juga pernah memiliki cita – cita untuk menjadi seorang idol. Entaylah, itu cuman cita – cita semata saja.
Tentang fisik Renjun.. sepertinya kalian sudah tau bagaimana bentuk fisiknya. Ekstrakurikuler dance tersebut membuat tubuhnya semakin ramping dan bukan berotot. Maksud otot disini tuh yang keker gitu ya. Kalo otot tipis kayak abs dan biceps yaa Renjun tetep punya, namun tidak seberat massa otot Haechan dan yang lainnya.
Ekskul tersebut membuat bentuk badan Renjun menjadi ramping dan menyerupai postur tubuh perempuan namun tetap LAKIK. Eh, engga deh. Tubuh Renjun emang dari kecil udah seperti ini. Emang udah porsinya dia begitu.
Buktinya waktu SD, dia selalu disebut banci, ladyboy. Padahal cuman gara – gara badannya yang ramping dan tidak bisa bermain bola kaki maupun basket. Huft, ejekan dan makian itu udah jadi makanan sehari – hari buat Renjun.
Awalnya Renjun gak mau bilang ke papa mamanya bahwa dia mendapat perlakuan seperti itu baik dari teman seangkatan maupun guru olahraganya. Tapi semakin dewasa, ia semakin tahu bahwa hal ini membuatnya risih dan tak nyaman. Oleh karena itu, sejak SMP ia pindah ke Neo Culture School ini.
Dia merasa senang, karena pembullyan sejenis itu tidak ada di NCS. Semua muridnya sangat toleran dan saling menghargai satu sama lain. Renjun juga dengan mudah mendapat teman, baik dari kelasnya maupun dari kelas lain.Teman pertamanya sudah pasti Haechan. Setelahnya, Haechan memperkenalkan duo Lee pada Renjun. Lee Jeno dan Lee Jaemin adalah teman Haechan dari masih kecil. Orang tua mereka adalah teman yang sangat akrab.
.
.
.
Renjun dan Haechan menuruni tangga menuju lantai paling dasar untuk segera pulang dan berleha – leha di kasur miliknya. Huhu, Renjun udah kangen banget sama kekasihnya (kasur) itu.
“Haechan!” panggil salah seorang anak.
Renjun berada di sebelah Haechan sambil memainkan ponselnya. Sewaktu ada yang memanggil Haechan pun, tatapannya tidak lepas dari benda pipih berteknologi canggih itu. Dia lagi asik baca wattpad berjudul Parfume sepertinya.
Lelaki yang tadi memanggil Haechan melemparkan, bukan. Lebih tepatnya mem-passing bola basket yang awalnya ia driblle pada Haechan. Tentu saja Haechan sudah sigap untuk menangkap bola basket tersebut kemudian men-dribble-nya kembali.
“Ga basket lu hari ini?” tanya remaja tersebut pada Haechan.
“Kagak, gw hari ini mau nge date sama Renjun, ya gak?” Haechan menyenggol lengan Renjun yang masih memegang telepon genggamnya. Hampir saja terjatuh, tapi berhasil ditangkap karena refleks Renjun lebih cekatan.
“Hah, naon sih? Ayo ah cepetan gw mau pulang, panas disini,” keluh Renjun sambil memicingkan mata karena sinar matahari yang begitu silau.
“Noh, pacar gw udah marah, gw pulang dulu ya Lix,” ucap Haechan sambil mem-passing kembali bola milik Felix.
Renjun tidak begitu mengenal tentang teman – teman Haechan yang dari ekskul basket. Renjun hanya sekedar mengenal nama Felix tapi tidak berniat untuk menjadi teman yang lebih dekat karena sejak dulu mereka tidak pernah sekelas.
Mereka kembali berjalan keluar dari gerbang sekolah menuju jalan raya.Renjun sudah memasukkan kembali handphone nya ke dalam celana. Oalah, ternyata Renjun sengaja bermain hp supaya ga ngobrol sama temennya Haechan toh. Renjun emang tipe yang seperti itu sih.
Angkutan umum dengan warna dan angka yang sama seperti tadi pagi berhenti di depannya. Mereka masuk ke dalam dan akhirnya sampai di rumah mereka masing – masing.
.
.
.
Renjun dan Haechan duduk di meja kantin paling pojok menunggu makanan yang mereka titip pada Jaemin dan Jeno datang. Iya, mereka selalu melakukan giliran untuk memesan makanan. Hari Senin adalah giliran Renjun Haechan, hari Selasa adalah giliran Jeno Jaemin, dan seterusnya. Kebiasaan ini udah mereka lakuin sejak pertemanan pertama mereka di bangku SMP.
“Asik makanannya dateng,” ucap Haechan yang melihat dua Lee jalan ke arah meja mereka. Remaja di sebelahnya yang tadinya menidurkan wajahnya ke meja menjadi terangkat dan menatap ke arah dua Lee juga.
“Nih, silahkan tuan – tuan makanannya,” Jaemin meletakkan nampannya di meja sambil tersenyum ala pelayan restoran.
Renjun, Jeno, dan Haechan yang melihatnya tertawa geli akibat tingkah sahabatnya ini.
Kalau kalian perhatikan, mungkin Jaemin terlihat dingin dan cuek waktu awal masuk sekolah. Sebenarnya kalian salah. Mood Jaemin belum terkumpul kalau masih pagi. Apalagi kemarin dia harus distrap di bawah panasnya matahari. Oleh karena itu, Jaemin enggan menjawab.
Jaemin dan Jeno mengambil tempat duduk bersebelahan. Posisinya adalah mereka duduk di seberang Renjun dan Haechan namun tetap berada di meja yang sama. Mereka memakan makanan mereka diselingi dengan pembicaraan dan bercandaan ringan.
Haechan merasa haus setelah selesai makan siomay yang dia pesan, tapi dia lupa membawa botol minumnya saat ke kantin tadi. Haechan bangun dari duduknya untuk jalan ke Ibu kantin yang jualan minuman.
Bruk!
Baru saja Haechan berjalan keluar dari kursi yang menghimpitnya. Ia lupa untuk menoleh ke arah belakang terlebih dahulu. Disana ada Mark, gebetannya yang lagi minum teh sosro di plastik namun na’as harus tertabrak oleh badan berisi milik Haechan. Teh yang baru saja mark minum beberapa teguk itu harus jatuh.
“A-ah, sorry kak yaampun sumpah aku ga sengaja maaf,” Haechan menundukkan badannya hingga berlutut untuk mengambil plastik yang menampung teh milik Mark tadi.
Orang yang tertabrak hanya melamun memandangi wajah apik milik Haechan. Ketiga sahabat Haechan itu hanya bisa melongo tapi tetap menyuapi mulut dengan makanan mereka.
“Nih kak,” Haechan bangkit berdiri dari kegiatannya mengambil plastik teh. Merasa perkataannya tidak direspon, Haechan kembali memanggil Mark sambil melambai – lambaikan tangannya di depan wajah Mark.
“Ini kak!” Haechan memekik kesal sambil menempelkan plastik tersebut ke dada Mark. Si lawan bicaranya baru terbangun dari lamunannya. Haechan yang merasa kesal berbalik dan berjalan lagi untuk membeli minum.
“Manis..”JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN YA GESSSS~
KAMU SEDANG MEMBACA
PARFUME | JaeRen ✓
Fanfiction[FINISHED] Ini cerita Jaehyun × Renjun. Bagi yang tidak suka kapalnya dan ingin merusuh dimohon untuk tidak menyampah di lapak saya, karena saya ganteng 🙏🙏 Warn! Bxb Rated, NC 🔞 Non baku dan sedikit pleonasme Dom! Jaehyun Sub! Renjun Diharapkan d...