Ch. 7

2.9K 272 10
                                    

Renjun merasa mulai melemas karena preman tersebut mulai mencekik leher Renjun dengan kekuatan yang bisa dikatakan tidak normal. Kuat sekali. Renjun berusaha menggunakan kedua tangannya untuk menyingkirkan tangan kekar milik orang tersebut. Na’as, Renjun bukanlah seseorang yang memiliki otot kuat untuk menghadang cekikan ini.

“Haha, dasar lem— AKH!”













































Semua mata yang terkejut melihat ke arah sana. Kejadian yang sangat tak terduga terjadi. Ketua preman tersebut memekik sangat kuat seperti kesakitan. Badan Renjun merosot ke bawah ketika cekikan pada lehernya terlepas. Ia berlutut lemas di lantai dan berusaha meraup oksigen sebanyak yang ia bisa.


Ada apa? Renjun tidak bisa melihat keadaan disana. Mata Renjun terasa sangat berat. Rasanya kadar karbondioksida dalam tubuhnya membentuk sebuah kabut yang menutupi matanya. Tapi yang Renjun bisa lihat, ketiga orang tersebut telah terkulai lemas di bawah sama seperti dirinya.


Apa dia ditolong oleh Superman? Batman? Entahlah, tapi pahlawannya kali ini menggunakan pakaian yang terlihat santai dan tidak memakai kostum apapun sepertinya. Iya, pahlawannya memakai celana jeans bermotif robek di lutut.


Badan Renjun tiba – tiba diangkat dengan sangat mudah. Renjun merasa ia digendong di punggung seseorang. Renjun melingkarkan tangannya tanpa sadar ke leher orang tersebut agar tidak terjatuh dari gendongannya. Senyum tipis mulai terukir di wajah Renjun.


Renjun masih bisa menggunakan indra penciumannya dengan baik. Ia menghirup aroma tubuh pahlawannya ini. Berusaha mengenali dan mengingatnya agar suatu nanti ia bisa bertemu dan berterimakasih sebelum berakhir dengan matanya yang terkatup sempurna.


.
.
.


Cahaya lampu yang terus menyinari kamar dengan nuansa putih itu mulai membuat si pemilik kamar membuka matanya. Renjun mengusak pelan mata indahnya itu menggunakan salah satu punggung tangannya.


Dilihatnya ke sekitar ruangan. Kiri, kanan, atas, kemudian matanya mengitari seluruh sudut kamar miliknya. Benar, ini kamar Renjun. Tidak ada yang berubah dan tetap sama.


Renjun merasakan kepalanya sangat sakit di bagian pelipis. Ia kemudian mendudukkan badannya dan bersender pada headboard. Berusaha mengingat apa yang terjadi dengan dirinya sampai kepalanya bisa sesakit ini.


Apa ia mabuk? Ia diperkosa oleh om – om? Ia diculik? Ah sepertinya tidak. Renjun tidak melihat luka lebam maupun luka jenis lain pada tubuhnya. Hanya saja, bokongnya terasa perih serasa habis jatuh dan mengenai permukaan yang keras.


Oh! Renjun ingat. Tadi ‘kan dirinya mau membeli es krim di minimarket, tapi niatnya harus ia urungkan karena minimarket tersebut ramai dan pengap. Kemudian ia memutuskan untuk jalam sedikit lama dan menemukan mini market lain yang lebih luas.


Renjun ingat dia sudah mengambil es krim rasa coklat dan matcha. Ia juga ingat bahwa ia membeli beberapa barang lain. Tapi kenapa tiba – tiba Renjun ada di kamarnya? Baju yang ia kenakan juga sama persis seperti yang ia gunakan saat ke minimarket. Renjun adalah tipe orang yang harus mengganti bajunya setelah pergi keluar rumah. Jadi seharusnya kalau memang dia tidur siang, dia sudah memakai baju rumah dan bukan baju pergi apalagi ini celana training.


Ah, dimana belanjaannya? Renjun menoleh ke arah nakas. Disana ada kantung plastik putih. Renjun buru – buru mengambilnya dan melihat bahwa disana ada es krim yang sudah lembek dan mencair.


Hah? Ini bukan Renjun banget. Apa iya dia kesurupan ya tadi? Renjun mana mungkin nyia – nyiain makanan kesukaannya sampe mencair jadi air kayak begini. Renjun turun dari kasurnya untuk ke dapur di lantai satu. Membuka kulkas tersebut kemudian meletakkan es krimnya di bagian freezer.

PARFUME | JaeRen ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang