Ch. 3

4.5K 372 14
                                    

"Ini kak!" Haechan memekik kesal sambil menempelkan plastik tersebut ke dada Mark. Si lawan bicaranya baru terbangun dari lamunannya. Haechan yang merasa kesal berbalik dan berjalan lagi untuk membeli minum.

"Manis.."






































"Duhh, capek banget ga sih hari ini.." kata Renjun sambil meregangkan otot - otot punggungnya yang terasa pegal karena seharian menyandar kursi.

"Iyadah, mana si Pak Bayu ngasih tugas banyak bet buat besok," Jeno ikut menimpali Renjun.

Eh, Jeno? Tumben banget cuman Jeno yang ngebales Renjun. Biasanya Haechan juga ikutan ngebales. Renjun yang merasa tak biasa pun menoleh ke arah Haechan.

Disana tampak Haechan yang sedang menggerutu sambil memajukan bibir tebalnya. Renjun mengerutkan dahi tanda bahwa ia bingung dengan situasi sahabatnya itu. Apa karena kejadian sama Mark tadi ya?

Ah sudahlah, Renjun gamau ngeganggu Haechan yang mungkin lagi kesel tapi pasti tetap kasmaran itu. Renjun kayaknya gapernah ngerasain apa yang namanya cinta. Bahkan kasih sayang dari orang tuanya aja, dia jarang dapetin itu.

Entahlah, orang tuanya lebih senang menghabiskan waktu bersama dengan tumpukkan kertas yang Renjun tak tahu isinya apa. Waktu kecil, Renjun selalu merasa cemburu dan bercita - cita ingin menjadi sebuah kertas aja.

Enak banget ya jadi kertas, cuman diem aja gaperlu ngerjain PR sama belajar malah dapet perhatian dari baba mama, begitu kata Renjun kecil.

Tapi sekarang.. Renjun tidak merasa memerlukan itu lagi. Renjun punya sahabat yang bisa ngasih rasa sayang itu. Dia juga ngerasa lebih nyaman sekarang, udah gaada sama sekali yang bisa mengintimidasi dia. Kalaupun ada, Renjun yakin sahabatnya gabakal tinggal diam.

Ada Jeno dan Jaemin yang badannya lebih tinggi jauh dibanding Renjun. Haechan yang lebih gembul karena otot. Ya, otot - otot yang mereka miliki pasti sangat cukup sebagai tameng bagi orang yang ingin menyakiti Renjun.

"Ayo Njun," ini Haechan yang telah selesai memasukkan buku - buku ke dalam tasnya dan sekarang tengah merangkul sahabatnya yang imut.

Renjun sedikit terkejut karena lamunannya buyar namun setelahnya segera memasang senyuman manis andalannya yang telak membuat Haechan memekik gemas.

"KiyoWOKKKKKK!"

.
.
.

Seperti biasa setelah bel pulang sekolah berbunyi, mereka berjalan ke lorong dimana loker mereka berada. Ya, loker Renjun, Haechan, Jeno, dan Jaemin berada di tempat yang berbeda dan jauh - jauhan.

Tidak tau kenapa, tapi sepertinya sekolah sangat random dalam menentukan loker tersebut akan menjadi milik siapa.

Jika nisa dideskripsikan, loker mereka semua berada di lantai yang sama yakni di lantai dua. Kalau kalian menurunin tangga tersebut, maka kalian akan melihat empat percabangan lorong.

Lorong pertama adalah lorong menuju kantin yang berada tepat lurus di sebrang tangga. Tiga lorong sisanya merupakan lorong yang dipenuhi oleh deretan loker. Loker milik Renjun dan Jaemin berada pada lorong yang sama sedangkan loker Haechan dan Jeno di lorong sisanya.

Rumit bukan? Tapi tidak masalah, mereka sudah menghafal letak masing - masing loker mereka tentunya dan loker ini sudah mereka miliki sejak duduk di bangku SMP.

Lagi..?

Renjun kembali bingung dengan keadaan lokernya yang seperti hari kemarin. Lokernya nyangkut dan tidak bisa dibuka. Aneh, apa iya orang iseng itu datang lagi? Apasih maunya. Isi kertas yang kemarin itu setelah Renjun buka ternyata hanya kertas kosong dan tidak bertuliskan apa apa. Permukaannya pun lecek seperti bekas diremukkan.

PARFUME | JaeRen ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang