Chap. 20 Negeri Seribu Wajah

15 6 67
                                    

Hai readers... 👋🏻👋🏻
Chap 20 rilis.. Percayalah kali ini pure aku gk make editing segala 🤣🤣 biasanya aku lama up karna gk ada ide sm edit ny.. ya udahlah yahhh..

Selamat membaca..

"Bersamamu memberi berbagai warna pada lembaran baru dikisahku. Yang semula hanya ada hitam putih, kini kau datang membawa suka cita. Rasa syukur ini tidak bisa hanya diungkapkan dengan kata-kata."

"Latihan gladi resik hari ini kita sudahi. Mari kita berdoa menurut agama dan kepercayaan masing-masing, semoga pementasan kali ini berjalan dengan lancar. Semoga jerih payah kita semua terbayarkan. Berdoa dimulai." ucap seorang pria yang kerap dipanggil sutradara memimpin doa.

Para anggota klub bergegas membuat sebuah lingkaran, menundukkan kepala. Semua orang yang ada dibelakang panggung pementasan mengangkat kepalanya ketika sang sutradara berkata, "selesai".

Para pemain beserta bagian koordinasi mengulurkan tangan mereka. Bertumpuk menjadi satu. Berteriak dengan suara lantang penuh semangat, "NEGERI SERIBU WAJAH.. HUPLA HUPLA HIYAAAA!" sembari mengangkat tangan yang terulur ke atas.

Rasanya jantung berdegup lebih kencang. Keringat dingin bercucuran membasahi kostum. Jemari mendadak dingin. Padahal ruang pentas panas menyengat. Lampu-lampu kompak menyala ketika gong pertama dikumandangkan.

Gong kedua berkumandang. Tim koordinasi mulai menyiapkan tata panggung untuk pementasan. Menaruh beberapa alat peraga yang diperlukan dari balik tirai panggung. Semua sempurna tertata dengan baik.

Gong ketiga dikumandangkan. Tirai panggung perlahan terbuka. Menampilkan seorang aktris berdiri tegak seraya menyapa para penonton dengan lirikan matanya yang tajam. Ia pun memulai aktingnya. Membawakan narasi untuk pementasan mereka pada siang hari ini.

Latihan pagi sampai malam. Lupa makan, lupa minum. Tidak jarang tidak sedikit dari para pemain lupa istirahat. Memfokuskan diri mendalami peran yang akan dibawakan. Hanya untuk pementasan selama empat puluh lima menit. Waktu yang menegangkan. Berhasil atau tidaknya akting mereka tergantung pada pementasan dengan lakon "Negeri Seribu Wajah" itu.

Tiba giliran Felicia yang memainkan perannya. Ia menghadap penonton. Mencoba mendalami peran. Matanya fokus ke salah satu kursi penonton. Cukup jeli ia melihat seseorang di kursi belakang dengan lampu padam di bagian penonton. Satu kata yang berhasil membuyarkan dialog perannya. Devanka.

Zalfa yang kebetulan sedang satu panggung dengan Felicia menyadari tingkah kikuk temannya. Felicia tidak berdialog. Setiap menit dalam pementasan begitu berharga. Tidak mungkin gadis cantik yang satu ini melupakan fakta itu.

Zalfa bergerak dengan lincah mendekati Felicia sembari melakukan beberapa dialog improvisasi. Menyikut lengan gadis es tanpa diketahui penonton sembari berbisik, "Felicia, dialogmu. Fokus!"

Felicia tersadarkan berkat pertolongan Zalfa. Ia kembali fokus ke perannya. Meskipun bayangan Devanka masih memenuhi pikiran. Sesekali matanya mencari kemana sosok siluet Devanka berada. Namun, ia tidak dapat menemukan batang hidungnya.

Empat puluh lima menit yang menegangkan telah usai. Para pemain memberi salam perpisahan kepada para penonton. Lampu di bagian penonton sempurna menyala. Sorak riuh tepuk tangan menggema ruangan pementasan. Lakon yang mereka bawakan sukses besar. Para pemain turun panggung menyapa penonton.

"Ini sungguh gawat! Bisa-bisa aku beneran jatuh hati padamu. Penampilanmu luar biasa, nona. Beri aku satu ciuman ya ya," ucap Kenzo menghampiri sahabat perempuan tersayangnya. Merangkul. Menggoda si gadis sampai tersipu. Satu pukulan ringan mendarat tepat di kepala Kenzo.

Mengejar Luka (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang