Chap. 21 Tiga Serangkai

13 5 40
                                    

Hai readers... 👋🏻
Aku cambek nih.. Maap yah agak lama, aku lg dikejar" deadline. Hiks. Yuk bisa yuk 😓

Selamat membacaaaaa.. 👌🏻
***

"Selalu, aku akan selalu bersamamu bahkan saat tangisanmu pecah tak terbendung. Demi dirimu, aku akan menjadi secercah cahaya dalam kegelapan. Inilah cara kita bertahan hidup selama ini."

"Untuk strategi posisi sampai disini sudah jelas?" tanya seorang pria atletis berusia tiga puluh tahunan memberi arahan kepada para anggota klub basket.

Belum cukup sampai di situ, pak pelatih melanjutkan. "terutama untuk Kenzo Julian. Bapak tidak tahu masalah apa yang sedang kamu hadapi. Permainanmu akhir-akhir ini cukup kacau. Bapak harap kamu bisa lebih fokus saat pertandingan nanti." semua anggota diam menyimak.

Kenzo dan para anggota klub basket SMA Polaris kompak menganggukkan kepala. Membentuk lingkaran dengan tangan saling merangkul bahu kawan. Sang kapten memberikan sepatah dua kata penyemangat lalu diakhiri dengan teriakan lantang para pemain.

Siang itu matahari sepakat menyinari semesta tanpa halangan. Belum lagi ditambah semangat membara dari para pemain basket yang akan latih tanding. Jangan lupakan fakta wajah rupawan mereka. Suhu panas menyengat sempurna menembus kulit.

Para pemain basket memasuki lapangan. Masing-masing kapten melangkah maju saat wasit mengeluarkan koin bergambar bunga dan angka dari saku jaketnya. Melempar lalu menutup koin itu. Tidak lupa memperlihatkan hasil lemparannya. Wasit memberikan bola basket kepada tim yang menang pada lemparan koin.

Permainan berlangsung selama empat puluh menit yang terbagi dalam empat babak. Sejauh ini klub basket SMA Polaris unggul dalam perolehan point. Para pemain hafal betul dengan perannya membawa mereka menuju gerbang kemenangan.

Keringat menetes membasahi tubuh mereka membuat para gadis histeris melihatnya. Siapa lagi kalau bukan ulah Kenzo si pria yang suka menarik perhatian para gadis karena tingkahnya. Ditengah tarikan napas usai cetak three point. Ia menyeka keringat didahinya sembari memberi arahan kepada kawan-kawannya.

"Ken! Tangkap!" teriak seseorang mengoper bola basket. Kenzo yang tak jauh dari ring sangat cekatan menangkap bola. Ia pun menggiring bola dan mencetak tree point pada menit-menit terakhir.

Pluit tanda berakhirnya permainan telah dikumandangkan. Kemenangan mutlak latih tanding klub basket SMA Polaris. Tim lawan bersalaman dengan tim pemenang tak jarang saling mengejek lalu tertawa ria.

"Ken, ada Feli tuh. Pantas saja mainnya agresif yang nonton aja ratunya SMA Polaris. Samperin gih." Kenzo melirik ke arah kursi penonton. Ia bergegas menghampiri Felicia sesaat setelah si gadis melambaikan tangan kepadanya.

"Permainan yang bagus, Ken," sapa Felicia sembari memberikan botol air mineral kepada Kenzo. Si pria dengan sok gantengnya menyibak rambut yang basah karena keringat ke belakang. Membuat para gadis yang saat itu asik menonton menjerit dalam hati.

Si pria menerima air mineral gratisan lalu langsung meminum dan menyisakan sedikit untuk membasahi rambutnya. Si pria dengan nakalnya menggelengkan kepala membuat air tersebut terciprat ke wajah si gadis cantik di hadapannya.

Si gadis mengeluarkan handuk kecil biru dengan motif bunga berwarna putih dari dalam tas. Menyeka air hasil perbuatan sahabat pria tersayangnya sembari mengembungkan pipi lalu menatap tajam. Kenzo tertawa melihat Felicia yang marah membuat si gadis semakin membara.

"Setelah air minum. Kamu mau memberikan handuk itu kepadaku? Manis sekali. Aku jadi terharu hiks. Sekarang berikan padaku, nona cantik." Kenzo mengulurkan tangan meminta handuk. Felicia menatap tajam menolak memberikan handuk kecil tersayangnya.

Mengejar Luka (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang