Chap. 15 Selamat Datang, Ayah

27 7 77
                                    

Hai readers.. 👋🏻👋🏻
Aku cambek nihh..
Chap khusus buat kalian yg penasaran bagaimana bapak kandungny si pemeran utama.. Aku kabulkan keinginan kalian.. 😁

Selamat membaca..
***

"Ketika semua orang menjadikanmu sosok idaman, memuji, dan melindungi. Mengapa hanya dirimu yang berbeda? Ibarat satu berbanding seribu manusia di muka bumi."

Semilir angin berhembus, menggerakkan sehelai dua helai daun. Jatuh lalu terbang menjulang angkasa. Menyapa manusia yang masih terlelap, sang fajar sudah berada tepat tegak lurus dengan kepala.

Cahaya yang memaksa masuk melewati celah gorden. Ini sudah terik. Masih saja ada lelaki yang menempel erat dengan kasur. 

Berterima kasihlah karena hari ini tanggal merah. Tidak akan ada drama dadakan yang berjudul "kesiangan".

Lelaki itu segera turun membawa handuk, lekas mandi. Menutup rapat pintu kamar yang bertuliskan "Devanka Arkana".

Banyak orang yang berkata mandinya seorang laki-laki berbeda dengan wanita. Kau bisa melakukan apapun. Lari lebih dari 25 lap di lintasan 400m. Atau mengelilingi Monumen Nasional sebanyak lima kali sembari menunggu wanita keluar dari kamar mandi.

Benar saja, Devanka selesai lebih cepat dari perbandingan mengerikan. Rasa sakit di kepalanya sisa pesta kemarin masih membekas. Ia pun duduk di tepi kasur single bed.

Nasihat zaman dulu tidak pernah salah mengira. Ketika kau merasakan sakit yang teramat bahkan mengharuskan kau merintih keras. Aturlah pernapasanmu. Tarik napas dalam lalu keluarkan perlahan. Lakukan berulang. Rasa sakit akan berkurang.

Devanka melakukan nasihat itu. Rasa sakit di kepalanya sedikit membaik. Ia berniat membersihkan sisa kemarin. Tentu saja dua pelaku yang tidak tahu malu kabur begitu saja. Meninggalkan sisa-sisa tumpukkan yang menggunung.

Rumah minimalis dari luar terlihat kecil nan sempit. Siapa sangka isinya bisa membuat pesta untuk siswa satu kelas. Devanka hidup seorang diri di rumah bak istana. Membersihkan, menyiapkan hingga mencari segala sesuatu sendiri.

Ibunda yang tercinta meninggal saat Devanka berusia sepuluh tahun. Ayahnya? Mungkin meninggal saat Devanka masih bayi. Ia bahkan tidak tahu rupa menawan sang ayah. Seringkali tetangga sebelah menawarkan jasa kepada dirinya. Menyuruh tinggal bersama. Devanka menolak mentah-mentah tanpa mendengar penjelasan rasa iba itu.

Hanya tetangga lima langkah dari rumah yang ia terima uluran tangannya. Keluarga Arashya yang terkenal palamarta sejagat kompleks perumahan. Mau menerima anak busung lapar dengan baju compang-camping. Memberi tempat singgah. Dianggap layaknya putra. Jaminan masa depan bahagia.

Kilas balik telah usai. Semakin diingat akan semakin menyakitkan. Devanka kembali melanjutkan aktifitasnya.

Tidak terasa waktu bergulir. Rasa lelah yang teramat mulai menyerang. Devanka memutuskan mandi akan membuat dirinya kembali hidup.

Dalam sunyinya senja yang kian melambai. Berganti latar gelap penuh taburan gemintang. Sangat pas untuk sebuah renungan ringan ditemani siraman air shower yang mengalir.

Siapa yang berkata bahwa laki-laki harus kuat? Harus bisa menahan segala macam emosi yang menerjang bak badai tornado.
Tidak, tidak. Tuhan menciptakan manusia dengan hati yang lembut mudah perasa. Sedikit saja terdapat luka, jangan harap sembuh jangka singkat. Tidak memandang wanita atau pria. Jika hal menyakitkan mereka alami tentu perlu waktu. Memang sudah sepantasnya. Emosi dikeluarkan bukan ditahan apalagi dipendam puluhan tahun.

Mengejar Luka (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang