"Ayolah hyung" Rajuk Jeno pada saudara kembarnya, Jein untuk ikut bersamanya.
"Kau tau Jeno, balapan liar seperti itu sangat berbahaya" Jein mengingatkan. Libur musim panas telah tiba, maka dari itu Jeno mengambil kesempatan ini untuk mengajak Jein, karena biasanya, saudara kembarnya itu hanya akan menghabiskan waktu dikamar untuk belajar.
"Tenang hyung, aku sudah berpengalaman" Jeno menyombongkan diri.
"Baiklah, tapi hanya kali ini saja"Ya, memang hanya kali itu saja, karena malam itu juga merupakan malam terakhir untuk Jein.
*hyung : panggilan untuk kakak laki-laki
••
Seoul, 2021
Jeno menuruni tangga, lalu berjalan menuju ruang makan. Ibunya tengah sibuk menata piring diatas meja makan.
"Jein, hari ini eomma menyiapkan masakan kesukaanmu" ujar Ibu Jeno, Jessica. Senyumnya melebar, tangannya menyodorkan sepiring pasta truffle.
"T-terima kasih, Eomma" Jeno meneguk salivanya susah payah. Ia mulai duduk dan menyantap makanan yang sudah disiapkan oleh Ibunya.*Eomma : Ibu / Mama
••
Jeno membasuh wajahnya menggunakan air keran toilet sekolahnya, setelah mengeluarkan isi perutnya. Untungnya, Jeno dapat menahan mual diperutnya hingga ia sampai disekolah. Jika tidak, ibunya itu akan kuatir atau mungkin curiga.
Jeno tidak pernah bisa bersahabat dengan olahan makanan yang mengandung truffle. Perutnya akan terasa sangat mual dan membuatnya memuntahkannya.
"Hey Jeno!" Seorang murid dengan nametag bertuliskan "Haechan" itu menyapa sahabatnya dengan riang, namun dibalas tatapan tajam oleh Jeno. "Kau gila? Bagaimana jika ada yang dengar?" Protes Jeno.
"Ah maafkan aku, Jen. Lagipula tidak ada orang di toilet" ujar Haechan sembari memeriksa kembali keadaan toilet, memastikan tidak ada orang yang mendengarnya barusan.
"Kutebak kau memakan truffle lagi?" Lanjutnya.Jeno mengangguk.
"Jeno-" panggil Haechan lirih. "Kau pasti lelah"
"Sudahlah jangan membahasnya. Ayo ke kelas" Jeno membuang tisu yang ia gunakan untuk mengelap wajahnya, lalu melangkah keluar toilet meninggalkan Haechan yang menatapnya dengan tatapan iba.
Haechan memahami betapa beratnya hidup Jeno, karena teman baiknya itu, harus hidup sebagai Jein, sejak kejadian 2 tahun yang lalu.
Flashback, Juli 2019
Hechan meletakan sekuntum bunga diatas meja yang sudah penuh dengan bunga pemberian murid lain. Foto Jeno juga terpasang disana. Ia mengusap air matanya yang mulai menetes, sungguh dia merindukan sahabatnya itu. Kejadian kecelakaan itu sudah berlalu sebulan lamanya, bahkan Jein, saudara kembar Jeno sudah kembali masuk sekolah memulai aktifitasnya sejak seminggu yang lalu, namun kesedihan masih dirasakan oleh teman-teman Jeno dan terlebih lagi Haechan.
Jam istirahat berbunyi, Haechan lebih memilih pergi ke atap sekolah untuk menyendiri. Langkahnya terhenti tepat saat ia sampai diatap, matanya menangkap sosok Jein tampak sedang duduk bersila, dibawah, sembari menyantap mie instan cup, dan jangan lupakan kotak rokok yang tergeletak disebelahnya. Mata Haechan terbelalak kaget, dia melangkah cepat dan duduk tepat dihadapan Jein, membuat Jein yang sedari tadi fokus dengan makanannya, terkejut menyadari kehadiran Haechan yang tiba tiba itu. Ia tersedak, hingga batuk batuk. Haechan menyodorkan sebotol air mineral, yang langsung diteguk oleh Jein.
"Kau-" ucapan Haechan berhenti, ia tampak ragu. "Lee Jeno?" Lanjutnya pelan.
"Apa maksudmu? Aku tidak mengerti" elak pria yang Haechan panggil dengan nama Jeno itu.
"Kau membodohiku atau apa? Sejak kapan seorang Lee Jein suka dengan makanan instan seperti ini?" Jarinya menunjuk kearah mie cup. "Dan rokok?!" Pekik Haechan.Pria dihadapan Haechan -yang memang benar adalah Jeno- sampai salah tingkah, penyamarannya sudah ketahuan. Maka dengan cepat ia mengantupkan kedua tangannya, memohon.
"Jangan katakan pada siapapun" pinta Jeno.
"Why?" Haechan masih tak mengerti. Mengapa Jeno harus menyamar sebagai Jein?
"Ceritanya panjang. Yang pasti jangan biarkan siapapun mengenali bahwa aku adalah Jeno. Aku bisa percaya padamu kan, Chan?"Flashback End
"Hello, untuk part 1 sekian dulu ya semoga kalian suka :)
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Jeno [END]
General FictionLee Jeno, dipaksa untuk hidup sebagai saudara kembarnya Lee Jein. Dengan sifat yang berbeda jauh. Mampukah Lee Jeno?