Regret

2.5K 242 2
                                    

Jessica berjalan cepat, beberapa kali ia membungkuk meminta maaf pada orang orang yang tak sengaja ditabraknya. Sedangkan Donghae masih tertinggal dibelakang, setelah ia memarkirkan mobilnya dengan benar.
Sampai didepan ruang rawat dengan papan bertuliskan nama Lee Jein, Jessica segera membuka pintu, berlari berhambur mendekap tubuh Jeno yang masih terbaring terlelap akibat obat penenang yang Siwon berikan tadi. Tangan Jessica terangkat, membelai pelan wajah Jeno yang terlihat pucat.
"Maafkan eomma, Jeno" ia mengecup berkali kali pucuk kepala Jeno. Rasa bersalah kini memenuhi pikirannya, setelah tadi Donghae menjelaskan semuanya. Sama dengan suaminya, Jessica baru menyadari kesalahannya.

••

Jeno membuka matanya perlahan, kemudian mengerjap beberapa kali, masih belum terbiasa dengan sinar terang lampu yang ada diatasnya.
"Jeno, sudah bangun?" Suara lembut ibunya terdengar. Jeno mencoba mencerna dimana keberadaannya saat ini, tapi dengan cepat ia sudah bisa menebak, bahwa dirinya mungkin selamat. Yang ia ingat terakhir hanyalah ayahnya dan Haechan yang menghampirinya, dan mungkin saja merekalah yang menyelamatkannya? Pikir Jeno.
"Jeno-" tak ada respon, lantas Jessica kembali memanggil nama anaknya.
"Ah, jadi aku harus sekarat dulu, baru Eomma mau mengakuiku" gumam Jeno dalam hati. Perlahan, dibantu oleh Donghae juga, Jeno merubah posisinya menjadi duduk, menjadikan bantal dipunggungnya sebagai tumpuan untuk bersandar.
"Apa ada yang sakit?" Tanya Donghae halus. Padahal biasanya dia hanya akan berbicara dengan kasar pada Jeno.
"Kenapa-" Jeno akhirnya buka suara. "Kenapa Appa tidak membiarkanku mati saja?" Tanyanya. Matanya menatap tajam sang Ayah yang tampak terkejut.
"Bukankah Appa sendiri yang pernah berkata bahwa lebih baik aku yang mati, aku akan mengabulkannya, tapi kenapa Appa malah menyelamatkanku?" Bibir Jeno bergetar, menahan tangisnya yang mungkin sebentar lagi akan pecah. Ia ganti menatap ibunya. "Ini kan yang Eomma mau juga?"
"Jeno, Eomma tidak-"
"Keluar! Aku ingin sendiri" pinta Jeno, tanpa sempat memberikan kesempatan pada Jessica maupun Donghae untuk memberinya penjelasan.
"Jeno, dengarkan Appa dulu" tangan Donghae yang mencoba menggenggam tangannya, dihempaskan kasar.
"KELUAR! KELUAR KALIAN!" Jeno berteriak ribut. Bersamaan dengan Siwon yang datang hendak memeriksa keadaannya, hingga Siwon akhirnya memberi isyarat pada Donghae dan Jessica untuk menuruti keinginan Jeno agar mereka berdua keluar terlebih dahulu.
Siwon duduk ditepi ranjang Jeno, anak itu sudah mulai menangis keras, bahkan ia sampai menarik rambutnya sendiri, guna menyalurkan emosi yang selama ini ia pendam sendiri.
"Hey, don't hurt yourself" Siwon menarik tangan Jeno, menggenggamnya erat, kemudian menariknya kedalam pelukannya, membiarkan Jeno menangis hingga puas.

"Minum dulu" Siwon menyodorkan segelas air yang langsung diteguk habis oleh Jeno, setelah ia mulai tenang.
"Terimakasih Paman" Jeno memang lebih terbiasa memanggil Siwon dengan sebutan "paman" daripada "dokter" karena memang Jeno lebih dulu mengenal Siwon sebagai teman dari Ayahnya.
"Jeno, dengarkan Paman" Siwon juga menjadi salah satu orang yang tahu mengenai rahasia Jeno. Jeno ingat malam itu, ketika Donghae akan merubah penampilan Jeno agar terlihat lebih mirip dengan Jein, Siwon menentang keras, namun tak bisa berbuat apa-apa.

"Ayah dan Ibumu pasti punya alasan" ujar Siwon.
"Tentu. Alasan mereka memaksaku menjadi Jein karena mereka pasti lebih menyayangi Jein, sedangkan aku hanya si pembuat onar, yang membuat malu keluarga" Jeno tertunduk, sirat wajahnya jelas menampakan kekecewaan.

"Jen, kau boleh marah dan kecewa dengan mereka, tapi kau juga harus mendengarkan penjelasan mereka. Mereka berhutang itu denganmu. Kau tidak harusnya menyalahkan dirimu sendiri. Kau tidak salah sepenuhnya. Orangtuamu yang salah, maka kau harus menagih penjelasan dari mereka" Siwon mengusap pelan kepala Jeno.
Jeno masih tetap tertunduk, memainkan gelas kosong yang dipegangnya.
"Kalau begitu kau mau kan mendengarkan mereka dulu?"
Jeno tampak ragu, sebelum ia menjawab "Tidak sekarang. Nanti"
"Baiklah tak apa. Jeno boleh katakan pada Paman jika sudah siap" Siwon lantas bangkit berdiri hendak meninggalkan ruang rawat Jeno, namun mendadak ia teringat "Ah! Ada temanmu, Haechan namanya. Boleh dia masuk?"

••

Haechan masih berdiri menunggu didepan ruang rawat Jeno. Padahal ia sudah mau mengekor Siwon untuk masuk, namun mendengar keributan dari dalam, Haechan memilih menunggu diluar dan meminta tolong Siwon untuk menanyakan pada Jeno apakah ia mau menemuinya.

Haechan menoleh kearah pintu saat mendengar suara pintu terbuka, menampakan Siwon yang tersenyum padanya.
"Jeno mau menemuimu" ujarnya.
Haechan lantas membungkuk berterima kasih pada Siwon sebelum ia menerobos masuk.

"Yak! Lepas Chan! Sesak!" Omel Jeno. Pasalnya Haechan langsung berhambur memeluknya erat.
"Aw! Sakit!" Setelah melepaskan pelukannya, Haechan malah menghadiahkan Jeno dengan sebuah jitakan dikepalanya.
"Kau menangis ya?" Ejek Jeno.
"Kau juga habis menangis. Matamu saja masih bengkak" Jeno lantas memalingkan wajahnya, malu. Ia sebenarnya benci menunjukan dirinya yang lemah seperti ini tapi memang pada dasarnya ia tidak kuat seperti kelihatannya. Selama ini Jeno menjadi murid yang nakal bukan karena ia merasa kuat atau sok keren, tapi karena ia hanya mencari seseorang yang dapat menerima keadaannya. Ia merasa teman-temannya yang dulu tidak pernah mempermasalahkan kekurangannya, tidak seperti orangtuanya yang selalu sibuk membandingkan dirinya dengan Jein. Itulah alasan mengapa Jein lebih nyaman dengan teman-temannya yang sebenarnya membawa pengaruh buruk baginya.
"Terimakasih" ujar Haechan, tiba-tiba.
"Untuk apa?"
"Untuk tetap hidup"
"Geli sekali- Aw!" Haechan kembali memukul kepala Jeno, kesal.
"Awas saja kalau kau berbuat bodoh lagi seperti hari ini" ancam Haechan. "Kalau ada masalah itu cerita denganku! Aku ini temanmu tahu tidak! Kenapa malah mengambil keputusan sendiri"
"Maaf" ujar Jeno lirih. Ia baru sadar bahwa setidaknya ada seseorang yang masih mengharapkan kehadirannya didunia ini.

TBC
Jangan lupa vote & comment 🥺

I'm Jeno [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang