Jeno memilih memainkan ponselnya sembari menunggu kedatangan Ayahnya. Yuta memutuskan untuk memanggil Ayahnya perihal ia ketahuan merokok dan dengan penampilannya yang sangat berbeda hari ini.
"Jein, rapikan seragammu" perintah Yuta yang hanya dibalas dengan tatapan malas oleh Jeno. Ia sama sekali tak bergeming bahkan untuk mengancingkan kembali seragamnya.
"Kau mulai membantah? Ini pasti karena kau terlalu berteman dengan Haechan"
Ucapan Yuta barusan cukup membuat Jeno kesal.
"Jangan membawa bawa Haechan. Ia tidak ada hubungannya"
"Jelas ada. Kau itu murid unggulan. Tapi lihat kau sekarang? Merokok-"
"Sial, berisik sekali" Jeno kembali mengumpat.
"A-apa? Apa kau katakan barusan? Berisik?! Kau-"
Yuta terpaksa berhenti mengomel saat pintu kantornya terbuka dan menampakan Donghae didampingi dengan guru lain yang mengantarkannya.
"Silahkan duduk pak. Maaf mengganggu waktu anda, tapi saya perlu membahas mengenai Jein" jelas Yuta.••
Brak!
Punggung Jeno menabrak pintu mobil saat Donghae mendorong kasar tubuhnya. Donghae membawa Jeno ke tempat dimana mobil nya terparkir, tempat teraman bagi Donghae untuk berbicara dengan Jeno.
"Apa-apaan kau ini?!" Sentak Donghae. "Kau ingin semua orang tau bahwa selama ini kau adalah Lee Jeno?!"
"Kalau iya kenapa? Aku tak mau lagi menjadi Jein. Selama ini aku melakukannya demi Eomma. Tapi bukankah ternyata Eomma sudah tau semuanya?"
"Berhenti bertingkah! Apa sulitnya mengikuti semua permintaan Appa dan Eomma untuk tetap menjadi Jein? Ini semua juga untuk kebaikanmu!"
Jeno tertawa getir. "Kebaikanku ya?" Ujarnya lirih. "Bukannya ini semua hanya untuk kepentingan kalian?""Lee Jeno! Appa peringatkan untuk terakhir kalinya, jika kau masih berani bertingkah, maka Appa akan mengirimmu untuk kuliah di luarnegeri" ancam Donghae.
Tidak nampak ketakutan diwajah Jeno, anak itu malah makin menantang.
"Lakukan saja, sepertinya lebih asik tinggal di luar negeri, daripada harus tinggal bersama seseorang yang bahkan tidak layak disebut sebagai orangtua"PLAK! Sebuah tamparan keras mendarat diwajah Jeno, menyisakan bekas merah dipipinya.
"Jaga mulutmu!"
"Aku sudah tidak peduli lagi dengan kalian, jadi aku harap kalian juga tidak usah sibuk mempedulikanku" ucap Jeno terakhir kali sebelum ia pergi, naik kemotornya dan menancapkan gas cepat, meninggalkan Donghae yang masih menatapnya tak percaya.
Jeno tidak main-main dengan ucapannya barusan, ia sudah memiliki rencana sendiri, jadi kini ia tidak peduli lagi dengan apa yang akan orangtuanya lakukan.
Tanpa mereka mereka sadari, Haechan yang sedari awal sudah berada dibalik pohon, mendengar semua percakapan mereka.••
Suasana game center sedang sepi, mengingat ini masih dijam sekolah, hanya beberapa siswa yang terlihat membolos, juga Jeno yang ada disana. Ia sibuk memainkan mesin game didepannya, memasukan koin kembali entah untuk untuk keberapa kalinya agar game yang dimainkannya kini tidak berakhir.
Kadang mulutnya melontarkan umpatan atau kata-kata kasar, kadang juga ia berseru senang saat jagoan yang dimainkannya menang melawan musuh.Setelah puas bermain, Jeno berjalan masuk kedalam minimarket yang ada tepat disebelah game center. Membeli beberapa makanan instan juga ramen, makanan kesukaannya.
Ia baru saja akan memasukan mie kedalam mulut, saat Haechan tiba-tiba saja muncul dan memilih duduk dihadapannya.
"Mau apa kau?" Tanya Jeno ketus.
"Aku sudah tau semuanya. Mengenai-" ucapannya terputus sejenak, ragu untuk melanjutkan. Takut jika ia dianggap menguping padahal sungguh tadi ia tidak sengaja berada ditengah keributan Jeno dan ayahnya.
Jeno masih menunggu Haechan melanjutkan ucapannya, dengan mie yang masih menggantung disumpit.
"E-eomma mu. Dia sudah tau bahwa kau adalah Jeno" lanjut Haechan pada akhirnya.
Jeno menyuapkan mie kedalam mulutnya, sibuk mengunyah, enggan berkomentar.
"Dia memaksamu untuk tetap menjadi Jein ya?" Tanya Haechan.
Jeno masih tetap sibuk menghabiskan makanannya, dan setelah itu tiba-tiba saja ia mendongak,
"Ayahmu menunggumu" Jeno menunjuk kearah pintu, sontak Haechan menoleh, bisa gawat jika ayahnya melihat ia masih dekat dengan Jeno. Sial, ia sudah seperti anak gadis yang takut ketahuan berkencan oleh orangtuanya. Tapi ternyata tidak ada siapa-siapa disana, Jeno membohonginya. Saat Haechan kembali menoleh, Jeno sudah hilang dari bangkunya, dan pergi memacu sepedamotor nya yang sekejap menghilang dari pandangan Haechan.••
Jeno merebahkan tubuhnya diatas ranjang masih dengan seragam yang menempel dibadannya. Senyumnya mengembang. Satu keinginannya sudah tercapai, menjadi Lee Jeno walau hanya hari ini. Ya, hari ini saja, karena Jeno tak yakin jika esok ia masih ada.
TBC
Jangan lupa vote nya 😁
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Jeno [END]
Fiksi UmumLee Jeno, dipaksa untuk hidup sebagai saudara kembarnya Lee Jein. Dengan sifat yang berbeda jauh. Mampukah Lee Jeno?