Moon Story

118 18 24
                                    

Mentari telah pergi dari tahtanya, digantikan rembulan malam yang berkuasa. Harusnya di waktu itu tiba, jiwa-jiwa yang lelah harus segera beristirahat dari aktivitas bercinta pada pekerjaan. Pun Jemari panjang Nebula berhenti bercumbu pada keyboard komputernya.

Pria itu tampak menghela napas perlahan, kepalanya terasa sedikit pening, pening yang tak terlalu, tampak jelas ketika ia memijat dahinya pelan dengan kedua tangan. Meski ia kerap kali merasakan pening seperti itu, ia seolah telah terbiasa. Tak begitu menghiraukannya, bagi Nebula ia hanya butuh istirahat atau melihat sesuatu yang bisa membantunya mengurangi kesakitan itu.

Meski pria dengan manik galaksi itu nyaris tak pernah pergi ke luar rumah, ia memiliki aktivitas yang berkualitas dari dalam rumah, Nebula memilih untuk menjadi jurnalis tentang astronomi, seperti menulis beberapa berita online tentang fenomena langit yang jarang terjadi.

Tak hanya itu, Nebula juga merupakan penulis anonim untuk beberapa buah buku, beberapa buku justru menjadi best seller karena memiliki kisah yang menarik dan sulit di tebak, banyak misteri yang mampu Nebula tuliskan dalam bukunya, juga gaya kepenulisannya yang bisa diterima oleh beberapa kalangan usia. Buku best seller itu juga menjadi favoritnya karena mengisahkan kisah cinta antara Selene si Dewi Bulan dengan manusia biasa.

"Buku ini, buku yang aku sengaja tulis sebagai kado ulangtahun untukmu. Kau bahkan belum pernah membacanya sekalipun, kau pergi bahkan buku ini belum sepenuhnya selesai." Nebula menggumam seolah ada orang yang mendengarnya, ia mengambil buku berjudul MOON STORY itu, mengusap sampulnya pelan, matanya seperti mengisyaratkan senyuman ketika membuka lemberan pertama yang bergambarkan ilutrasi bulan, dimana Dewi Selene seperti sedang menari di tengah bulan yang bersinar terang, dengan siluet seorang pria yang menatap kearah bulan itu.

Mundeuk saenggakhae neodo nal jigeum bogo isseulkka
Tiba-tiba aku bertanya apakah kau juga memperhatikanku

Nae apeun saengcheokkaji nege da deulkinjin anheulka
Aku khawatir jika kau menemukan semua lukaku yang sakit

Dua bait lirik lagu yang segaja Nebula tuliskan di bawah ilustrasi bukunya, bait yang mewakili isi hatinya. Nebula membacanya setengah bernyanyi, seolah ada seseorang yang sedang mendengarkannya bernyanyi.

"Aku tahu dari atas sana bintang Rigel melihatku," Nebula tersenyum, ia melirik ke arah luar jendela kamarnya. Cerah, Nebula bisa melihat beberapa bintang juga bulan yang bersinar dengan amat sangat benderang tanpa di halangi kabut dan awan hitam.

"Bulan malam ini terlihat sangat indah, bukan?" Nebula menanyakan itu dengan sangat lantang. Pertanyaan itu sebenarnya ia tujukan pada sosok Rigel yang wajahnya selalu ada dalam pikirannya. Akan tetapi, Vega yang justru mendengarnya.

Vega yang datang membawa baki dengan segelas air minum juga obat di tangannya, tentu ia sangat terkejut pada apa yang Nebula katakan. Meski Vega yakin pertanyaan itu bukan ditujukan untuknya, hatinya berdebar. Tak tahu apa alasan hatinya sampai berdebar seperti itu.

Vega mengingat istilah yang pernah ia pelajari dan ia baca. Makna dibalik pertanyaan yang Nebula tuturkan itu berartikan aku mencintaimu, dituliskan oleh seorang sastrawan Jepang bernama Soseki Natsume.

"Iya, indah sekali. Sangat indah." entah setan mana yang merasuki Vega hingga berani menjawab pertanyaan yang bukan untuknya, itu seolah ia menerima pernyataan cinta dari Nebula. Vega bahkan hampir tak percaya ia bisa seperti itu.

Nebula berbalik, pria itu tetap dengan ekspresi wajahnya yang teramat dingin, bahkan mungkin Vega bisa merasakan udara di sekitarnya seperti ikut dingin.

Begitu keduanya bertemu tatap, Vega bisa melihat buku yang sangat ia sukai berada dalam genggaman Nebula, bahkan dari sampulnya saja Vega sudah bisa menebak, itu adalah MOON STORY yang ditulis oleh AnonimMoon, faktanya Nebula sendirilah penulis dari buku itu. Tetapi, Vega tak tahu fakta itu.

"Letakkan saja di atas nakas!" perintah Nebula pada Vega, ia paham betul Vega datang ke kamarnya untuk memberikannya obat yang harus rutin ia minum.

Sepertinya gadis bernama bintang itu memang sudah bisa menebak apa yang akan pria tersebut katakan padanya.

"Aku letakkan di atas nakas, kau harus meminumnya 30 menit sebelum tidur!" perintah Vega balik. Gadis itu segera meninggalkan kamar Nebula.

Sebelum gadis itu benar-benar melangkah ke luar, ia sempat berbalik sebentar. "Bulan memang selaku bersinar indah dan terang, bulan tidak pernah kehilangan cahayanya, ia selalu menyinari bumi. Meski cahayanya tak sampai bumi, itu hanya karena ada awan atau kabut yang menutupinya," ucap Vega. Entah dari mana sebenarnya asal dari kata-kata itu, hanya saja Vega hanya ingin berkata demikian tanpa alasan.

"Apa maksudmu?" tanya Nebula yang bingung.

"Bukan apa-apa. Ini hanya tentang bulan," Vega tersenyum kikuk ketika Nebula menatapnya bingung. "Ah, aku ingin mengucapkan terima kasih kemarin Tuan sudah menolongku dan menemaniku, aku merasa sangat tak enak akan hal yang terjadi itu," lanjut Vega. Sebenarnya Vega ingin mengatakan itu tadi pagi. Tapi, Nebula sedang dalam kondisi tidak baik tadi pagi. Sukur Vega berhasil mengucapkan terima kasihnya malam itu.

"Tak masalah," jawab Nebula tenang dan pelan. Kemudian pria itu berbalik kembali menghadap ke luar jendela, dan Vega yang pergi dengan senyuman di wajah.

***


Antara Lyra dan Seirios, keduanya hening, hanya terdengar suara beradunya sendok makan dengan piring keramik, mungkin jika ada jangkrik yang berbunyi suasana heningnya lebih terasa dramatis lagi.

Kalau saja bukan Seirios yang menulai untuk berbicara, mungkin keduanya akan selesai makan malam tanpa percakapan apapun.

"Maaf, aku tidak memberi tahukanmu tentang rumah yang aku jual," ucap Seirios penuh sesal. Namun, Lyra tak menghirau. "Lyra? Kau mendengarkanku?"

"Ya, aku dengar, katakan saja apa alasanmu! Aku akan mendengar meski aku mungkin tak bisa memaafkan kesalahnmu yang itu," jawab Lyra yang tampak malas, gadis itu hampir tak bersemangat menyantap makan malamnya, seperti selera makannya menghilang.

"Rumah itu memiliki penghuni lain yang bukan manusia, Lyra," terang Seirios.

"Jangan mencoba menakutiku. Aku bukan lagi anak kecil," Lyra memutar bola matanya malas, sedari kecil Seirios memang kerap kali menakutinya.

Sebenarnya yang Seirios katakan memang benar, rumah mereka yang lama itu juga di huni mahluk lain, dalam artian mereka dulunya hidup berdampingan dengan mahluk yang tak bisa mereka lihat dengan mata. Rumah mereka berdiri di atas makam satu keluarga korban kebakaran.

Sebenarnya aku tak ingin menceritakan ini padamu, "Ayah dan Ibu meninggal bukan sepenuhnya karena mereka sakit, jiwa mereka di usik. Dan kau yang terjatuh dari tangga, itu ulah mereka," jelas Seirios lagi.

Lyra diam, ia tak tahu harus percaya atau tidak, memang benar dulu ketika mereka tinggal di sana, Lyra kerap kali menerima hal-hal yang di luar logikanya. Namun, sebenarnya ada hal lain yang Seirios sembunyikan dari adik perempuan satu-satunya itu.

Love
AMEERA LIMZ

Halo Hai pembaca MOON yang tak banyak. Kalian pasti penasaran kan sama visual Nebula?

Aku mau kasih lihat nih sama kalian gimana tampannya si Nebula a.k.a Moon.

Gimana? Ganteng kan? Ganteng banget dong

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gimana? Ganteng kan? Ganteng banget dong. Hehe......

Ini hanya visual dari aku ya, kalian bisa membayangkan tokoh lain sebagai visualnya.

MOON [SUDAH CETAK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang