Goodbye Kisses

101 9 23
                                    

~~***~~


"Aku terlalu bodoh untuk terlalu lama tenggelam dalam duka, sampai aku lupa caranya untuk hidup bahagia. Aku sadar Tuhan memang memberi takdir pada umat ciptaannya. Namun, aku seolah menutup mata akan adanya takdir yang indah, dan kau salah satu dari takdir indah itu. Memang salah jika aku memintamu untuk menjadi orang lain. Tapi, apabila Tuhan mempertemukan kita kembali. Aku percaya kau adalah bumiku."
Pria yang ingin menjadi bulan (Nebula)

Sengaja Nebula ingin membaca suratnya seorang diri saja, meminta ibu dan adiknya untuk meninggalkan kamar.

Nebula membuka amplop bewarna abu di tangannya dengan perlahan, membukanya, dan membaca isinya dengan hati-hati, takut ada kata yang terlewat.

Untukmu: Pria yang ingin menjadi bulan

Aku tahu, jika kau sedang membaca pesan ini artinya kau sudah baik-baik saja. Aku harap selanjutnya kau juga akan tetap baik-baik saja, menjalani harimu dengan bahagia. Terima kasih sudah berani jujur dengan perasaanmu, Bulan.

Belum sampai sebagiannya yang Nebula baca, hatinya terasa sesak. "Aku baik-baik saja, aku sudah baik-baik saja sekarang," ucap Nebula pelan. Seolah Vega mendengarnya.

Kalau aku boleh jujur, sejujurnya aku juga menyukaimu. Tapi, untuk menjadi seperti orang lain. Maaf, aku tidak bisa. Aku sudah lama cukup tertekan untuk menjalani mimpi orang lain, aku tak ingin lagi tertekan dengan menjadi seperti sosok orang lain.

"Aku yang salah, tak seharusnya aku memaksamu seperti itu. Pasti sulit sekali bagimu untuk menjalani mimpi orang lain," gumamnya lagi. Kemudiam melanjutkan untuk membaca isi suratnya lagi.

Aku tahu, semua itu karena kau cinta, karena kau sayang, hanya saja cinta dan sayangmu masih memiliki syarat, dimana aku tak mampu untuk menembus syarat itu. Terima kasih untuk beberapa waktu yang berharga denganmu. Semoga di lain waktu aku bisa bertemu dengan dirimu yang sesungguhnya, yang jauh lebih baik. Aku tunggu tulisanmu yang selanjutnya, aku sudah tak sabar untuk membacanya, Anonimmoon.

Nebula membaca isi surat yang dituliskan Vega dengan tulisan tangan yang begitu rapih. Tangannya terlihat bergetar memegang lembaran isi surat itu.

Nebula ingin menagis, hanya saja air matanya seperti malu untuk keluar dari balik pelupuk mata. Nebula meremas kertas surat itu hingga menjadi bulat seperti bola, membuangnya ke dalam tong sampah kecil yang ada di sudut kamar. Ia bukan marah pada Vega. Tapi, merasa marah pada diri sendiri, ia merasa seperti pecundang yang tak bisa mencintai wanita dengan benar.

Pria tinggi penyuka warna abu itu berjalan ke meja kerjanya, menyalakan laptopnya, kemudian menghapus satu file yang membuatnya merasa sangat emosi dan membenci diri sendiri. Menghapus MOON STORY bagian 2. Akan ia ubah akhir kisah dari cerita itu.

Kemudian mata Nebula dibuat membelalak melihat tumpukan buku yang ia berikan pada Vega beberapa waktu lalu ada di mejanya. Vega sengaja meninggalkannya di sana, tak lupa dengan bola kristal.

"Kenapa dia meninggalkannya?" tanya Nebula pada diri sendiri ketika tatapannya sudah teralihkan pada lukisan wajah Vega yang dibuat Seirios.

Nebula segera berlari ke kamar sebelah, kamar yang sebelumnya di tempati oleh Vega.

"Kakak, ada apa?" tanya Lyra yang terkejut ketika Nebula membuka pintu dengan cukup kuat.

Nebula mengabaikan Lyra, ia membongkar satu meja yang di tutupi oleh kain putih sejak lama. "Terima kasih kau telah datang dalam mimpiku semalam, Rigel. Kau membuatku sadar bahwa aku akan tetap bisa bersinar tampamu," ucap Nebula yang menyentuh figura berisikan foto Rigel. Lyra dibuat menangis menyaksikan bagaimana Nebula berkata seolah ia akan tetap bersinar dan kuat. Haru.

MOON [SUDAH CETAK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang