~~***~~
Pagi ini Nebula memang sudah diperbolehkan untuk pulang ke rumah, mungkin nanti sesekali hanya perlu datang ke rumah sakit untuk melakukan pemeriksaan rutin pasca operasi saja. Bahagia sekali akhirnya Nebula bisa bertahan.Sejak pagi, sejak menginjakkan kaki kembali di rumahnya, Nebula tak melihat batang hidung Min Vega. Ada rasa rindu di hati Nebula sebenarnya, sejak ia di rumah sakit juga Nebula tak sekalipun melihat Min Vega datang menjenguknya. Kemana sebenarnya gadis itu?
Nebula juga belum mencari keberadaan Vega, Nebula pikir mungkin saja gadis itu sedang keluar, atau memang sedang libur.
Pria dengan tinggi 179 senti itu duduk dia atas ranjangnya, menatap keluar, dedaunan dari beberapa tanaman yang ada di taman tampak banyak yang menguning, berguguran. Menarik perhatian Nebula, Nebula bahkan sempat terpikir untuk membuat tulisan tentang daun yang gugur.
Kondisi pemulihan Nebula memang lebih lama di banding Lyra, karena memang kondisi sebelumnya sudah buruk. Sedangkan Lyra justru sudah bisa beraktivitas normal seperti biasa sejak dua hari lalu.
Lyra mengetuk pintu kamar Nebula dengan ketukan pelan yang masih mampu Nebula dengar.
"Masuk!" jawab Nebula dari dalam kamarnya, masih duduk di atas ranjang.
"Selamat sore, Kak!" sapa Lyra dengan senyum manisnya. Matanya terlihat berbinar-binar menyapa Nebula.
"Kau?" Nebula merasa aneh dengan keberadaan Lyra di rumahnya, belum lagi pakaian rumah yang dipakai Lyra. Tidak mungkin Lyra bertamu ke rumahnya dengan menggunakan pakaian rumah. Bukankah itu terlalu lucu? Trend fashion dari mana yang seperti itu?
"Sudah lebih baik? Aku datang membawakan Kakak makanan," tanya Lyra, setelahnya ia menunjukkan baki yang berisikan seporsi cheseecake. "Makanan kesukaan Kak Nebula dengan potongan buah kiwi di atasnya. Ayo, dimakan!" Lyra bahkan masih ingat betul apa yang Nebula sukai. Daya ingatnya sama seperti Seirios. Kuat sekali.
"Kau? Bagaimana? Kau datang kemari degan pakaian seperti ini?" tanya Nebula yang menatap Lyra dengan tatapan aneh, sementara yang di tatap justru sedang tersenyum-senyum. "Kenapa tersenyum?" tanya Nebula lagi, padahal pertanyaan sebelumnya juga masih belum mendapat jawaban.
"Kenapa? Aku di sini karena memang ada orang tuaku di tempat ini." Lyra tak henti tersenyum, bahagia melihat Nebula yang terlihat kebingungan.
"Maksudmu? Kau menginap di sini? Bersama orang tuamu? Sejak kapan? Bagaimana bisa?" Nebula terlihat seperti orang yang sedang melakukan wawancara pada orang yang sedang melamar pekerjaan, pertanyaannya menjadi banyak sekali.
"Sudah selesai introgasinya? Makan dulu kuenya! Nanti aku ceritakan semua. Pasti Kakak akan sangat terkejut."
Nebula menurut, ia mengambil sendok kue yang tergeletak di sebelah piring kuenya, menyendok, mencicipi kue yang Lyra bawakan untuknya. Bahkan untuk menikmati kuenya saja Nebula tidak fokus, hatinya bertanya di mana Vega, lisannya bertanya bagaimana Lyra bisa ada di sana.
"Bagaimana? Enak, tidak? Ini aku yang membuatnya sendiri. Dibantu juga tapinya," aku Lyra.
"Enak. Ini yakin dibuat sendiri? Ini terlihat seperti dibeli." Nebula tak yakin. Tampilan kuenya terlalu cantik, rasanya juga enak. Seperti dibeli dari toko kue. Namun, Nebula masih terus menyendok dan mengunyah. Mubazir kalau tak dihabiskan.
"Kakak. Lyra rindu Kak Nebula. Boleh Lyra peluk Kakak?" tanya Lyra hati-hati, takutnya Nebula tersedak potongan kuenya.
"Maksudmu, apa?" Nebula sampai berhenti menyuapkan kue kedalam mulutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MOON [SUDAH CETAK]
RomanceDia galaksi, lebih luas, lebih besar dari sebuah bulan. Ia terobsesi ingin menjadi seperti bulan yang mampu menerangi bumi dikala gelap malam hari. Tapi, apabila buminya tiada, apa rembulan itu akan tetap bersinar?