My Universe (TAMAT)

126 10 33
                                    

~~***~~


Ini menjadi salah satu daftar yang ingin Lyra lakukan dengan kedua kakak laki-lakinya, Nebula dan Seirios. Musium dating, menghabiskan sebagian malamnya untuk menikmati seni yang menyimpan makna di dalamnya. Menyusuri lorong-lorong ruangan dengan di gandeng dua pria tampan. Ditatap dengan tatapan iri oleh perempuan lain. Sungguh Lyra yang nakal. Bahkan Aquile, kekasih dari salah satu kakaknya saja dibuat cemburu karena sejak tadi yang di gandeng hanyalah Lyra.

Aquile mengusap kedua lengannya yang cukup terekspos, dingin terasa sampai kedalam tulang-tulangnya. Menggunakan dress abu-abu dengan satu tali bukanlah pilihan yang tepat untuk double musium dating di malam hari.

"Kau dingin?" tanya pria tinggi itu, menyelampirkan mantel abu miliknya ke tubuh Aquile yang kecil. Sampai gadis itu seperti nyaris tenggelam di balik mantelnya yang besar. Tetapi, tetap terlihat cantik.

Lyra cemburu. Gadis itu memanyunkan bibirnya. "Adiknya sendiri tidak dipakaikan mantel?" tanya Lyra yang menyindir.

"Adikku kan sudah pakai pakaian yang cukup tebal, jadi aku tidak perlu khawatir." Sontak saja mereka bertiga tertawa, kecuali Lyra yang kesal. Sebenarnya Lyra bahagia jika melihat kakaknya bahagia.

~~***~~


Vega sedang terlihat sangat buru-buru, jalannya setengah berlari, sesekali juga melihat pada jam di layar ponselnya. Vega meninggalkan dompetnya nya di ruang pertunjukan planetarium. Bisa-bisanya gadis itu meninggalkan dompetnya. Ini sangat tak biasa, karena Vega adalah gadis yang sangat teliti dengan barang-barangnya. Bagaimana Vega akan membayar bus sementara uang cash dan uang elektroniknya semua di dompet. Sebentar lagi bahkan sudah nyaris tengah malam, takutnya ia juga akan tertinggal bus terakhir, tidak lucu jika ia harus menginap di planetarium.

"Ahh, maaf, aku sedang buru-buru," Ucap Vega tak enak hati karena baru saja menabrak orang. Vega segera memungut tas dan ponselnya yang terjatuh.

"Vega?" tanya si perempuan yang tak sengaja di tabrak Vega.

Vega mendongakkan kepalanya. Melihat sosok di balik suara yang menyebut namanya.

"Ibu? Sedang apa di sini?" tanya Vega yang masih memungut isi tasnya yang berceceran.

"Ibu sedang menunggu suami ibu membeli minuman di toko seberang jalan, Nak." Ellena ikut berjongkok, membantu Vega untuk memunguti barang-barangnya, hal pertama yang Ellena pungut adalah benda pipih yang masih menyala, menampakkan foto wajah dari seseorang yang di kenalnya. Ellena tidak akan pernah lupa dengan sosok itu. Foto itu terlihat seperti foto lama yang di potret kembali.

"Cashley? Ini benar foto Cashley, kan?" Ellena menunjukkan foto yang ada di layar ponsel itu ke Vega, ke pemiliknya sendiri.

"Iya. Apa ibu kenal?" tanya Vega yang berhenti memunguti barang-barangnya.

"A--apa kau putrinya?" tanya Ellena yang sangat berharap mendapat anggukan dari Min Vega. "Marga namamu juga sama seperti marga suaminya. Kau benar putri mereka, Nak?" tanya Ellena lagi.

Vega mengangguk pelan. "Iya, Bu. Dia ibuku."

Tidak tahu lagi betapa bahagianya Ellena bisa bertemu dengan putri dari sahabatnya. Rasanya Ellena ingin sekali memeluk Vega. Ingin bertemu dengan sahabatnya juga.

"Cashley sahabatku, kami hilang kontak sudah hampir dua puluh tahun lamanya. Boleh ibu memelukmu, Nak?"

Vega mengangguk, bahkan baru beberapa detik saja ia mengangguk, Ellena sudah berhambur mememluknya. "Dimana ibumu sekarang, Nak?" tanya Ellena yang masih tak melepaskan pelukannya.

MOON [SUDAH CETAK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang