~~***~~
Lyra adalah wanita paling gila, paling nekad, karakternya persis sekali seperti tokoh Joanna dalam novel 'Love In a Torn Land' karya Jean P. Sasson yang di baca oleh Vega. apapun yang ia inginkan maka harus di dapatkan, apapun itu, harus berjuang lebih dulu.Maka jangan merasa terkejut lagi jika tiba-tiba melihat Lyra sudah berdiri di depan pintu rumah yang bergaya klasik modern, rumah yang berada tak jauh dengan rumah meraka waktu dulu.
Gadis itu terlihat sangat cantik dengan balutan gaun selututnya yang beraksen brukat pada bagian lengan, rambutnya yang terlihat baru saja diwarnai dengan warna coklat gelap itu dibiarkan tergerai indah, ada jepitan kecil berbentuk bunga lili di sana.
Lyra sudah mencoba menekan bel berkali-kali, tak sabaran sekali menunggu seseorang untuk membukakan pintu dengan sangat lebar.
Pintu berderit, dibuka dari arah dalam, bukan tuan rumah yang membukanya. Tapi, Vega. Vega berani menerima tamu hanya setelah Nebula yang memintanya untuk membukakan pintu, padahal tadi keduanya sedang asik membaca buku di taman belakang. Sedang dekat. Sedang bercerita banyak hal juga, berbagi kisah hidup satu sama lainnya.
Min Vega tersenyum dengat sangat ramahnya, begitupun Lyra. Keduanya saling menyapa dengan sopan.
"Halo, calon kakak ipar!" sapa Lyra yang berhasil membuat Vega diam setengah melongo.
"Ha-Hai, Lyra!" sapa Vega balik. "Ada apa gerangan kau datang kemari? Kau sendirian saja?" tanya Vega yang mengedar pandangannya, mungkin saja Lyra datang bersama kakak lelakinya.
"Iya, aku sendiri. Pasti Kak Vega sangat berharap aku datang bersama kakakku, ya?" goda Lyra yang berhasil membuat Vega malu.
Vega bingung, sebenarnya apa yang sedang ia rasakan sebenarnya?
Melihat bagaimana ketangguhan seorang Lyra yang mencoba dekat dengan Nebula, menceritakan banyak kisah masa kecil mereka. Vega merasa seperti dirinya di sana tak ubah benda mati atau justru benda tak kasat mata. Tak di anggap keberadaannya. Lyra terlalu asik bercerita, sementara Nebula terlalu fokus mendengar cerita.
Vega membawa dua buah gelas berisi jus buah segar untuk Nebula juga tamunya itu. "Silakan di minum, ini segar sekali di siang hari seperti sekarang," Vega memindahkan gelas minuman itu dari dalam baki yang ia bawa, meletakkannya ke dekat Nebula dan Lyra.
"Terima kasih, Kak!" Lyra segera mengambil minuman untuknya, sejak tadi ia memang sudah merasa sangat haus. Tenggorokannya terasa kering karena sudah terlalu banyak mengoceh.
"Untukmu? Kau hanya membuat dua?" Nebula urung meminum miliknya. "Kalau begitu kau minum yang ini saja. Biar aku minum kopi saja," Nebula menunjuk ke arah kopinya yang sejak tadi sudah berubah dingin. Memberikan jus miliknya untuk Vega.
Lyra tampak mengamati bagaimana cara Nebula bersikap pada Min Vega. Ia benci. Ia cemburu. Tapi, berusaha menyembunyikan kecemburuannya.
"Mungkin Kak Vega memang tidak suka jus buah. Jangan di paksa, Kak." Lyra mengambil jus yang masih ada di tangan Nebula. Meletakkannya ke atas meja. "Oh, iya, Kak. Coba lihat ini," tunjuk Lyra pada jepit rambut bunga lili miliknya, Lyra sedikit menunduk. "Ini jepitan yang sama seperti milik Kak Rigel, ibunya Kak Nebula yang memberinya padaku saat itu." Nebula ingat akan jepitan rambut yang satu itu, memang dulu Rigel sering menggunakan jepit yang terbuat dari perak dan batu alam itu. Sepertinya jepitan itu juga masih tersimpan rapih di kamar Rigel yang ditempati oleh Vega sekarang.
"Sayang sekali, sekarang Bibi El dan Paman Kim sedang tak di rumah. Kak Rigel juga. Padahal aku sangat ingin bertemu mereka. Sudah rindu. Sudah berapa lama mereka pergi?" Lyra jadi bicara terlalu banyak. Upayanya ingin mencuri perhatian Nebula.
KAMU SEDANG MEMBACA
MOON [SUDAH CETAK]
RomanceDia galaksi, lebih luas, lebih besar dari sebuah bulan. Ia terobsesi ingin menjadi seperti bulan yang mampu menerangi bumi dikala gelap malam hari. Tapi, apabila buminya tiada, apa rembulan itu akan tetap bersinar?