Hampir satu jam sudah Rhiyon berjalan menelusuri kota Veenia Aldzali yang sangat besar itu untuk melakukan pemeriksaan dengan menggunakan jam dan kacamata digital yang dimilikinya. Ia lalu berhenti sejenak di dekat sebuah toko aksesoris yang cukup besar. Ia memandang ke atas dimana langit semakin bersinar cerah yang menandakan hari semakin siang. Tak lama kemudian lamunannya terbuyar oleh teriakan seorang gadis yang didengar olehnya. Ia pun segera berbalik menghadap kembali ke jalan raya kota.
Di depan hadapan Rhiyon, tiga orang terlihat berlari dengan cukup dahsyatnya. Rhiyon melangkah ke depan dan menghadap ke kiri dimana ia melihat tiga orang tersebut masih berlari terus semakin menjauhinya. Sesaat Rhiyon menjadi heran dan berpikir tentang apa yang telah terjadi. Namun karena ia masih mempunyai tugas yang harus diselesaikan, Rhiyon tidak mau mempedulikannya.
Rhiyon kemudian memutarkan tubuhnya berbalik ke belakang. Namun seseorang segera menabraknya hingga ia pun jatuh ke tanah. Ketika kedua matanya membuka, Rhiyon menemukan ia bertatapan dengan sang gadis yang dicarinya. Rhiyon terduduk di tanah dengan kaki kirinya lurus ke depan, kaki kanannya menekuk membentuk segitiga dengan alas tanah dan tubuh atasnya yang condong ke belakang berhasil ditahan oleh kedua tangannya yang menekan di atas tanah. Gadis itu berada di hadapan Rhiyon dengan jarak yang cukup dekat sekali. Kedua lutut kakinya bertumpu di tanah dan tubuhnya condong mengarah ke depan Rhiyon. Sang gadis menatap Rhiyon dengan pandangan yang khawatir. Sang gadis meminta maaf dengan suara lembutnya dan bergerak untuk berdiri kembali dengan pelan-pelan.
Setelah sang gadis berdiri, Rhiyon segera bangun dari posisinya untuk berdiri juga. Mereka kembali bertatapan dan senyum manis terlihat di wajah gadis itu. Rhiyon yang melihatnya menjadi heran dengan memiringkan kepalanya sedikit ke kiri. Suara cukup keras terdengar dari arah perut sang gadis dan membuat keduanya menjadi saling terkejut, terutama si gadis yang langsung wajahnya menjadi merah karena malu.
"Are you hungry?" tanya Rhiyon.
"Uh, e... y... yes," jawab sang gadis.
"Actually, I have some money to buy some food, but---" jelas sang gadis namun terhenti sebentar.
"Those three guys stole it from you, didn't they?" terka Rhiyon.
"Yes!" ucap sang gadis membenarkan.
"Well, in that case, I'll buy you some food," kata Rhiyon.
"Ah, n... no, don't, I can't u---" ucap sang gadis dengan nada agak khawatir dan terhenti tiba-tiba karena dipotong oleh Rhiyon.
"It's okay, let's go," ucap Rhiyon yang memotong suara sang gadis sebelum sempat menyelesaikan kalimatnya.
"Ummm... y... yes," setuju sang gadis akhirnya dengan malu-malu.
Rhiyon lalu memutar tubuhnya berbalik ke belakang dan berjalan. Sang gadis berjalan dengan pelan mengikutinya dari belakang.
Sebuah toko roti terletak di pinggir jalan raya kota yang dinamakan The Wonder Cake and Bakery Shop. Tak lama kemudian, Rhiyon muncul dari balik pintu toko roti tersebut dan melangkah ke luar. Sang gadis berambut hitam panjang lalu muncul dari balik pintu mengikuti Rhiyon dengan menggenggam sebungkus roti berukuran panjang sekitar 20 cm yang masih hangat dimana asap-asap masih terlihat menguap dari roti tersebut.
Rhiyon berhenti tak jauh dari toko roti tersebut dengan jarak sekitar 5 meter. Sang gadis berpakaian baju rok merah ketat terbuka tanpa tangan itu segera berhenti sekitar 1 meter di belakang Rhiyon. Rhiyon berbalik menghadap ke gadis itu. Roti yang dipegang oleh gadis itu telah termakan ¼-nya.
"So, what are you goi---" ucap Rhiyon.
Sebelum sempat Rhiyon menyelesaikan kalimatnya, sebuah communication call terdengar. Rhiyon menatap gadis di depannya yang berwajah sangat polos itu sebentar.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Savior and The Creator
Viễn tưởng"Sebuah cerita fantasi yang mengisahkan tentang perjalanan tujuh individu baik dari ras manusia maupun ras bukan manusia dalam mencegah terjadinya kehancuran dunia." Pada saat kenangan-kenangan bergabung bersama... Pada saat mahkluk pembawa mala...