Chapter 14 : The Furious Windy Cave

23 1 0
                                    

Hari menjelang sore hampir malam. Di tempat peristirahatan Rhiyon, Frayn, Elina dan Kyrene kini diterangi dengan api unggun yang hangat. Untunglah Kyrene bisa menggunakan sihir Fira sehingga udara malam yang dingin tidak mengganggu peristirahatan mereka. Sang putri pun kini sudah sadar dan terlihat duduk berbincang-bincang dengan Frayn dan Kyrene di dekat api unggun. Lalu, di mana Rhiyon tersayang berada? Ya, saat itu ia sedang berada di pinggir bukit, tak jauh dari tempat peristirahatan. Dengan menggunakan kacamata digitalnya, ia memandang jauh ke depan dimana tanah Cheltia membentang sangat luas. Namun tak satu pun kota atau desa yang keberadaannya dapat terdeteksi. Yang nampak hanyalah pengunungan yang memanjang di pinggiran benua bagian barat.

Dari belakang terlihat Frayn datang mendekati Rhiyon. Lalu Frayn mengambil tempat di samping kanan Rhiyon.

"So, how is it, Rhiyon?" tanya Frayn.

"The glass works fine, but not the watch. And we are in the Drakia Fercine State," ucap Rhiyon.

"Great!" tanggap Frayn dengan nada agak kesal. "How do we suppose to make a call now?"

"Well---" tanggap Rhiyon.

"Forget it! So, Drakia Fercine you say? After all, we are still in the Elphata Continent," tanggap Frayn.

"Yes, but apparently no cities and villages ahead of us---" jelas Rhiyon.

"What?! None?!" ucap Frayn yang terkejut.

"It looks like the mysterious forest that we can't detect, has divided Drakia Fercine State into two part of areas. And currently we are in one of those areas in which no cities and villages are exist," jelas Rhiyon.

"Holy shoot! This is crazy! What should we do if there are no cities even villages around here?" ucap Frayn yang benar-benar cemas.

"Maybe that cave---" jawab Rhiyon yang langsung dipotong.

"Eh, you found what? A cave?" tanya Frayn.

"Yes, a cave, in the nearest western mountains. Perhaps it connects to some places. I don't know, but at least we need to try it," ucap Rhiyon sambil mematikan kacamata digital-nya dan menoleh ke arah Frayn.

"Hhhh... ya, we won't know unless we try it," ucap Frayn. "How far is it to the cave?" tanya Frayn yang kemudian menyalakan kacamata digital-nya.

"I think around half-day walk. It's to the north of this hill," jelas Rhiyon.

"Yeah, I can see it. I hope it's not a scary cave," ucap Frayn.

"Hmmm... ya," tanggap Rhiyon.

Setelah itu Frayn mematikan kacamata digital-nya dan kemudian mengajak Rhiyon untuk kembali ke perapian unggun. Mereka beranjak dari bukit. Di sekitar perapian masih terlihat Elina dan Kyrene berbincang-bincang. Tak lama kemudian Rhiyon dan Frayn bergabung dengan kedua gadis tersebut. Di perkumpulan itu, dapat terlihat Frayn dan Kyrene yang paling banyak berbincang sementara Rhiyon dengan sifatnya yang pendiam hanya sesekali berbicara dan Elina berbicara dengan sangat polos, sering tersenyum dan suara yang sangat lembut. Kadang-kadang Elina memandang Rhiyon yang hanya terdiam seperti memperhatikan api unggun dengan seksama. Dan ketika Rhiyon kembali ke alam sadarnya dengan mengangkat penglihatannya ke depan, ia bertemu pandang dengan Elina di seberangnya. Elina lalu tersenyum manis kepadanya, much to Rhiyon's confusion. Begitulah hari yang melelahkan ini diakhiri dengan istirahat yang cukup oleh Rhiyon, Frayn, Elina dan Kyrene dengan diterangi oleh api unggun.

*****

Esok pagi hari pun menjelang. Di tempat peristirahatan Rhiyon cs, terlihat Elina masih tertidur di bawah sebuah pohon besar dan rindang. Tak jauh dari sana Kyrene berjalan pelan-pelan mendekat ke pohon tersebut. Dengan suara yang pelan Kyrene membangunkan Elina. Beberapa detik kemudian Elina membuka matanya pelan-pelan dan melihat Kyrene di hadapannya tersenyum. Elina lalu bangun dan duduk. Kyrene mengatakan bahwa sudah waktunya mereka untuk siap-siap berangkat. Elina mengangguk dan tersenyum mengatakan bahwa ia siap.

The Savior and The CreatorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang