- 5 -

615 124 4
                                    

"Hoaahmm.."

Kuapan melayang keluar dari mulutku.
Sembari berjalan menuju sekolah yang sudah tak jauh lagi lokasinya.

Jangan lengah dengan sekitarmu.
Kapanpun dan dimanapun itu.
Bawa beberapa jarum di tasmu.

Ucapan sensei pagi ini masih terngiang di kepala.
Tidak mungkin aku bisa lengah di saat begini.

Jadi sasaran anak geng, kurang apalagi aku? Terjebak dalam jaring laba-laba dan tak bisa pergi sebelum memusnahkan laba-laba itu.

Tapi kalau melihat kondisiku saat ini.
Tidak mungkin aku bisa melawannya sendiri.
Dia pasti akan membawa teman lainnya juga untuk mengeroyokku nanti.

"Mau tidak mau lewat sini."

Aku memilih jalan yang paling ramai dilewati orang-orang, menyembunyikan keberadaanku diantara mereka.

Agak jauh memang dari sekolah.
Tapi ini cara teraman agar tidak tampak.

Syukurlah aku sampai di sekolah dengan selamat. Bahkan menginjak kaki kelas juga mas–

Bletak!

"Aduh!!"

Sentilan jari mendarat di dahiku.
Panas sekali, sampai harus diusap untul meredakannya.

Tepat di depanku, pelaku yang menyentil berdiri.

"H-hina-chan, aku salah apa?"

Aku meringis kesakitan, sementara dia tampak khawatir juga kesal sekaligus.

Dia menarikku menuju kursi mejaku, menyuruhku untuk duduk berhadapan dengannya.

Waduh, aku punya firasat ini bukan hal baik.
Apapun itu, tidak baik kalau memburuk.

"Maaf kalau aku ada salah."

Mataku tertutup seraya alis mengerut.
Sebentar Hina tak berlaku apapun.
Barulah dia berkata saat aku membuka mata kembali, lensa mengkilapnya gemetar.

"Jangan membahayakan dirimu lagi!!"

"Aku, Emma-chan khawatir Kau kenapa-napa kemarin! Tiba-tiba menghilang tapi chat dibaca, untung kau benar baik-baik saja."

Lirikku mengarah kesamping.
Merasa bersalah padanya.

"M-maaf, kau kecapekan kemarin, jadi tidak sempat menjawab."

Hina hendak mengatakan sesuatu padaku, tapi urungkan begitu saja dengan hembusan nafas.

"Jangan membuatku takut, (y/n)-chan. Bagaimana kalau kemarin Izana-kun tidak muncul? Bagaimana kalau saat itu Emma tidak bersama siapapun?"

Hina sudah menceramahiku seperti ibu-ibu yang khawatir dengan anaknya saja.

Tatapku turun kebawah, mengaku bersalah.

"Aku bisa sedih kalau (y/n)-chan terluka.."

Isakan terdengar setelahnya.
Saat wajahku kembali terangkat, aku melihat Hina menitikkan air mata di hadapanku.

Unknown Number From The Future (Izana x Reader) || Tokyo revenger FanfictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang