Unknown Number From The Future (Izana x Reader) || Tokyo revenger Fanfiction

- 11 -

Izana's POV

Hitam...

Aku tak bisa melihat apapun.

Ada dimana aku sebenarnya?

Pandangan kusebarkan.
Hanya ada hamparan ruang hampa tanpa siapapun disana.

Gelap dan tak berujung.

Gelap dan sunyi, seperti dasar lautan.

Apa ini akhirnya?
Tak ada seseorang yang bisa menyelamatkanku?
Tak ada yang menemukanku?

Sedari lahir di tanah bumi.
Tak ada seorang pun yang ingin memiliki orang sepertiku.

Bahkan orang yang membawaku menuju dunia ini membuangku begitu saja.
Menganggapku sebagai sampah yang seharusnya tak dilahirkan.

Dua telapak tangan kupandang.

Gelap...
Tak ada bedanya dengan tempat ini.

Apa aku memang seburuk itu?

Seburuk itu sampai tak ada seorang pun yang ingin bersama denganku.

Lalu untuk apa aku disini?

Menunggu semua sirna satu persatu, meninggalkanku seorang diri.

Tubuhku serasa menyusut, kembali ke bentuk dimana aku masih memiliki tubuh kecilku.
Kembali di masa Kak Shin mengajakku berjalan-jalan. Sosok yang menganggapku bagai adik kandungnya sendiri.

Kini dirinya telah tiada.
Sirna di mata, tersimpan dalam dada.

Apa aku akan menyusulnya?

Apa mungkin, tempatnya memang tempatku kini seharusnya?

Tak ada yang menerimaku disini.
Bahkan Kakucho pasti sudah pergi keatas sana bersama Kak Shin.

Apa gunaku berdiri disini lagi?

'Kau tak lagi sendiri'

Suara lembut terdengar.
Sedetik kemudian aku melihat seseorang dengan tubuh melayang, seperti berenang ke dalam gelapnya air laut, kakinya berkecipak, mendorong tubuhnya turun.

Dua tangannya terbuka, merangkul leherku, mendekatkan kepalanya denganku.

Tubuhnya memancarkan cahaya.
Menerangi sekitar, seraya dua tangannya memelukku dalam kehangatan.

'Aku ada disini'

'Aku akan membawamu ke masa depan yang kau inginkan'

Ucapnya berlinang buih air laut dari ujung lensanya.

Siapa kau?

Bisikku.

Sosok itu melepas dekapannya.
Dia menatapku, dua telapaknya menangkup wajahku.

'Aku yang menyelamatkanmu'

'Masa depanmu–aku akan menerangi jalanmu, melindungimu juga masa depanmu!'

Senyum lembut kini tampak, walau wajahnya tak begitu jelas terlihat.

'Hiduplah, Izana-kun.'

'Aku mohon..."

'Buka matamu..'

Ruang gelap itu seketika menghilang, bersamaan dengan menghilangnya orang itu.
Hanya ada cahaya dan hamparan putih yang menyilaukan mata setelahnya.