TIME SKIP

2.9K 379 140
                                    

Happy reading ✨

•••

Tangis pilu keluarga terdengar di hadapan pusara bernama lengkap 'Aleta Petricia Willson'.

Umurnya tak lagi muda, Tuhan pun tak mau membuatnya lama-lama menahan sakit yang dia diderita selama ini. Sampai pada akhirnya dia kembali ke pangkuan Tuhannya dengan meninggalkan keluarga tercintanya.

Di samping itu, hidup seseorang hancur bersamaan dengan kematian gadis yang sang ia cintai. Seluruh lampu kehidupannya padam begitu saja, kehidupannya kembali gelap dengan diselimuti rasa sepi.

Di balik kacamata hitamnya sepasang mata elang yang dulunya selalu menatap tajam ke arah siapapun yang berani mengusik gadisnya, sekarang redup bagaikan tak memiliki energi untuk menunjukan tatapan itu kembali.

“Ayah.”

Mendengar suara itu, air mata yang sejak tadi dia tahan akhirnya turun membasahi pipinya. Dari sisinya seorang gadis cantik yang kini sudah berkeluarga menghampirinya, mengusap lembut punggung sang Ayah.

“Jangan nangis....” bisiknya kemudian mengusap air mata sang Ayah.

Kedua mata yang sejak tadi menunduk menatap gundukan tanah akhirnya terangkat, menatap wajah yang kini satu-satunya jadi tempatnya untuk melihat kembali wajah gadisnya yang sudah pergi meninggalkannya lebih dulu.

“Aga.” ucapnya setelah lama terdiam.

Gadis bernama Agatha itu tak tahan menahan air matanya, kini diapun ikut menangis saat Ayahnya memeluk erat dirinya.

“Bunda udah janji sama Aslan! Gak bakal ninggalin Aslan! Tapi Bunda bohong! Bunda penipu! ASLAN BENCI SAMA BUNDA!”

Teriakan itu membuat semua mata menatap ke arah seorang laki-laki yang tengah menunduk dengan kedua tangannya mencengkram kuat tanah kuburan sang Bunda.

Rasa pilu dan sakit hati kini menguasai Aslan, kehancuran hidupnya benar-benar tak terduga. Dia merasa semua ini tidaklah adil baginya.

Aslan merasa Tuhan sangatlah membencinya, Tuhan mengambil hal berharga baginya di saat dia ingin menyelesaikan kuliahnya, dan sudah menjadi janjinya kalau dia akan membawa Bundanya untuk menemaninya di acar wisuda nanti. Tapi semuanya pupus saat Bundanya menutup kedua matanya untuk selamanya.

Aslan merindukan tatapan hangat sang Bunda. Dia sangat merindukannya.

“BUNDA!”

Laki-laki yang sejak tadi memeluk anak perempuannya akhirnya melepaskannya. Perlahan-lahan dia mendekati putranya yang masih saja terisak tak terima.

“Aslan. Dengerin Ayah, Bunda kamu gak kemana-mana Slan. Dia tetap ada sini.” ucapnya dengan diakhiri menunjuk hati Aslan.

Aslan menoleh, dia menatap tajam Ayahnya. “Kalau aja Ayah langsung bawa Bunda ke rumah sakit, gak mungkin Bunda pergi ninggalin Aslan!” bentaknya dengan kuat.

“Aslan. Ayah udah berusaha, tapi Tuhan lebih sayang sama Bunda.” ucapnya mencoba membuat Aslan mengerti.

Aslan menepis kuat tangan Ayahnya. Dia bangun kemudian mengusap kasar air matanya kemudian dia pergi meninggalkan pemakaman.

Defandra 2 [End] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang