...kafe...

73 9 0
                                    

"Bagaimana?  Apakah sudah selesai?."

"Sudah tuan, semuanya lancar. "

"Bagus, selanjutnya biar aku yang urus. "

"Baik."

-----⭐-----

1 bulan berlalu dengan cepat. Tak terasa sudah hampir 2 bulan Ara dan Raja tinggal di Jakarta. Mang Dadang sendiri memilih di desa dan mengurusi keluarga serta usaha pertaniannya. Raja, dia memilih untuk bekerja di salah satu perusahaan temannya.

Dan Ara, dia sudah kembali seperti biasa meski masih pendiam namun kini Ara sudah lebih baik. Kembali bersekolah dan bermain seperti biasa. Dengan dukungan kembar D dan keluarga, Ara kembali membaik dengan cepat.

Saat ini Ara sedang duduk diam di halte menunggu sang kakak sembari mendengarkan lagu pamit dari Tulus, ia diam dan menghayati setiap kata yang tersaji di lagu tersebut. Kembar D tengah latihan basket mingguan seperti biasa, membuat mereka tak bisa mengantarkan Ara pulang.

1 menit

2 menit

3 menit

5 menit

Dan ya, menit kelima mobil Raja berhenti di depan halte, Ara pun langsung menghampiri dan naik ke dalam mobil merah milih almarhum ummahnya tersebut.

Raja pun tersenyum singkat saat Ara mencium tangannya. Merasa bahagia meski sang ummah telah tiada. "Bagaimana hari ini?. " Tanya Raja memulai obrolan.

Ara pun memerhatikan pemandangan yang mulai berganti karena mobil pun mulai bergerak perlahan. "Baik, tak ada masalah. "

"Baguslah kalau begitu, bagaimana kalau kita makan dulu, kebetulan hari ini kakak bisa langsung pulang ke rumah setelah mengantar Ara. Bagaimana?. " Tanya Raja.

Ara pun menoleh pada Raja dan mengangguk " Boleh, Ara lagi pengen makan ramen. "

"Baiklah tuan putri mari kita makan ramen. "

Ara pun tersenyum manis, " Ayoo!!. " Ucapnya heboh.

"Hahahahaha." Keduanya pun tertawa bahagia. Yah, hanya alasan klasik namun mereka bahagia.

*
*
*
*
*

"Baiklah, mau pesan ramen apa ra?. "

"Ara pengen yang kaya biasa aja, yang ada beef nya. " Jawab Ara sembari menunjuk buku menu di hadapannya.

Raja pun mengangguk, " Baik mbak, ramen dengan beef nya 2 dan minumannya air putih 2 dan jus jambu nya 1." Jelas Raja.

"Baik, saya ulangi. Ramen beef nya 2, air putihnya 2, dan jus jambu nya 1. Ada tambahan?. "

"Tidak."

Pelayan itupun mengangguk dan menyampaikan pada Raja dan Ara untuk menunggu 10 menit hingga pesanan datang.

"Gimana pekerjaan kakak?. "
Raja yang memang melamun sembari memerhatikan Ara pun tergelak, "baik baik saja. Tak ada masalah. " Jawab Raja lembut.

"Baguslah."

Keduanya kembali saling diam. Ara yang melihat lihat desain restauran dan Raja yang tetap memerhatikan Ara. Hingga " Raja Ara. "

Yang dipanggil pun menengok ke arah dua pria yang mengenakan baju formal lengkap. Refleks Raja menarik Ara mendekat, kebetulan mereka duduk di meja bundar.

Kedua pria tersebut masih diam, memerhatikan bagaimana prilaku Raja pada Ara. "Boleh kami duduk?. "

Ara pun menoleh pada Raja, dan Raja dia masih diam, dan kelihatan tak suka bila mereka bergabung bersama. "Duduklah." Ucap Ara yang membuat Raja melotot dan kedua pria tersebut yang senang.

"Kenapa kau mengizinkannya. " Bisik Raja pada Ara.

"Ara tau kalau kalian ada masalah, kata ummah kalau punya masalah itu di hadapi bukan malah bersembunyi. " Bisik Ara kembali.

Membawa nama ummah membuat Raja sadar, ia harus bisa menarik Ara keluar dari masalah ini, karena Ara tak salah disini.

"Permisi, ini pesanannya." Pelayan pun datang dan menyimpan pesanan di meja, dan bertanya pesanan kepada kedua pria yang baru bergabung.

"Jadi, ada apa kalian kemari?. " Tanya Raja datar.

Ara langsung memakan ramennya dengan lahap, tentu itu diperhatikan oleh salah satu pria yang duduk di samping kiri Ara.

"Kami hanya ingin bergabung, apakah salah?. "

"Tentu!. kau mengganggu waktu ku dan adikku. " Ucapan sinis itu kembali terdengar. Biasanya Ara akan memprotes namun kini ia diam, ia sadar bahwa ini masalah kakaknya. Mending makan ramen biar kaya Naruto itu yang difikirkan Ara.

"Maaf kalau menganggu waktunya Raja, tapi kami perlu membahas masalah kita dan ini perlu diselesaikan. Saya memang tak ada hubungannya dengan kalian, namun, Pram adalah asisten pribadi saya yang sudah mengabdi sedari dulu, tak wajar bila saya mengabaikan ini. " Terang Agler.

Ya, yang datang adalah Agler dan Pram. Mereka berdua memang melihat Ara dan Raja yang memasuki restauran, karena mereka sedang di kafe depan restauran.

"Masalah apa? Tentang ummah?  Atau tentang kita?. " Tanya Raja.

"Segalanya, apakah bisa?. " Tanya Pram.

Raja diam, memikirkan apakah perlu ia menuruti si Pram ini. "Mending ngobrolnya di rumah Ara aja. Tak baik membicarakan hal keluarga diluar. " Ucapan bijak tersebut keluar dari mulut gadis kecil, siapa lagi kalau bukan Ara.

"Apa yang dikatakan Ara benar, apakah bisa?. " Kali ini Pram yang bertanya.

Raja menghembuskan kasar nafasnya. "Baiklah, silahkan datang ke rumah kami malam ini. Kami tunggu. "
Setelahnya Raja pergi dengan Ara yang mengekor, tak lupa pula Ara mencium tangan Agler dan Pram.

"1 pintumu sudah terbuka Pram. "

"Ya tuan, akan saya selesaikan. "












11.september.2021

AGLERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang