...Mereka Lagi...

80 9 6
                                    

Kedua insan itu saling diam, terlihat tak akan ada yang akan memulai pembicaraan terlebih dahulu. Yang tua hanya diam memikirkan masalah yang akan datang dan yang kecil hanya memikirkan bagaimana caranya agar mereka bisa punya obrolan.

Yang tua pun mulai gusar dan mengatakan hal yang mengganjal di hatinya " Kenapa Ara izinin om Agler dan om Pram duduk di meja kita tadi?. "

Ara, gadis itupun langsung menengok ke arah sang kakak yang ada di sampingnya " Ara kan udah kasih jawaban tadi siang, yang bisik bisik itu. " Jawabnya dengan mimik bingung.

"Oh.. Iya, " Dan kembali hening.

Tok..

Tok..

Tok...

"Asalamualaikum Ara, main yu.. Ara... Main yuuuu. "

Raja mengalihkan tatapannya ke arah pintu rumah, "Sepertinya teman gesrekmu sudah datang. " Ucapnya.

Ara tersenyum kecil, "ia." Ara pun bangkit dan menyalimi sang kakak " Yaudah kalo gitu Ara ke rumah si kembar dulu ya, asalamualaikum. "
"Ia, Waalaikumsalam. "

Ceklek..

"Hallo Ara, " Sapa Alfi setelah Ara membuka pintu.

"Hai juga fifi. " Sontak Alfi memberenggut.

"Nama aku Dalfi bukan fifi, aku gelay dengernya. " Kesal Alfi.

Ara pun hanya tersenyum, dan mulai melangkahkan kakinya ke rumah seberangnya itu, dan Alfi yang mengikuti sembari mencebikkan bibirnya.

*
*
*

Ceklek..

"Assalamu'alaikum, hallo semua. "

"Wa'alaikumsalam, masuk ra. " Ara pun mengangguk dan duduk di atas kasur.

"Si Alfi mana ra?. " Tanya pria rambut klimis, siapa lagi kalau bukan Ivan.

"Disini." Alfi pun masuk sembari membawa jus di nampan.

"Kok cuman bertiga, kamal mana?. " Tanya Ara.

"Katanya lagi les, jadi ngga bisa ikutan. Dia kan harus belajar giat buat dapet juara, keluarganya keras bro. " Ungkap Ivan yang diangguki Alfa dan Alfi.

"Keras?  Jadi, selama ini kamal dipaksa belajar dong?. "
Semua orang di dalam ruangan itu menghela nafas, "bukan gitu, dia ikhlas tapi terlalu didesak dan berlebihan. " Ucap Alfa.

Ara hanya menganggukkan kepalanya, ia jadi mengerti kenapa kamal selalu membawa buku paket kemanapun. Jadi, keluarganya lah yang membuatnya terkekang.
"Kasihan." Lirih Ara.

"Jangan gitu, kamal orangnya kuat. Dia juga ga suka dikasihani, jadi jangan tampilkan muka kaya gitu di depannya. " Jelas Ivan

"Ia."

Setelahnya mereka kembali melanjutkan game online dengan Ara yang menonton sembari tiduran tentunya.

Ceklek..

"Wah, ada Ara rupanya. " Ucap seorang wanita cantik berhijab ungu muda tersebut, tak lupa ditangannya ada beberapa kue kering.

"Eh bunda, bunda dari mana tadi?. " Tanya Ara yang sudah duduk di pinggir kasur.

Bunda, wanita tersebut adalah ibu dari Alfa dan Alfi. Wanita cantik, berhati lembut, tapi jangan salah kalo udah marah beuh melebihi singa jantan. "Dari toko kue. " Setelah menyimpan kue di meja kecil depan anaknya, bunda pun duduk di samping Ara.

"Eh iya ra, di depan banyak sekali mobilnya. Tamu kakakmu?. " Tanya Bunda sembari mengelus rambut Ara.

"Sepertinya ia, soalnya tadi siang kakak ada janji. " Jawab Ara.

"Tumben banget kakak lo masukin tamu kerumah. " Ucap Alfi yang langsung dipelototi sang Bunda karena bahasa yang kurang sopan.

"Ara yang nyuruh, soalnya mereka kaya mau berantem di kafe tadi siang. " Ungkap Ara. Dan mereka hanya mengangguk.

"Yasudah, kalian main lagi ya, Bunda dibawah. "

"Ia." Ucap mereka serempak.

-----⭐-----

Keheningan malam dan dinginnya malam ternyata dapat menembus tebalnya dinding, rasa yang menekan dan gelap terasa nyata dihadapan mata. Raja, Pram, dan Agler mereka tengah duduk di kursi ruang tamu dengan Raja yang duduk di kursi tunggal.

Belum ada yang membuka pembicaraan. Sang tuan rumah pun tak menyajikan makanan atau minuman kecil yang menandakan sang tuan rumah enggan didatangi si tamu.

Raja menghela nafas, sudah cukup banyak waktunya terbuang sia sia. Karena malam semakin larut mau tak mau ia harus menyelesaikan ini.
"Jadi, apa yang ingin dibahas?. " Tanya Raja datar.

Pram pun menarik nafas " Raja, kau tau bahwa aku adalah ayah kandung mu. Dari awal kau datang ke Jakarta dan bertemu Ayah kau seperti menganggap ayahmu ini musuhmu. Soal Ara, ayah tak pernah tau bahwa ibumu benar hamil saat kalian pergi dari rumah. A-yah kaget saat Ara memperkenalkan dirinya sebagai anak ibumu. Jad--

"Jadi kau ingin mengurus Ara sekarang, begitu? Merawatnya dan mengganti waktu yang telah terlewati, iya?. " Potong Raja sarkas.

" Iya begitu. "

"Tapi maaf, Ara tumbuh tanpa kasih sayang Ayah, dia sudah terbiasa jadi kau tak perlu menyia nyiakan waktu mu untuk mengurusi Ara. " Jawab Raja dingin

Pram hanya bisa kembali menghela nafas, sepertinya ini akan sangat rumit. Tapi, ia akan berusaha.
"Ayolah Raja, beri Ayah satu kesempatan. Bisa?. " Tawar Pram.

"----"

Keduanya saling diam, saling menatap. Pram dengan tatapan sendunya dan Raja dengan tatapan dinginnya. Agler yang berada di ruangan yang sama pun ikut untuk membujuk anak sang asistennya tersebut.

"Raja, kau sudah dewasa dan mengerti arti hidup. Ada yang hidup pastilah ada yang mati. Ara sudah besar, mungkin bagimu dia masih adik kecilmu yang lucu, tapi semakin besar Ara dia pasti akan bertanya kemana ayahnya pergi. Ummah mu sudah berpulang, kau pun akan ditugaskan ke Bangkok. Apakah kamu akan meninggalkan Ara sendirian.? " Terang Agler datar.

Raja hanya mendengarkan apa yang dikatakan Agler. Hanya diam, tapi yakinilah bahwa otaknya sedang bekerja cepat, mencari solusi dari pendapatnya tentang sang adik.

"Apa yang dikatakan tuan Agler benar. Setidaknya saat kau bekerja ada Ayah yang akan menjaga Ara. " Tambah Pram.

"Akan aku pikirkan. "

Menghela nafas, " Baiklah, Ayah harap besok kau sudah ada jawabannya. " Ucap Pram

Setelahnya Agler dan Pram pulang dengan membawa kekecewaan, ternyata membujuk Raja tak semudah membujuk seorang anak dengan permen. Mereka lupa bahwa Raja tumbuh sebagai seorang kakak dan seorang Ayah, untuk Ara tentunya.











17 juni 2022
Tbc ❤

AGLERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang