...ummah 2...

76 8 2
                                    

Kedua pria tengah bertatapan dengan mimik wajah yang serius. Keduanya terlihat tidak akan ada yang memulai percakapan terlebih dahulu. Dentingan jam seolah menjadi musik penghantar bagi tatapan keduanya, tegang itulah keadaannya.

Ekhem..

"Baiklah nak Raja saya mulai saja ya. " Dibalas anggukan Raja.

"Ibu anda sedang dalam masa kritis, tentu anda mengetahui itu. Keadaannya yang buruk membuat pengobatannya menjadi terhambat, meski begitu saya dan tim tetap menjalani pengobatan dengan memperhatikan keadaan di setiap waktunya. " Menghela nafas. "Saya sarankan untuk membawa ibu anda ke Singapura, bukan karena disini tidak memadai, hanya saja saya mempunyai teman dokter yang memang ahli dalam bidang jantung. Saya pun sudah membicarakan keadaan ibu anda dengan teman saya tersebut dan ia bisa menanganinya. Kemungkinan 67% akan berhasil. Jadi bagaimana? ".

Raja pun terdiam dan mencerna apa yang baru saja ia dengar. Ia sebenarnya tak masalah kalau ummanya dibawa ke Singapura tapi bagaimana dengan Ara?  Tidak mungkin kan ia membawa Ara? Itu akan membuat Ara tak nyaman karena Ara kurang bisa menyesuaikan diri terhadap lingkungan baru.

Tapi, bila ditinggal maka Ara dengan siapa?.  Tak mungkin kan ia tinggal di Indonesia sedangkan ummanya di Singapura sendirian. Huftt.. Ini membingungkan.

" Bagaimana?. "Tanya paman Hasad memecah lamunan Raja.

" Saya, bingung soa--

Brak

"Dokter ibu sinta mengalami kejang kejang!!. "

Hasad pun tersentak. " Apa! Ayo cepat. " Hasad dan suster itu pun langsung berlari keluar ruangan menghiraukan Raja yang termenung.

Hanya beberapa detik, setelahnya ia langsung mengejar Hasad menuju ruangan ummanya.

*
*
*
*
*

Ceklek

Hasad pun membuka masker. "Raja, silahkan masuk umma mu ingin menemui mu. "

"Ia."

Tit..

Tit..

Tit..

"Umma." Panggil Raja lirih.
Umma Sinta pun  membuka mata dan menatap Raja sembari tersenyum. "Anak umma. "

Raja pun menggenggam tangan ummanya yang terbebas dari infus dan mengecupnya. "Umma tak apa?. "
Mengangguk. "Ara?. " Tanya umma Sinta dengan lirih.

"Dia sedang berjalan jalan ditaman dengan om Agler. " Jawab Raja.
Umma pun kembali mengangguk. " Dengarkan umma, jaga adikmu Raja, sayangi dia, jangan biarkan dia merasakan sakit. Bila saat nya telah tiba, kau harus ikhlas melepasnya ya, demi kebahagiannya. "Terang umma dengan berlinang air mata.

" Umma ngomong apa?, kita akan sama sama jaga Ara, sampai ia besar. Ya?. " Ucap Raja dengan suara yang mulai serak.

"Tidak, umma hanya bisa menjaga Ara sampai sini, setelahnya kau ya Raja. Umma sayang pad--

" Umma!!. " Lirih Raja.

"Mu.. "

Tuuuuuuuuttttttt.....

"Dokter!!  Dokter!!. "

"Kau tunggu diluar ya Raja. " Titah paman Hasad.

"Ia."

-----⭐-----

Kedua tangan saling bertautan, diiringi canda tawa, dan sinar mentari yang hangat. Ara, gadis itu tengah berjalan di taman rumah sakit dengan Agler yang menemani.

Seperti biasa, topik absurd menjadi pilihan percakapan mereka. Meski begitu, mereka terlihat tenang dan nyaman.

" Om, kenapa tamannya gede banget. Ara kan jadi capek. "Lesu Ara.

Agler pun menoleh. " Ara capek?  Yaudah duduk di kursi itu yu. " Agler pun menarik Ara dan mendudukan nya di kursi yang tadi ia tunjuk.

"Mau minum?. " Tawar Agler.
Ara pun mengangguk semangat. "Ia, Ara pengen air biasa. " Ucap Ara sumringah.

"Iya."

Agler pun menyuruh salah satu bodyguard nya untuk membeli air putih di kantin. Lalu kembali  melanjutkan perbincangan mereka.
"Jadi, om Agler punya anak 2?." Tanya Ara.

"Ia, tampan tampan lo ra. " Jawab Agler sembari menggoda Ara.

Bila mendengar kalimat Agler kalian pasti menyangka kalau kalimat itu cocok untuk remaja yang sedang memilihkan sahabatnya pacar. Bagaimana tidak? Raut bahagia memancar di mimik muka Agler, serta antusiasnya untuk menceritakan anak anaknya yang tampan. (Sombong) Raut wajah tegas nan dingin Agler tak cocok untuk kalimat seperti itu. Meski Agler pun merasa aneh, tapi ia tetap berbicara begitu pada Ara, agar Ara nyaman bersamanya.

Ara pun mangguk mangguk. "Oh tampan. " Jawab Ara santai.

Agler pun mengernyit. "Ara ngga suka cowok tampan?. " Tanya Agler penasaran.

"Ara suka kok.. Tapi Ara belum liat anak anak om Agler jadi Ara belum bisa berekspresi. " Jawab Ara tenang.

"Mirip dengan Derald. "

Bodyguard pun menghampiri Agler dan Ara dengan sebotol air mineral. Menyerahkannya pada Agler lalu berbisik pada Agler. Ara hanya diam sembari meminum air, tanpa kepo pada urusan para om omnya itu.

"Ara udah minumnya?. " Tanya Agler sembari mengambil botol dan mengusap mulut Ara yang basah. " Udah. "

"Yaudah yuk balik ke dalem, udah ditunggu kak Raja tu. " Menggandeng tangan Ara dan membawanya kembali masuk ke rumah sakit besar tersebut. Dengan hati Agler yang tidak karuan dan Ara, dia gadis yang ceria, mood ia saat ini pun sangat baik.







28.agustus.2021

AGLERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang