***
Pagi harinya, Gia bangun dengan keadaan benar benar buruk, matanya sembab ia bergegas mandi dan memakai kacamata untuk menutupi matanya.
"Sayang kamu udah bangun," sapa Argus tapi Gia tidak menjawab, tidak apa lah Gia berdosa pagi ini. Dia terlanjur kesal pada mamah dan papahnya.
"Sayang kamu kenapa diem aja? Dosa lo gak jawab pertanyaan orangtua."
Gia mendengus kesal "pokoknya mamah sama papa gak boleh ngomong sama Gia kalo mamah sama papah tetep maksa Gia buat nikah sama Raga. Nyuruh nikah tuh sama om Bill Gates ke atau sama Rafi Ahmad. Ini sama manusia setengah setan. Pokoknya Gia gak mau, kalo mamah papah tetep maksa Gia bakal kabur dari rumah." Ucap Gia final dengan sedikit mengancam diakhir kalimatnya.
Argus dan Marina menghela nafasnya kasar.
"Gia dengerin papa sayang, ini amanat dari mamahnya Raga. Kamu gak kasian sama tante Naya?" Ucap Argus mencoba memberi pengertian.
"Gia gak peduli pah, itu amanat mamahnya Raga kenapa Gia yang repot."balas Gia egois. Jangan salahkan Gia karena Gia egois, jika kalian jadi Gia pun kalian pasti bakal menolak.
"Sayang, mamah sama papah gak mungkin bikin keputusan yang akan ngerugiin kamu. Ini semua demi kebaikan kamu."timpal Marina mencoba membantu Argus untuk membujuk Gia.
"Kebaikan apa mah? Mamah aja gak tau kelakuan si setan gimana. Dia itu berandal, kasar mah, kalo Gia jadi janda diusia muda gimana. Kan gak lucu." Ucap Gia lagi, pikiran-pikiran buruk langsung terlintas diotak cantiknya. Entahlah dalam otaknya tidak ada hal baik yang berhubungan dengan manusia bernama Raga.
"Sayang-"
"Gak mah! mamah jangan maksa Gia dong. Gia gak mau," potong Gia cepat sedikit berteriak saat marina hendak kembali memaksa Gia.
Karena terlanjur kesal Gia dengan cepat meraih enam lembar roti dan juga selai strawberry kesukaannya satu kaleng full. Lalu ia berlalu meninggalkan kedua orangtuanya begitu saja.
***
Parkiran sekolah begitu ramai ketika tiga motor dengan kecepatan sedang melaju menuju parkiran. Tiga orang itu tanpa diperintah seolah sudah ter-setting dengan sendirinya membuka helm secara bersamaan.
Pekikan pekikan nyaring terdengar menyebut nama-nama ketiga orang itu satu peraatu disertai dengan pujian serta cibiran yang tiada habisnya.
"Gue kira lo gak bakal sekolah Ga?" Ucap Samuel berjalan mendekat kearah Raga, dibelakangnya ada Edgar yang juga baru selesai dengan motornya.
Sebenarnya ketiganya tidak janjian untuk berangkat bersama, Raga yang memang semalam menginap dimarkas tanpa diduga malah bertemu dengan Samuel dan Edgar dipersimpangan jalan.
"Xerous bakal nyerang siang entar, kita harus siapin pasukan." Ucap Raga.
"NYERANG?!"seru keduanya serentak dengan suara nyari membuat Raga tersentak kaget, sangking kagetnya Raga bahkan hampir terjungkal kedepan. Cowok itu mendelik menatap kedua sahabatnya dengan tajam,
"Gak usah teriak juga kali," ketusnya.
Samuel dan Edgar menyengir,
"ya sorry, abisnya gue kaget aja apa mereka gak punya kerjaan. Perasaan cari masalah mulu sama kita." Terang Samuel yang diangguki oleh Edgar.
"Lagian lo tau dari mana si Xerous bakal nyerang?"tanya Edgar sedikit heran karena Raga selalu berhasil tau jika ada penyerangan tiba tiba seperti sekarang ini.
"Noh tanya aja sama dia," balas Raga menunjuk kearah seorang cowok yang sedang berjalan kearah mereka dengan wajah cengar-cengir.
"Hallo bang hehehe,"
Samuel dan Edgar melongo "lo ngapain disini bambang?"tanya Edgar tercengang
Resvan atau yang sering di panggil Bambang itu menyengir "gue pindah kesini bang heheh,"jawab Resvan.
Edgar berdecak "ko lo gak bilang sama gue?"
"Emang harus ya bilang sama lo?"
Edgar mendelik "gue ini abang lo bego!! kalo lo lupa," ketus Edgar tak terima.
Resvan ini sebenarnya adik kandung Edgar, catat itu adik kandung. Tapi entah mengapa Raga malah sepertinya lebih tau tentang Resvan ketimbang Edgar sendiri.
Seperti sekarang ini, Edgar bahkan tidak tau bahwa Resvan akan pindah hari ini. Padahal mereka tinggal serumah.
"Lupa gue punya abang heheh," jawab Resvan santai membuat Edgar langsung melemparkan bola basket yang sedari tadi dipeganginya.
"Sialan lo ah!"ketus Edgar mendengus kesal.
Samuel dan Resvan terkekeh pelan, keduamya memang suka sekali membuat Edgar kesal.
"Kasian banget jadi lo gar gar, sama adek aja gak dianggep apalagi sama gebetan," ledek Samuel tertawa ngakak bersama Resvan.
Edgar mendengus "berisik lo," ketus Edgar berlalu meninggalkan mereka dengan menghentak-hentakan kakinya ketanah kesal, wajah merengut sebal.
"Nah kan elo Res, ngambek kan abang lo," ucap Samuel menyalahkan Resvan.
Resvan yang disalahkan tentu tidak terima "ko jadi gue, enak aja lo tuh bang."balas Resvan, balik menyalahkan Samuel.
Raga memutar bola matanya malas, "udah lo berdua sama sama salah," lerai Raga kesal.
Ketika Raga bersuara Resvan dan Samuel langsung diam seketika, keduanya tidak lagi berdebat melalui mulut tapi melalui tatapan mata dan juga tangan yang saling menyenggol tanpa sepengetahuan Raga yang berjalan didepan.
"Sam siapin pasukan siang ntar abis dzuhur." Titah Raga.
Samuel yang masih dalam aksi senggol menyenggolnya terdiam, cowok itu mengangguk.
"kali ini kenapa lagi Ga?"tanya Samuel penasaran ya meskipun sudah tidak heran jika Xerous menyerang wilayah mereka tanpa alasan. Tapi tetap saja Samuel ingin tau jika ada alasan pastinya.
Raga mengedikkan bahunya "entah, gue juga gak tau. Kita lihat aja nanti." Balas Raga.
Samuel lalu menoleh pada Resvan disebelahnya "lo tau gak
Res? Kan elo yang ngasih info."Baim menggeleng "Dean bilang mereka cuma mau nyerang, tapi gue gak tau alasannya."
Samuel mengangguk mengerti, Dean dan Resvan sebenarnya adalah salah satu mata mata yang bersekolah di Darma Jaya. Tapi Resvan memutuskan pindah karena ia sudah bosan bersekolah disana, padahal Resvan masih kelas sepuluh. Entah bagaimana papah Resvan dan Edgar melakukannya sehingga Resvan bisa pindah bahkan disaat cowok itu baru beberapa bulan berada dikelas sepuluh.
Xerous, geng motor yang sudah menjadi musuh bebuyutan dari Anemos, geng motor yang dipimpin oleh Raga saat ini. Hubungan mereka memang tidak baik, selalu saja bersiteggang. Apalagi baik Raga, Samuel dan juga Edgar sama sama memiliki masalah pribadi dengan ketuanya.
Sudah bukan hal baru jika Xerous menyerang secara tiba tiba, itu sudah seperti makanan sehari hari untuk semua anggota Anemos.
Tapi tak apa kebetulan sekali karena hari ini Raga sedang membutuhkan pelampiasan. Pelampiasan untuk rasa kesalnya yang ia tahan sejak semalam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh Wasiat Mama
Teen FictionMenikah muda apalagi saat ia masih duduk dibangku sma tidak pernah ada dalam impian Gia, apalagi jika pria yang akan menjadi suaminya itu adalah Raga. Seorang badboy sekaligus ketua geng sekolah yang hobby tauran yang menjabat sebagai musuh bebuyuta...