Ragia || Mengobati Irsyad

2.1K 203 16
                                    

***

Gia mengobati cowok dihadapannya dengan telaten, sesekali cowok itu meringis ketika Gia tidak sengaja menekan lukanya dengan keras. Gia pun ikut meringis melihat luka luka diwajah cowok ini yang benar parah. Dalam hati Gia menyumpah serapahi Raga yang benar benar seperti iblis baginya.

"Gue bisa sendiri Gi," kata cowok itu, sebut saja dia Irsyad. Cowok pintar berkacamata yang sudah menjadi teman dekat Gia sejak pertama kali masuk sma.

"Sok soan bisa sendiri, gerakin tangan aja lo gak bisa," cibir Gia menekan luka diwajah Irsyad dengan sengaja.

Irsyad meringis, ia menepuk lengan Gia yang digunakan untuk mengompres wajahnya"sakit tau," katanya kesal, wajah-nya benar benar kaku tidak bisa digerakkan.

Gia terkekeh "sakit kan, makanya jangan so soan," kata Gia menempelken plester bergambar upin ipin didahi Irsyad.

"Lagian syad, lo ko bisa bisanya berantem sama Raga? Udah tau dia bukan manusia." Sambung Gia yang memang cukup penasaran dengan alur bagaimana Irsyad bisa jadi sasaran empuk dari Raga dan teman temannya.

"Gak tau gue, mereka tiba tiba datengin gue terus nuduh gue rebut cewek mereka," jawab Irsyad jujur.

Irsyad memang tidak tau, karena saat ia baru tiba disekolah. Samuel, sahabat Raga tiba tiba menariknya dan menghajarnya habis habisan.

Gia memincingkan matanya "lo gak beneran jadi pebinorkan?" Tanyanya penuh curiga.

Irsyad mendengus "yakali Gi, gue kan sukanya sama lo," gumam Irsyad, tapi tidak bisa didengar dengan jelas oleh Gia.

"Lo ngomong apa?"

Irsyad gelagapan, cowok itu langsung menggeleng dan memperbaiki ucapannga"gak lah Gi yakali gue kenal cewek mereka aja gak," jawab Irsyad cepat.

Gia mengangguk-anggukan kepalanya paham.

"Lo bisa nulis gak, apa mau pulang aja?" Tanya Gia penuh perhatian.

"Bisalah, cuma kacamata gue kan udah rusak parah."

Mata Irsyad memang benar benar parah, padahal Irsyad sudah duduk dibangku paling depan tapi cowok itu masih saja memerlukan bantuan kacamata.

Gia menarik tasnya kedepan, ia merogoh rogoh isi tasnya dan mengeluarkan sebuah kotak kacamata miliknya "nih pake aja punya gue,"tawarnya.

Irsyad menggeleng "lah elo gimana?"

Gia tersenyum simpul "udah lo tenang aja mata gue kan gak separah lo, masih bisa lah liat " katanya meyakinkan.

Irsyad tersenyum, dengan rasa tidak enak ia pun meraihnya "thanks ya gi,"

Gia terkekeh "kaya sama siapa aja lo," katanya menggeplak lengan Irsyad membuat cowok itu meringis pelan.

"Sorry, ayo gue bantu ke kelas,"

Irsyad mengangguk dan Gia pun secara perlahan dan sedikit kesulitan membantu Irsyad kekelas. Sepanjang perjalanan Gia tidak sadar bahwa Irsyad terus saja memandangi wajahnya.

Irsyad itu sudah menyukai Gia sejak lama, tapi cowok itu tidak berani karena Gia adalah temannya. Ia takut menghancurkan persahabatan mereka jika Irsyad membongkar tentang perasaanya.

Selama satu tahun ini Irsyad selalu berusaha mencoba mengenyahkan perasaannya. Tapi sayang ia tidak bisa, apalagi kebaikan Gia yang membuat Irsyad selalu terbang melayang. Perhatian perhatian kecil seperti sekarang ini yang membuat Irsyad malah semakin menyukai Gia.

"Gimana gue gak semakin sayang sama lo Gi, sikap lo bikin gue salah paham." Ujar Irsyad dalam hati masih dengan memandangi raut wajah Gia.

Hanya dalam hati karena Irsyad tidak pernah berani membahas tentang perasaanya pada Gia, bahkan jika itu hanya bercanda.

***
Setelah melewati berbagai rintangan, menaiki tangga, dan berkali-kali hampir terjatuh Gia dan Irsyad akhirnya sampai didepan kelas sebelas ipa 2, Gia dengan nafasnya yang terengah-engah tetap berusaha menuntun Irsyad menuju kursinya.

Irsyad sendiri hanya terdiam, mengigit bibir bagian dalamnya. Sebenarnya dalam hati Irsyad merasa kasihan dan dan tak enak hati. Tapi mau bagaimana lagi, kaki Irsyad yang tadi sempat terkilir membuat Irsyad kesulitan berjalan.

Pukulan serta tendangan Samuel memang bukan main main, tidak heran jika cowok itu di hadiahi sebuah julukan samson dunia nyata. Tenaganya benar benar besar seperti Samson.

Alin, Dea dan Hamid mendekat membantu Gia yang terlihat kesusahan. Ketiganya meringis melihat keadaan Irsyad yang jauh dari kata baik.

"Ko lo bisa begini si Syad?" Tanya Hamid menuntun Irsyad menuju kursinya. Sedangkan Gia gadis itu pun duduk di kursinya sendiri tepat disebelah Irsyad. Mengipas-ngipas wajahnya dengan buku.

"Gue denger lo berantem sama Raga dan temen temennya, jangan bilang itu bener?" Tanya Alin memincingkan matanya kearah Irsyad.

"Ia dia berantem sama Raga tadi," bukan Irsyad yang menjawab melainkan Gia.

Dea mendengus "lo si so jagoan, gue denger lo nantangin dia. Lo bener bener cari mati, udah tau Raga beringas banget orangnya." Katanya menyalahkan Irsyad.

"Udah De, lagian itu bukan salah Irsyad. Raga sama temen temennya aja yang pertama kali nyari masalah sama Irsyad," sahut Gia.

Dea memutar bola matanya malas "terus aja belain dia," ucapnya dengan ketus.

"Lah elo De, kenapa belain Raga. Gue tau lo suka sama Raga tapi gak gini juga kali. Lo gak liat Irsyad udah kaya begimana bentukannya. Heran gue bisa bisanya lo suka sama manusia macam Raga." Alin menimpali, gadis berwajah manis itu sudah kesal setengah mati pada Dea yang selalu saja membela Raga. Alasannya sepela karena Dea menyukai Raga sejak duduk dibangku kelas satu.

"Gue gak belain Raga!! Orang bener kok dia yang salah, gue cuma mengutarakan fakta " balas Dea sedikit ngeggas, ia menunjuk Irsyad dengan tatapan sinis.

"Udah udah ngapain pada berantem si," Hamid menengahi jika keduanya sudah bertengkar akan sulit sekali untuk mengakurkannya kembali.

Dea mendengus ia lalu berbalik kembali kebangkunya tanpa bicara apapun lagi.

Gia menggelengkan kepalanya tak habis pikir, bagaimana bisa mereka selalu bertengkar hanya karena masalah Raga.

"Lo gak papa syad?" Tanya Hamid memastikan keadaan Irsyad.

Irsyad mengangguk "gue gak papa." Jawabnya.

Hamid mengangguk "sukur deh," katanya setelah itu Hamid kembali ketempat duduknya karena sudah ada guru yang masuk kedalam kelas mereka.

***

Jodoh Wasiat MamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang