Gia tak henti hentinya menangis didalam kamarnya, wajahnya yang sudah dipoles dengan make up berkali kali hancur membuat seorang laki-laki setengah jadi yang berada dikamarnya berdecak kesal, bibirnya yang berlapis lipstik merah tebal terus saja mengoceh memarahi Gia yang terus saja merusak hasil karyanya.
"Aduh chin yey inii gimana si make-upnya jadi rusak."ucap Lili si penata rias yang ditunjuk untuk mendandani Gia hari ini.
Gia menatap orang itu dengan tajam, air matanya masih mengalir dikedua pipinya,
"Diem deh, lo tuh gak tau rasanya jadi gue hiks,"balas Gia mengusap airmatanya sehingga membuat riasan diwajahnya semakin hancur.
Lili hanya mendesah pasrah, ia pun dengan terpaksa membetulkan riasan yang sudah dihancurkan berulang kali oleh Gia.
Gia sendiri mengabaikan itu, pikirannya kembali lagi pada saat Raga tiba tiba datang bersama dengan Genta. Dan berkata bahwa lelaki itu bersedia menerima pernikahan gila ini.
Dan yang lebih gilanya lagi, Marina dan Argus terlihat sangat senang menyiapkan segala pernikahan tanpa sepengetahuan Gia. Dan keesokan harinya, lebih tepatnya hari ini Gia langsung ditarik oleh Marina menuju kamar untuk dirias.
Gia terkejut, detik itu juga Gia menangis meminta untuk membatalkannya. Tapi sayangnya semua sudah siap, Marina benar benar menginginkan Gia untuk menikah dengan Raga.
Ditengah tangisnya Gia terus saja berpikir, memikirkan cara untuk kabur meski Gia tau itu semua percuma. Karena terlalu mendadak Gia sama sekali tidak memiliki rencana untuk membatalkan semua ini.
Tiba tiba saja mata Gia berbinar cerah ketika sebuah ide gila terlintas diotak cantiknya, gadis itu menatap Lili yang sedang serius membetulkan riasan diwajah Gia dengan lekat.
Gerak gerik Gia itu tentu disadari oleh Lili yang jadi gelagapan sendiri, pria setengah jadi itu curiga dengan tatapan Gia yang seperti memiliki arti sesuatu.
"yey kenapa natep eike begitu?"tanya Lili bergidik ngeri.
"Tukeran tempat yuk mbak Lil,"ucap Gia antusias.
Ini ide yang bagus biar saja Lili yang mengganti tempatnya menikah dengan Raga, sedangkan Gia akan kabur sekarang juga. Untuk masalah uang tenang saja masih ada teman temannya yang bisa diajak ngepet bersama.
Lili yang mendengar itu langsung melotot kaget"yey ini gimana udah dapet suami malah mau dikasih ke eike. Mohon maaf nih ya eike mah setia sama babang Juned"tolak Lili.
Wajah Gia langsung memelas ia segera memeggang lengan Lili dan mulai menangis "mbak Lil ayo bantuin Gia, Gia gak mau nikah sama jelmaan setan,"raung Gia menggerakan lengan Lili yang ada ditangannya.
Melihat Gia yang semakin menangis histeris Lili jadi kebingungan sendiri wajahnya yang berpoleskan make up tebal bergerak sembarang arah karena panik, bukan hanya karena Gia yang meraung menangis Lili juga takut jika karya masterpiece nya dihancurkan kembali oleh Gia.
"Aduhhh chin jangan nangis lagi,"panik Lili mencoba menarik Gia agar kembali tenang ditempat duduknya tapi sayangnya Gia tidak bergerak sesentipun.
Gia masih meraung menangis semakin menghancurkan riasan diwajah cantiknya.
"Aduh Gia kamu ini kenapa?"
Lili menoleh, pria setengah jadi itu mendesah lega ketika melihat bosnya yang sudah berdiri cantik diambang pintu. Sungguh keberuntungan bagi Lili yang sudah kebingungan menanggapi Gia.
"Bu boss anak bu bos ini nyuruh eike buat gantiin nikah sama calon suaminya."adu Lili.
Marina melotot ia langsung mendekat kearah Gia dengan wajah garang "kamu ini Gi, jangan ngadi ngadi," omel Marina menarik Gia yang terus menempel dilengan Lili.
Gia memberontak air matanya masih terus mengalir dipipinya "Gia gak mau nikah ma..." Raung Gia.
Marina menghela nafasnya ia menarik Gia dalam pelukannya , "sayang percaya sama mamah, ini yang terbaik untuk kamu."
Bukannya mereda tangis Gia justru semakin keras, terbaik apanya? Yang ada Gia mati muda.
"Udah ya Raga bentar lagi sampe kamu rapihin make up kamu. Bantuin ya Li biar saya tungguin disini biar dia gak berulah lagi."
***
Raga terduduk dengan gugup disebelah papanya, tangannya saling bertaut gelisah bulir bulir keringat turun dari pelipisnya.
"Cie gugup," goda Samuel yang duduk didepan kursi kemudi disebelahnya ada Edgar yang kini bertugas sebagai sopir pribadi. Sedangkan Baim ada dikursi paling belakang bersama papinya, Budi.
"Gue bayangin gimana jadinya kalo Gia sama Raga nikah. Behhh perang dunia keempat kayanya."sambung Edgar masih fokus menyetir tapi matanya sesekali melirik Raga melalui kaca.
Raga mendengus "diem deh Gar, omongan lo bener bener gak guna tau gak."balas Raga ketus. Tapi meski begitu obrolan teman temannya membuat Raga sedikit rileks meski masih ada sisa sisa kegugupan didalam dirinya.
Ketiga temannya hanya terkekeh saja, tak lama kemudian mobil milik Genta berhenti disebuah kawasan rumah sederhana, tidak ada riasan karena pernikahan ini hanya dihadiri oleh beberapa orang saja
Genta tiba tiba menepuk pundak Raga pelan membuat cowok yang kini memakai setelan putih langsung menoleh kearah papanya,
"tenang aja ga jangan gugup."
Raga tak menjawab ia pun ikut turun, dengan Genta disampingnya Raga pun berjalan beriringan masuk kedalam. Sedangkan Samuel, Edgar, Baim dan Budi mengikuti dari belakang.
"Wahhh akhirnya kalian dateng juga,"sambut Argus bertos ria dengan Genta dan Budi selaku sahabatnya. Raga, dan teman temannya bahkan heran bagaimana bisa ayah mereka bersahabat dengan ayah Gia, sedangkan mereka? Mereka malah menjadi musuh tak terpisahkan.
"Ayo kita mulai acaranya."
Setelahnya, Raga langsung dituntun untuk duduk dihadapan penghulu.
"Baik karena mempelai prianya sudah datang, silahkan saling berjabat tangan dengan wali dari mempelai wanita."intruksi penghulu.
Raga pun mengikuti dengan sedikit gugup dan tangan bergetar ia mengenggam tangan Argus.
Samuel dan Edgar pun saling lirik, keduanya terkikik karena baru pertama kali melihat Raga segugup ini.
"Baik mari kita mulai,"
"Saudara Ragata Alxavier , saya nikahkan dan kawinkan engkau dengan putri saya ELGIANA RENA BINTI ARGUS DARENA DENGAN MAS KAWIN SEPERANGKAT ALAT SOLAT, SATU SET PERHIASAN, UANG TUNAI SEBESAR SATU JUTA DOLLAR, SERTA SAHAM PERUSAHAAN XAVIER SEBESAR 1000 SLOT DIBAYAR TUNAI."ucap lantang Argus menghentak lengan Raga dengan keras memaksa agar Raga cepat menjawab.
"SAYA TERIMA NIKAH DAN KAWINNYA ELGIANA BINTI ARGUS DARENA DENGAN MAS KAWIN TERSEBUT DIBAYAR TUNAI."
"Bagaiaman para saksi sah?!"
"SAH!!"
Suara sorka sorakan menggema di seluruh ruangan yang hanya berisi beberapa orang, suasana yang harusnya sepi menjadi begitu berisik karena kehadiran teman teman Raga yang terus saja berteriak kegirangan.
Sedangkan Raga sendiri cowok itu masih terdiam kaku mengabaikan teman temannya yang SUDAH berteriak heboh karena statusnya yang telah berubah sekarang.
Apa sekarang Raga harus disebut sebagai suami? Suami dari seorang Elgiana Rena? Musuh bebuyutan nya sendiri?
***
Kalo ada yang salah komen aja ya guys. Hampir aja luoa sama cerita iniಥ‿ಥ

KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh Wasiat Mama
Teen FictionMenikah muda apalagi saat ia masih duduk dibangku sma tidak pernah ada dalam impian Gia, apalagi jika pria yang akan menjadi suaminya itu adalah Raga. Seorang badboy sekaligus ketua geng sekolah yang hobby tauran yang menjabat sebagai musuh bebuyuta...