💮*******************💮
POV Manda
Sepulang dari perkuliahan, aku mampir ke kedai Mang Mamat untuk makan bakso favorit ku sekaligus mengunjungi Mang Mamat, sudah 2 hari aku tidak bertemu dengan nya karena kesibukan aku di kampus. Aku menganggap kedai ini sebagai rumah kedua ku kadang aku kesini untuk membantu Mang Mamat atau hanya sekadar makan bakso. Aku akui bakso buatan Mang Mamat rasanya enak bahkan aku pernah nambah 5 mangkok saking enaknya. Selain ada kedai bakso disini juga ada kedai beberapa makanan seperti siomay, mie ayam, soto, ayam bakar, sate, dll. Tempat ini cukup ramai pembeli karena letaknya di pinggir jalan dan depan gedung sehingga cukup strategis untuk berjualan.
"Mang, jam tangan aku balik lagi." ucap ku sambil menunjukkan jam tangan ke Mang Mamat. Melihat Mang Mamat yang tidak seantusias biasanya dan terlihat murung membuat aku khawatir apalagi sikap Mang Mamat yang selalu menyembunyikan masalah dariku.
"Mang.... ada masalah apa? cerita sama Manda."
"Gak ada apa - apa Neng. Alhamdulillah jam tangannya udah balik. Neng Manda udah makan?"
Aku yang melihat ada hal tidak beres disini tidak bisa diam saja "Mang jujur sama Manda ada masalah apa?"
Dari arah samping, Pak Eno penjual soto mendatangi ku dengan muka yang sama murungnya dengan Mang Mamat, tambah membuat aku bingung sebenarnya ada kejadian apa sehingga bapak - bapak ini bersikap tidak seperti biasanya. Kalau bertanya ke Mang Mamat pasti tidak akan di jawab sampai kucing bertelur pun saking mustahil nya, aku pun bertanya ke Pak Eno "Pak Eno, cerita ke saya sebenarnya ada masalah apa?"
Mang Mamat langsung mencegah Pak Eno yang akan menjelaskan permasalahannya "Eno, jangan..."
"Yaudah kalau gak ada yang mau jelasin, biar Manda cari sendiri penyebab permasalahannya. Mang, Manda mau beli ayam bakar dulu ya."
Awalnya aku ingin makan bakso tapi
karena Mang Mamat tidak mau menceritakan permasalahannya, membuat aku kesal sehingga aku lampiaskan ke makanan lain. Sesampainya di kedai ayam bakar, Bu Erni penjual ayam bakar tampak murung juga makin bingung lah aku sebenarnya apa yang membuat para pedagang disini tidak seperti biasanya."Bu Erni, saya boleh nanya gak? sebenarnya ada permasalahan apa ya kok muka Mang Mamat, Pak Eno, dan sekarang Bu Erni pada sedih?" tanya ku.
"Gini Neng Manda jadi tadi siang, kami penjual makanan disini di kumpulkan. Kami semua diberi tau kalau tanah ini bukan milik Pak Derry. Uang sewa tiap tahun yang kami bayarkan bukan masuk ke rekening pemilik tanah yang asli tapi ke penipu. Kurang dari 2x24 jam kami semua harus pergi dari sini." ucap Bu Erni.
Aku kaget mendengar penjelasan Bu Erni dan langsung balik ke kedai Mang Mamat "Bu Erni, saya gak jadi pesen makanan ya. Sebisa mungkin saya bantu para pedagang disini. Semangat ya bu." aku langsung lari ke kedai Mang Mamat untuk meminta penjelasan lebih rinci karena ini masalah besar apalagi kalau menyangkut masalah uang dan mata pencaharian.
"Mang... Manda udah tau permasalahannya. Bu Erni udah cerita tadi ke Manda. Ini gak bisa dibiarkan ayo kita lapor ke polisi Mang. Manda bakal bantu sebisa Manda sampai penipu ketemu dan uang sewa para pedagang balik lagi."
Mang Mamat menghela nafas dengan berat "Neng, kami dikasih waktu sampai besok kalau gak pindah bakal ada penggusuran. Percuma lapor polisi juga Neng."
"Ah iya juga sih." batin ku.
"kalau gitu Manda bakal bujuk pemilik asli nya. Mamang kenal pemilik aslinya?" tanya ku.
Mang Mamat menggelengkan kepala "Kalau pemilik asli nya Mamang gak kenal Neng tapi tadi pemilik asli nya bareng sama Pak Pengacara."
KAMU SEDANG MEMBACA
Satu Atap Beda Pendapat
General Fiction"Bagaimana kalau kita menikah?" "Menikah? sepertinya lu salah minum obat Pak Pengacara gadungan!" "Saya serius, hari ini kita ke KUA." "KUA? bangun woy siapa yang mau nikah sama lu!" "Saya punya kuasa, kamu pasti akan menikah dengan saya. Camkan it...