Bab 3

507 229 272
                                    

           💮********************💮

Kring... kring...

Manda melihat handphonenya untuk memastikan siapa yang menelponnya.

OM gila calling...

Melihat nama penelpon, Ia pun mengangkatnya dengan emosi "Anda mau ngapain lagi? belum puas dengan mengambil harta keluarga saya? oh bukan deh, lebih tepatnya saya menyumbangkan harta saya secara sukarela kepada orang miskin seperti anda cihhh."

"Manda, jaga omongan kamu. Saya masih Om kamu, mana sopan santun kamu?"

"Om? anda bilang anda adalah Om saya. OM SAYA SUDAH MATI." Sehabis mengucapkan itu, Manda langsung mematikan sambungan telepon, tanpa bisa ditahan butiran - butiran air mata sudah mengalir di pipi nya. Ia langsung terduduk lemah di dalam kegelapan malam yang hanya diselimuti cahaya bulan dan bintang. Entah sudah beberapa kali ia menyalahkan akan takdir yang ia dapatkan,

"Ayah bunda, yaya ga kuat, kenapa takdir yaya seperti ini?" ucap Manda teriak - isak di sela tangisnya sambil memandangi foto keluarganya.

Inilah takdir yang Manda rasakan, ditinggal selama - lamanya oleh orangtuanya karena kecelakaan pesawat, semua harta kekayaan diambil secara paksa oleh Om nya, dan kakaknya yang tidak pernah peduli dengannya bahkan tidak pernah menanyakan kabar.

Karena terlalu banyak luka yang ia rasakan menjadikan sifat Manda seperti ini dingin tanpa tersentuh. Dahulu dia adalah anak yang hangat, ramah, senyumnya yang selalu lekat di wajahnya, tidak seperti sekarang senyum saja hanya ketika bersama Mang Mamat selebihnya ia lebih menampakkan kesinisan.

        🍂************************🍂

"Baraaaa, gua punya ka." teriak Imam--sahabat bara-- ketika memasuki ruangan Bara.

Mendapati Bara sedang tertidur pulas ia langsung membangunkannya. "Bar bangun! Ckckck... kebiasaan sih nih anak tidur di kantor. Ga ada yang ngurus gini nih jadinya. Makanya Bar kawin sono. Makan ada yang ngurusin, minum....."cerocos Imam tanpa henti, mendengar suara gaduh Bara pun langsung terbangun.

Bara bisa menebak pasti itu Imam, jiwa perempuan yang terjebak di tubuh laki laki, Imam adalah seorang CEO di salah satu hotel berbintang terkenal. Dengan wajah yang bisa di bilang lumayan tapi raja nya penggosip, followers setia lambe turah.

"Kawin? nikah yang bener, tumben lo kesini, mau minta bantuan atau mau menggosip? Kalau mau gosip noh sama sekretaris gua aja sono, kerjaan gua banyak." sambil berjalan ke kamar mandi untuk membasuh mukanya.

Mendengar itu, Imam langsung menceritakan semua masalahnya tanpa berpikir Bara akan mendengarkannya. Ia mempercayai Bara untuk menyelesaikan semua masalah yang ia perbuat, dari kasus - kasus sebelumnya Bara selalu memenangkannya.

Setelah mendengar keluh kesah Imam, Bara memberikan saran agar masalah ini dibiarkan saja "Ikhlasin aja tanah lo Mam, kasihan nanti pedagang kaki lima ga ada lapak buat dagang. Mereka kan korban penipuan, tanah lo juga banyak bukan di situ aja. "

"Eitss, bro ga bisa gitu lah. Kalau mereka ketipu bukan salah gua. Tanah tetep tanah, kan lumayan bro buat di sewain di jadiin ruko."

Bara menggelengkan kepala "Ga elo ga Revan uang mulu yang ada di pikiran kalian."

Tok... Tok... (Suara pintu)

"Permisi Pak, ini jam tangan istri bapak ketinggalan kemarin."

Imam melotot meminta penjelasan, "Bar, lo nikah? gua ga nyangka lo nyembunyiin berita ini sama gue Bar, lo anggap gue apa Bar? Jadi, udah berapa bulan kandungan istri lo?" tanya Imam serius.

Bara langsung menyumpal mulut Imam menggunakan berkas."Diem!"

Bara menjelaskan kesalahpahaman yang menyangkut namanya, "Sherly, saya tegaskan perempuan yang kemarin itu bukan istri saya. Saya tidak mengenal dia, untuk jam tangan itu kamu buang saja tidak penting buat saya." kemudian Bara melanjutkan sambil menunjuk Imam "Dan elo Mam, gua ga mungkin ngehamilin anak orang, gua masih ngerti agama. Ga mungkin gua ngelakuin hal itu." ucap Bara.

Imam hanya mengangguk mengerti tetapi di dalam pikirannya, ia harus mencari tau siapa perempuan yang berani melakukan hal itu kepada sahabatnya ini."Sepertinya menarik."

      🍂*************************🍂

Manda kehilangan jam tangan pemberian orang tuanya yang telah tiada. Ia sudah mencari cari ke seluruh tempat di rumahnya tetapi tidak menemukannya.

Manda sedang mengintrogasi bibi sumiyati --pembantu manda--" Bibi nyuri jam tangan saya?" tuduh Manda kepada bibi Sumiyati yang sedang berlutut sambil ketakutan.

Bibi menjawab "Bibi ga pernah nyuri Non, bibi ga berani untuk ngelakuin hal seperti itu."

Manda terus memberikan tuduhan - tuduhan dengan pandangan menajam membuat perempuan paruh baya di depannya itu ketakutan,"Jujur aja bi, apa gaji bibi kurang? Bilang aja bi kalau kurang nanti saya tambah. Saya ga suka memelihara maling di rumah saya. Kembalikan jam tangan saya."

Tangis Bibi Sumiyati pun pecah, "Ya Allah Non. Demi allah saya ga nyuri Non."

"Saya beri waktu 1 hari untuk bibi pikirkan kembali pengakuan  pencurian yang bibi lakukan dan tolong kembalikan jam tangan saya. Kalau tidak siap - siap bibi saya pecat. " setelah mengatakan itu manda pergi ke kamarnya meninggalkan bibi Sumiyati yang masih menangis.

Di kamar, Manda mengingat ingat kembali kejadian kemarin,"Jangan - jangan, ah sial." Ia baru mengingat jika jam tangannya ketinggalan di warung mang mamat sehabis aktingnya kemarin.

     🍂**************************🍂

"Hei sayangkohhh hari ini aku syyantik
Syantik seperti bidadari, bidadari dihatimu... Uoo Uoo tarik mang

Emang lagi manjahh lagi pengen di manjahhh
Pengen berduaan dengan dirimu
IQBALEEEE uchhh" Nyanyian Mang Mamat.

"Mang Mamat? Mang Mamat? hello spada?" panggil Manda, Mang Mamat masih asik berjoget riang menyanyikan lagu yang sedang viral itu.

"DORRR"

Mang Mamat refleks mengangkat tangannya "KODOK LONCAT KECEBUR EMPANG. MATI LUH ehhh." latah Mang Mamat, Mang Mamat langsung mengelus dada dan beristigfar.

Manda cengengesan karena berhasil mengkagetin mang mamat, "Heheh... Lagian dari tadi manda panggil ga respon. Hmm kemarin jam tangan Manda kayanya ketinggalan di sini. Mang mamat ngeliat ga?" tanya Manda karena tujuan ia kesini ingin menanyakan keberadaan jam tangannya.

Mang Mamat berusaha mengingat ingat "Mang Mamat inget - inget dulu ya Neng, oh iya.. jam tangannya yang ada pita nya warna putih?" tanya Mang Mamat untuk memastikan.

Manda langsung mengiyakan "Bener Mang, itu punya Manda kemarin ketinggalan."

"Aduh Neng, Mang Mamat kira itu punya perempuan pacar pak pengacara yang kemarin itu loh Neng, Jadinya Mang Mamat kasih dah tuh ke perempuan itu."

"MANG MAMAT MAH!!!"

         💮**********************💮

Hai! Terimakasih sudah membaca cerita aku. Semoga suka yaa. Aku tunggu bintang ⭐ dan komentarnya. Terimakasih 🙏🎉😊.

Satu Atap Beda Pendapat Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang