Bab 13

205 163 155
                                    

💮💮💮💮💮💮💮💮💮💮💮💮💮💮

POV Manda

Pagi ini, aku bersiap ke kampus untuk kuliah. Ketika keluar dari rumah aku terkejut karena mendapati Pengacara gadungan sudah berada di depan rumah ku, ku tegaskan lagi ya dia di depan rumahku. Darimana dia mengetahui alamat rumahku ini, aku melupakan sesuatu pasti dia meminta alamat rumahku dari orang gila itu. Siapa lagi kalau bukan penyebab semua permasalahan di hidup ku alias Om ku.

"Pagi." sapanya.

Mendengar sapaan selamat pagi, aku tidak menjawabnya dan memilih untuk mengabaikannya. Aku malas untuk berdebat dengannya pagi ini. Aku berjalan melewatinya dengan pandangan lurus kedepan dan seolah - olah tidak ada orang di dekatku. Melihat aku mengabaikannya, ia langsung menahan dengan menarik kerudung ku. Bayangkan kerudungku ditarik dari belakang yang membuat jidat jenongku keliatan.

"Mau gue tampol lu?" ancamku.

"Ngomong apa tadi?" tanyanya dengan muka serius.

"Enggak kok, Baginda raja kenapa pagi - pagi ini menemui hamba yang hina ini?" ledekku.

Sebenarnya, aku mengetahui tujuan orang ini pagi - pagi sudah berdiri di depan rumahku tapi aku pura - pura lupa saja. Awalnya, Aku kira dia melupakan perjanjian kita pada saat di mobil dulu dan menganggap itu hanya sekedar bualan saja ternyata orang ini beneran serius mau menikahiku.

"Mana berkas yang saya minta kemarin?" tanyanya.

Aku menggelengkan kepala karena belum mempersiapkan berkas itu lebih tepatnya aku tidak mau mempersiapkan. Melihat aku yang tidak menjalankan seperti perintahnya, ia langsung menarik ku untuk masuk ke dalam rumah. Entah apa niat orang ini mengajakku ke dalam rumah. Aku yang pasrah berusaha menuruti apa mau nya, padahal sebentar lagi mau mulai jam pertama perkuliahanku.

"Pak Bara yang terhormat, gue mau kuliah udah jam segini." ujarku sambil menunjukkan jam ke arahnya.

"Bar, please banget dah ini. Dosen gue galak, kalau gue terlambat nanti nilai gue gimana?" tambahku.

"Yaudah kamu kuliah dulu, saya tunggu di rumah ini." jawabnya.

Aku bimbang antara pergi atau tidak. Apabila aku pergi rumah ini ada si Pengacara gadungan, kalau tetap disini gimana perkuliahan aku. Setelah menimbang - nimbang efek negatif dan positif atas 2 pilihan itu akhirnya aku memilih untuk tetap kuliah karena nilai lebih penting untuk keadaan aku sekarang. Toh, ia tidak akan aneh - aneh atau pun mencuri di dalam rumahku.

"Oke deh. Gue pergi dulu ya... tunggu sampe jam 10." titahku.

Aku pun pergi dan tidak lupa salim tangan Pengacara gadungan. Aku kira ketika aku mengulurkan tangan tidak akan disambut olehnya ternyata ia pun mengulurkan tangan juga untukku salim. Aku mengendarai Popoi menuju kampus sekitar 10 menitan.

🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂

POV Bara

Pagi ini gua sengaja ke rumah perempuan gila itu, setelah meminta alamat pada Pak Bambang. Orang licik kayak Manda pasti akan memikirkan banyak cara untuk tidak menikah sama gua, sebelum dia menjalankan rencana liciknya gua harus mengantisipasi dengan datang ke rumahnya. Karena melihatnya sedang terburu - buru untuk pergi kuliah, gua pun mengizinkan dia buat kuliah. Sementara Gua lebih memilih menunggu di rumahnya dibandingkan balik ke firma hukum. Gua lihat di dalam rumah ini beneran seperti kapal pecah, buku berserakan di lantai, sampah ciki penuh di meja, kaos kaki dimana - mana.

"Perempuan macam apa yang mau gua nikahin ini." desis gua pelan.

Gua inisiatif sendiri untuk membersihkan rumah ini, harusnya pagi ini gua ada meeting dengan klien dengan kontrak puluhan juta tapi gua undur demi ketemu sama perempuan gila tapi disini gua malahan bersihin rumahnya. Setelah gua menikah, sepertinya gua harus membuat beberapa peraturan tertulis untuknya.

Satu Atap Beda Pendapat Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang