Bab 12

219 172 135
                                        

💮💮💮💮💮💮💮💮💮💮💮💮💮💮

POV Bara

Siang hari tadi gua menemui informan yang gua percaya untuk menyelidiki latar belakang perempuan gila itu, informan gua bilang si perempuan gila ini ternyata adik dari Alvin, musuh berbuyutan gua dari zaman SMA sampai perkuliahan bahkan Alvin ini merebut pacar sekaligus temen kecil gua. Bisa dibayangkan betapa benci nya gua sama orang itu. Mengetahui fakta ini, gua langsung memanfaatkan situasi dengan menikahi adik nya. Semua rasa sakit yang pernah gua rasain akibat perbuatan si alvin bakalan gua bales ke adiknya.

"Vin, gua bakal bales rasa sakit yang dulu lu perbuat! gua bakal siksa adik lu. Gua tunggu lu muncul dihadapan gua." ucap gua sambil tersenyum penuh arti.

Sebenarnya itu cuma salah satu alasan gua menikahi tuh perempuan, alasan lainnya karena Nenek gua setiap hari selalu nanyain kapan gua nikah bahkan gua mau dijodohin sama cucu dari temen nya. Pernah, gua menuruti permintaan Nenek gua untuk menemui beberapa pilihan perempuan dan semua nya sama saja sejenis perempuan yang hanya menghabiskan uang. Sedangkan Selama beberapa kali gua ketemu sama perempuan gila ini gua gak nemuin sifat itu hingga akhirnya gua memutuskan untuk mengajak nya menikah. Toh, gua gak bakal jatuh cinta sama perempuan gila dan bar - bar model begitu.

"Papa Nenek. Bara mau nikah." ucap ku.

Mendengar ucapan gua yang tanpa angin tanpa petir mengutarakan keinginan untuk menikah, Papa dan Nenek gua langsung mengalihkan pandangan dari yang awalnya papa sibuk dengan laptop nya langsung melihat gua begitu pun Nenek gua yang sibuk membaca majalah fashion langsung mengalihkan pandangan ke gua.

"Nak, minum dulu." ucap Nenek gua sambil menyodorkan air putih.

"Pria atau wanita Bar?" ucap Papa gua santai.

Gua yang mendengar perkataan Papa langsung mendengus kesal. Gara - gara gua trauma dengan percintaan masa lalu hingga gua memutuskan untuk tidak berpacaran, karena itu gua dikira gak suka perempuan. Berbeda dengan Nenek gua yang begitu antusias mengetahui bahwa cucu nya ini akan menikah. Gua pun menceritakan awal mula pertemuan gua sama perempuan gila, tidak semua sih gua ceritain hanya beberapa yang gua rasa pantas untuk diceritakan. Gak mungkin kan gua ceritain gua dimasukin ke bak air, gua dituduh ngehamilin, yang kayak gitu gua gak ceritain.

"Gimana Papa sama Nenek setuju?" tanya gua untuk meminta persetujuan mereka.

"Nenek setuju, kapan kamu bawa perempuan itu ke rumah? dari cerita kamu sepertinya perempuan itu sesuai dengan kriteria Nenek." jawab Nenek gua.

"Papa belum bisa memutuskan setuju atau tidaknya. Bener kata Nenek kamu, bawa perempuan itu ke rumah biar Papa dan Nenek bisa menilai." jawab Papa gua.

"Oke. Besok Bara bawa ke rumah ya." ucap gua.

Setelah itu gua pun masuk ke dalam kamar, malam ini niat nya gua mau telpon dia ternyata gua kelupaan untuk meminta nomornya.

"Palingan juga besok nongol tuh bocah di depan gedung." cetus gua.

Melihat nominal uang yang gua berikan kemungkinan hanya bisa digunakan sehari saja, pasti dia bakal nemuin gua buat minta kunci rumah atau pinjam uang lagi.

🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂

POV Manda

Semaleman Aku memikirkan mengenai keputusan ku untuk menikah dengan Pengacara gadungan itu lebih tepatnya memikirkan apa alasan orang itu mengajukan penawaran pernikahan yang notaben aku itu orang asing di hidupnya. Dan juga orang seperti dia tidak mungkin menyukaiku ya seperti yang kalian tau aku tidak seperti wanita idaman para kaum adam, pasti tipe nya bukan diriku.

Satu Atap Beda Pendapat Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang