Bab 11

228 185 148
                                        

💮💮💮💮💮💮💮💮💮💮💮💮💮💮

POV Manda

Aku pergi ke makam orang tuaku, rasanya sudah sangat lama aku ditinggalkan oleh mereka. Kenangan yang mereka torehkan semasa hidup masih selalu tersimpan di ingatan ku senyuman tulus, perlakuan manis, perlindungan yang selalu orang tua ku berikan hanya bisa ku simpan tidak bisa kurasakan kembali.

"Ayah Bunda, Yaya main kesini ya. Yaya kangen sama Ayah Bunda." ucap ku

Aku menceritakan semua hal yang akhir - akhir ini terjadi di dalam hidupku. Mulai dari pertemuan tidak sengaja dengan Pengacara gadungan sampai pertemuan kembali dengan mantan sahabatku. Ketika menceritakan di depan makam orang tua ku rasanya seperti seolah - olah mereka masih hidup. 2 jam aku habiskan di tempat ini, setelah kurasa hari sudah menjelang malam aku memutuskan untuk pulang. Sesampainya di depan rumah aku terkejut mendapati rumah ku yang sudah di segel rapat.

"Rumah ini disita." Aku membaca selebaran kertas yang di tempel di depan pagar rumah ku. Aku langsung mengetahui siapa dalang dibalik penyitaan rumah, aku pun segera menghubungi orang itu.

"Ada apa keponakan ku tersayang?" saut orang gila di seberang telepon yang aku yakini sebenarnya ia sudah mengetahui maksud aku menelponnya.

"Maksud anda apa? kenapa rumah saya anda sita?" tanya ku yang langsung to the point dan tidak ingin meladeni basa basi orang gila ini.

"Kemarin kan Om sudah bilang, Ayahmu mempunyai hutang dan rumah itu sebagai jaminan nya." jawab nya yang menyulutkan emosi ku.

"Anda bener - bener biadab! apa harta orang tua saya tidak cukup anda ambil. Kenapa satu - satunya peninggalan orang tua saya anda juga ambil? apa anda tidak punya hati?" teriakku yang sudah tidak bisa menahan tangis. Aku langsung mematikan telepon. Tidak sudi aku memohon kepada orang gila itu. satu nama terlintas di pikiran ku untuk membantu ku dalam menangani masalah ini.

"Bara." pikir ku.

Aku segera mungkin menuju firma hukum Bara, berharap dia belum pulang. Sesampainya di tempat, aku melihat firma hukum itu sudah tutup. Jam sudah menunjukkan pukul 8 malam, tidak ada firma hukum yang buka sampai jam segitu. Aku yang terlanjur bingung dan harus melakukan apa agar rumah ku kembali langsung terduduk di depan pintu firma hukum ini.

"Brug."

Aku yang tidak sadar ada seseorang yang membuka pintu firma hukum ini yang membuat aku terjungkal ke belakang. Aku yang sudah lelah dengan semua masalah ini memutuskan untuk tetap dengan posisi tiduran ini tanpa mau melihat siapa orang yang membuka pintu hingga membuatku terjungkal ke belakang.

"Oy, ngapain kamu disini?" tanyanya.

Mendengar suara yang sudah sangat aku hafal walaupun kita baru beberapa kali bertemu, orang ini yang selalu membantu ku, orang ini yang selalu ada dipikirkan ku ketika dalam masalah, orang ini yang membuat ku menangis, dan orang ini juga yang aku pukul sampai ku masukkan ke dalam bak air tapi tidak membalas. Orang ini adalah Bara. Mendengar suaranya membuat aku merasa terlindungi.

"Pak Bara bantu aku." pinta ku sambil mengulurkan tangan.

Melihat ku yang mengulurkan tangan, ia tidak juga menarik tangan ku melainkan melangkahi ku. Orang ini memang tidak bisa diajak kerja sama, baru saja tadi aku puji sekarang membuat ku kesal. Aku langsung berdiri sendiri dan menatap nya dengan tajam. Orang yang aku tatap hanya tersenyum mengejek. Aku ingin sekali membawa kepala nya lalu ku benturkan ke tembok tetapi untuk saat ini aku harus menahan emosi karena hanya orang ini yang bisa membantu untuk mendapatkan kembali rumah ku.

Satu Atap Beda Pendapat Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang