Bab 10

226 193 137
                                        

💮💮💮💮💮💮💮💮💮💮💮💮💮💮

POV Manda

Kemarin, Om gila mendadak menemuiku di rumah tanpa memberitahukan kedatangannya terlebih dahulu. Aku yang kaget dengan kedatangannya terpaksa menyuruhnya untuk masuk lebih tepatnya orang itu yang memaksa untuk masuk. Aku memang sangat membenci Om ku itu, semenjak harta keluargaku diambil paksa olehnya. Sekarang, dia dengan pedenya menyuruhku untuk meninggalkan rumah orang tuaku ini. Aku langsung menolaknya dan mengusirnya. Semaleman, aku tidak bisa tidur karena memikirkan ucapan orang gila itu, apalagi aku sangat hafal dengan wataknya, ketika ingin sesuatu pasti harus terwujud.

"Rumah ini tidak boleh jatuh ditangan orang gila itu." janjiku pada diri sendiri.

Pagi - pagi buta aku pergi menemui Pengacara gadungan lebih tepatnya aku ke gedungnya untuk menemuinya. Walaupun sulit untuk masuk tapi aku berusaha dengan caraku, dulu saja aku berhasil masuk masa ini enggak. Seperti biasa pintu masuk dijaga oleh Pak Satpam alias Pak Wawan.

"Pagi Pak, masih pagi udah jagain pintu aja." candaku untuk mengambil perhatian Pak Wawan.

"Mbak Manda lagi... Mbak Manda lagi... Mbak, tolong lah jangan mempersulit pekerjaan saya." pinta nya dengan tatapan memohon.

"Yaudah Pak, bantu saya makanya. Saya mau ketemu Pak Bara." jawab ku dengan senyum pepsodent.

"Gak bisa Mbak." ucap Pak Wawan dengan singkat, padat, jelas.

"Hmm saya tunggu disini aja deh Pak." Aku memilih untuk menunggu Pengacara gadungan di depan gedungnya karena aku malas untuk lari atau mengelabui Pak Wawan ini.

Setelah menunggu hampir 45 menit, laki - laki yang ku tunggu akhirnya menampakkan batang hidungnya. Aku ingin mendekatinya tapi melihat dia berjalan bersama beberapa orang yang salah satunya aku sangat mengenalnya, orang itu yang malas aku temui sekaligus pengambil harta keluargaku. Orang itu adalah Om gila.

"Ngapain orang gila kesini?" tanya ku pelan sambil memikirkan apa maksud dan tujuan orang gila itu ke firma hukum ini.

"Mbak, tadi kan Pak Bara di depan jalan kenapa gak disamperin?" ucap Pak Wawan yang bingung melihat ku tetap disini.

"Gpp Pak." Aku langsung keluar dari gedung hukum dengan banyak spekulasi dipikirkan ku, sebenarnya tujuan orang gila itu menemui Pengacara gadungan untuk apa.

Aku berjalan menuju parkiran untuk pulang dan mengurungkan niat untuk menemui Pengacara gadungan, sesampainya di parkiran aku bimbang antara pulang atau tetap menemui mereka karena rasa penasaran ku terhadap 2 orang itu makin menjadi - jadi akhirnya aku memilih untuk kembali ke tempat tadi.

"Manda, gak usah takut please." ucapnya untuk menguatkan diri.

Aku tidak jadi pulang malahan aku memilih balik ke tempat awal untuk menunggu hingga orang gila itu pergi. Bagaimana pun caranya aku akan menemui Pengacara gadungan itu, sepertinya aku harus menunggu lebih lama lagi.

"Loh Mbak gak jadi pergi?" tanya Pak Wawan yang bingung melihat ku kembali kesini.

Aku menggelengkan kepala dan duduk kembali sambil menunggu orang gila itu keluar.

🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂

1 jam lebih aku menunggu namun orang itu tidak juga keluar. Aku yang sudah bosan menunggu bersiap - siap untuk pergi.

"Pak Wawan, aku pergi dulu." ucap ku datar.

"Oke Mbak. Hati - hati di jalan." jawab Pak Wawan yang masih saja bingung melihatku sepertiga tidak terarah.

Satu Atap Beda Pendapat Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang