Chapter 16

1K 141 25
                                    

...

...

...

Mark menghela nafas kasar ke—entah berapa kalinya hari ini. Dia menoleh pada Renjun, dan kekasihnya yang biasanya selalu tenang itu sekarang terlihat sangat frustasi. Keduanya kemudian kembali memfokuskan pandangan pada Jaehyun yang duduk merenung di balkon kamarnya.

"Dia tidak akan lompat 'kan?" tanya Renjun pelan pada kekasihnya.

Mark menggeleng. Meski dia tidak tahu luka sebesar apa yang diderita Jaehyun saat ini, tapi dia tahu kalau hyungnya itu tidak akan berbuat senekat itu.

Menghela napas sekali lagi, kemudian Mark memutuskan untuk menghampiri Jaehyun. Bersama Renjun yang mengekor dibelakangnya. "Hyung," panggilnya.

Jaehyun menoleh. Memaksakan seulas senyum tipis. "Kalian sudah berada disini sejak pagi," katanya. "Bukan bermaksud mengusir, tapi kalian pasti punya kegiatan lain untuk dilakukan."

Kalimat itu jelas terdengar sarkas, tapi Mark tidak mempedulikannya. "Kau sendiri? Apa tidak punya kegiatan lain untuk dilakukan?" Mark balas bertanya.

Beberapa saat Jaehyun terdiam sebelum membalas Mark. "Kau ingat saat pertama kali aku bertanya padamu tentang jatuh cinta pada laki-laki?" tanyanya.

Mark dan Renjun saling tatap, lalu Mark menjawab. "Ingat."

"Semuanya dimulai sejak hari itu, Mark," Jaehyun menatap langit yang kini mendung. "Jatuh cinta ternyata semudah itu."

Mark dan Renjun diam mendengarkan. Membiarkan Jaehyun mengungkap seluruh kesahnya.

"Bertahun-tahun aku berusaha memiliki perasaan itu untuk Mina, tapi hanya butuh beberapa menit untuk melabuhkannya pada Doyoung." Jaehyun tersenyum tipis, mengingat lagi momen ciuman pertamanya bersama Doyoung.

"Waktu itu terasa sakit." Jaehyun masih ingat rasa perih ketika Doyoung menggigit lidahnya. "Tapi kali ini, rasanya jauh lebih sakit."

Renjun tanpa sadar menitikkan air matanya. Dia meremas lengan kemeja Mark, seperti ikut merasakan perih yang Jaehyun rasakan. Dia tidak berada disana saat itu. Renjun belum masuk kedalam dunia mereka waktu itu. Tapi raut wajah kakak kelasnya itu menyiratkan semuanya. Semua yang tidak bisa Jaehyun ucapkan, terukir jelas pada raut murungnya. Renjun prihatin.

Sementara, Mark tertegun ditempatnya. Semula dia mengira Jaehyun hanya terobsesi, tapi sepertinya tidak begitu.

Tidak ada satu orangpun yang boleh menghakimi Jaehyun. Karena tak seorangpun tahu ketulusannya pada Doyoung. Yang perlu diingat adalah, cara orang mencintai itu berbeda-beda.

...

...

...

Lucas pikir akan sangat sulit dan melelahkan untuknya dan Haechan, karena harus mengawasi Taeyong. Akan tetapi, sejak tadi dia hanya mendapati pemuda itu duduk diam di sofa cokelatnya—tidak melakukan apapun.

Sebenarnya, disaat seperti ini akan lebih baik jika Taeyong memaki atau memukulnya. Terasa lebih normal bagi Lucas. Taeyong yang diam saja begini, jadi sangat menakutkan. Bahkan sejak tadi Haechan terus meringkuk dibelakang tubuhnya.

"Sebenarnya mau berapa lama lagi kau berdiam diri seperti ini?" tanya Lucas akhirnya. Dia mulai jengah dengan diamnya Taeyong.

"Aku tidak punya cukup kekuatan, bahkan untuk memaki dirimu," balas Taeyong.

Lucas lega karena Taeyong akhirnya mau membalas ucapannya. "Mau kupesankan makanan?" tawarnya.

Taeyong kali ini mengalihkan tatapan pada dua orang yang sejak dia bangun tidur sampai saat ini, terus berada disekitarnya. "Bisakah kalian pergi?" katanya tanpa basa basi.

Crazy LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang