Chapter 12

1.8K 276 20
                                    

...

...

...

Doyoung menghempaskan tubuh letihnya pada kursi merah di salah satu bagian aula. Kursi yang sama, saat dulu dia datang pertama kali ke tempat ini, juga dengan ide yang sama. Menenangkan diri.

Matanya menatap lurus ke depan. Masih pemandangan yang sama, piano besar di atas panggung pertunjukkan. Doyoung berharap ada sebuah lagu yang mengalun dari sana, untuk menemani keheningannya. Mungkin, dengan beberapa musik, bisa membantu Doyoung merasa lebih relax.

Di pejamkannya mata, lalu mulai menyelami pikiran.

Doyoung memulainya dari pertemuan pertama dengan Taeyong, satu bulan yang lalu. Jabatan tangan yang sedari awal sudah menyesatkan. Sapaan canggung dari dua orang yang baru di pertemukan dengan status saudara tiri. Segalanya bermula dari sana. Kedatangannya ke Seoul, adalah takdir yang di berikan Tuhan melalui ibunya. Ya, ibunya yang jatuh cinta pada kebaikan hati dan kebijaksanaan tuan Lee—Ayah Taeyong.

Seoul dan Taeyong yang kemudian membawa Doyoung untuk bertemu dengan Jaehyun. Pemuda sialan yang mencuri ciuman pertamanya. Lebih sialnya lagi, Doyoung bahkan harus berbagi meja yang sama dengan Jaehyun selama masa-masa sekolahnya. Lalu, semua hal gila lain, terjadi lagi dan lagi, terus menerus menyerang Doyoung.

Kau menarik. Mau jadi kekasihku?

Itu adalah pertama kalinya bagi Doyoung mendapat pernyataan semacam itu. Gila sekali. Padahal saat itu, Jaehyun masih memiliki Mina di sisinya.

Mina, mulai sekarang kau harus hati-hati dan jaga baik-baik kekasihmu. Karena, semalam aku menyaksikan Jaehyun meminta seseorang untuk menjadi kekasihnya.

Tawa keras Mina masih jelas dalam pikiran Doyoung, ketika Taeyong memperingati gadis itu. Ingin rasanya Doyoung berbalik menertawai Mina setelah apa yang terjadi.

Jaehyun punya kebiasaan aneh ketika dia sedang mabuk. Ia akan menyatakan cinta pada siapa saja yang ada dihadapannya.

Mina pasti menyesali setelahnya, karena tidak mengindahkan peringatan dari Taeyong, dan, malah membuat pikiran semunafik itu.

Tapi, dari sanalah, perseteruan antara Taeyong dan Jaehyun di mulai. Sampai akhirnya, Doyoung menemukan tempat ini untuk melarikan diri dari kegilaan dua orang itu. Meskipun pada saat itu, Jaehyun berhasil menemukannya, dan merusak ketenangan yang coba Doyoung bangun.

Kita bisa menjadi gila bersama-sama.

Doyoung tahu, bahwa saat itu pula, dia resmi ikut dalam permainan yang semula hanya di isi oleh Taeyong dan Jaehyun. Sungguh gila.

Aku menyukaimu.

Setiap kalimat itu terngiang, Doyoung selalu ingat ciuman pertamanya dengan Taeyong, pada malam ketika pemuda itu menyatakan perasaannya. Sungguh malam yang canggung. Doyoung merasa berdosa saat ia begitu saja menerima kecupan Taeyong pada bibirnya. Kecupan yang manis, Doyoung begitu menyukainya.

Berlanjut pada kedatangan sahabat-sahabatnya dari Guri. Doyoung merasa hari itu adalah hari yang cukup baik dari semua hari yang pernah di lewatinya selama di Seoul. Meskipun, saat itu, Jaehyun dan Taeyong juga mengisinya.

Ciuman lainnya dengan Jaehyun. Doyoung mengakui kalau saat itu dia cukup menikmatinya. Dia bahkan masih menyimpan foto kiriman Winwin. Dan, setiap kali dia tidak sengaja menemukan foto itu dalam galerinya, dia akan merasa memerah entah mengapa.

Ah, Doyoung begitu ingin menghubungi Winwin, atau Jinyoung, atau bahkan Jisoo, saat ini. Tapi, dia tidak mau mengaktifkan ponselnya. Doyoung tahu kalau saat ini, Taeyong dan Jaehyun pasti sedang mencarinya. Doyoung berharap, tempat ini tidak akan ada dalam pikiran kedua orang itu. Doyoung butuh sendiri, sekali saja.

Crazy LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang