Chapter 4

3.6K 471 55
                                    

...

...

...

Doyoung merasa ia sungguhan gila ketika merasakan gigitan dan hisapan kuat yang diberikan Jaehyun pada lehernya. Ia gila karena ia menikmatinya. Jemari panjangnya meraih kerah seragam Jaehyun dan meremas bagian itu kuat.

Sekuat tenaga pula dia menggigit bibirnya agar desahan nikmat itu tak keluar. Dan Doyoung merasa ia benar-benar dipermainkan ketika Jaehyun menyudahi aktivitasnya. Pemuda itu menyeringai melihat wajah merah Doyoung dan bibir Doyoung yang mengeluarkan darah segar.

Doyoung memekik antara merasa terkejut dan nikmat karena Jaehyun yang tanpa aba-aba menyelimuti bibirnya dengan milik pemuda itu. Ciuman itu terasa nikmat dan perih bagi Doyoung. Tapi merasakan betapa semangatnya bibir Jaehyun bermain diatas bibirnya, Doyoung tahu Jaehyun hanya merasakan nikmat.

Jaehyun bahkan menutup matanya, dan semakin mendorong Doyoung hingga tubuhnya terhimpit sempurna dengan pinggiran piano. Doyoung tak hanya merasakan Jaehyun memakan penuh bibirnya, tapi juga darahnya. Setiap Jaehyun menghisap bibirnya, darah segar yang lain keluar dan memberikan rasa perih sekaligus nikmat untuk Doyoung. Lagi-lagi ciumannya dan Jaehyun terasa seperti ini.

Pemuda itu —Jaehyun—kembali menyeringai setelah ia mengakhiri ciumannya. Lalu menatap wajah Doyoung lekat-lekat. "Ciuman ini tetap terasa nikmat meski lidahku tidak bermain didalam rongga mulutmu." Ujarnya.

Mendengar ucapan itu, Doyoung tersenyum meremehkan. "Kau takut lidahmu terluka lagi, kan?"

Jaehyun tertawa. "Ya. Seandainya kau tahu menggunakan gigi untuk hal-hal yang nikmat, aku pasti akan sangat menyukainya."

Doyoung baru akan membuka mulutnya untuk membalas ucapan Jaehyun, tapi pemuda itu sudah menyeretnya paksa menuju kesisi kiri panggung yang gelap. Jaehyun lagi-lagi mendorong dan menghimpit tubuh Doyoung pada dinding.

Doyoung hampir mengeluarkan sumpah serapahnya untuk Jaehyun sebelum ia mendengar pintu Aula yang terbuka dan telapak tangan Jaehyun yang membekap kuat mulutnya. Doyoung melotot, sementara Jaehyun mengintip dari balik dinding. Seseorang datang. Langkah kakinya terdengar jelas sekali, menggema keseluruh ruangan. Juga suara nafas yang terengah-engah, seseorang itu pasti habis berlari untuk sampai ketempat ini.

Doyoung bimbang memilih antara memaksa lepas dari kungkungan Jaehyun, atau tetap diam bersama pemuda itu. Ia penasaran sekali dengan seseorang yang ada didepan panggung sana. Apakah dia orang yang dapat membantu Doyoung untuk lepas dari Jaehyun, atau dia orang yang lebih berbahaya lagi dari Jaehyun?

"Tidak ada disini juga?" Tapi suara itu meyakinkan Doyoung sepenuhnya. Suara itu adalah milik Lee Taeyong. Lagi-lagi pemuda itu datang disaat-saat yang hampir tepat. Kenapa hampir tepat? Yah! Karena maaf saja ya, Doyoung terlalu gengsi untuk berterimakasih dan lagipula Taeyong selalu datang setelah dia dibuat gila oleh Jaehyun.

Rencana Doyoung sekarang adalah melepaskan diri dari Jaehyun dan berlari menuju Taeyong, tapi begitu matanya bertemu dengan milik Jaehyun—yang juga sedang menatapnya, pemuda itu seratus persen sudah mengetahui isi kepala Doyoung —failed. Doyoung memutar kedua bola matanya jengah. Ia harus memikirkan rencana baru—

"Akh!" —atau tak perlu berpikir lagi, karena ketika dia menemukan Jaehyun lengah sedikit untuk mengintip Taeyong, Doyoung lagi-lagi harus mengandalkan gigi kelincinya untuk melukai bagian lain dari tubuh Jaehyun. Dan kali ini adalah tangan.

Rasakan! Doyoung berteriak senang dalam hati saat mendengar pekik kesakitan Jaehyun. Aula yang mulanya tenang dan hening, kini menjadi gaduh seketika. Jaehyun menghiraukan rasa sakit ditangannya, dan mencoba meraih Doyoung yang sudah berlari meninggalkannya.

Crazy LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang