Part ini seharusnya dipublish besok. Tapi nggak jadi. Sekarang aja, ya?
***
Semalaman ini aku susah untuk tidur, pikiranku sudah kemana-mana. Memikirkan hal-hal buruk yang belum tentu terjadi. Aku takut kak Abyan menganggap aku yang bukan-bukan karena berani mengechat dia. Padahal, 'kan kita belum saling kenal saat itu.
Sesuai rencana semalam, selepas salat subuh Yumna sudah siap untuk menelepon kakaknya guna menjelaskan semua.
"Nggak tunggu siangan aja dulu, Na?" tanyaku pada Yumna, entah sudah berapa kali kutanyakan ini. Pasalnya, sekarang baru jam lima lewat sedikit. Takut mengganggu.
"Sekarang aja. Kak Abyan udah bangun pasti. Habis sholat subuh biasanya udah nggak tidur lagi," jelasnya.
Nara mengangguk setuju, "Biar nggak ketunda. Lo nya jadi tenang."
"Gue telepon sekarang, ya?" setelahnya Yumna mengarahkan tangan ditelinganya.
"Halo, assalamu'alaikum, kak?"
"..."
"Ini, Yumna mau jelasin sesuatu." jeda sebentar sebelum ia melanjutkan, "Semalam kakak lihat story WA temen Yumna, 'kan?"
"..."
"Kakak juga inget, setahun lalu dia ngechat suruh nge-save nomornya?"
"..."
"Nah, sebenarnya itu tuh, kerjaan aku, Adina sama Nara. Itu nomor Aiza, kita iseng ngechat kakak. Nggak nyangka bakalan di save beneran."
"..."
"Oh, oke, assalamu'alaikum."
Panggilan terputus. "Apa kata kakak lo?" Nara mewakili pertanyaanku.
"Katanya dia udah tau."
"Hah? Maksudnya, selama ini dia udah tau kalo itu gue?" tanyaku panik.
"Katanya tuh gini," Yumna memperbaiki posisi duduknya, "'Iya, kakak udah tau kalau itu nomor Aiza'." Yumna memperagakan apa yang dikatakan kak Abyan.
"Lha, terus kenapa semalam di chat dia tanya 'Jadi, kamu temannya Yumna?' gitu."
"Eh iya ya, bener kata Adina. Katanya di telepon udah tau kalau itu Aiza, tapi semalam chatnya kaya yang kaget. Apa basa-basi doang, ya?" Nara menimpali.
Yumna mengedikkan bahu, "Gue nggak nanya itu tadi. Nanti deh pas pulang kerumah gue tanya, ya?"
"Udahlah, yang penting dia udah tau kalo itu bukan gue yang ngechat. Gue udah tenang."
Setelahnya, kami membereskan peralatan salat tadi, kemudian turun kebawah untuk membantu bunda membuat sarapan.
***
"Pagi bun," Sapa Yumna saat melihat Bunda yang sedang berkutat di meja dapur.
"Pagi, Na.""Mau masak apa bun?" tanyaku saat melihat beberapa sayuran disana.
"Pagi ini bikin nasi goreng. Kalau sayurannya untuk makan siang, tapi bunda mau bersihin sekarang."
"Yaudah, aku yang masak nasi gorengnya ya?" aku bergerak ke arah kompor, mengambil wajan dan memanaskan minyak disana. Untuk bumbunya, sudah disiapkan oleh bunda. Yumna sudah duduk disamping bunda untuk membantu. Sedangkan Adina dan Nara, membuatkan susu untuk kami dan kopi untuk Ayahku."
KAMU SEDANG MEMBACA
Stalker Hijrah
Roman pour AdolescentsDisini kalian akan kuceritakan tentang diriku, si pengagum rahasia yang tidak hanya mengagumi satu orang, tapi bisa lebih dari itu. Hanya sebatas mengagumi. Karena pada akhirnya, ia terjebak pada satu pria. Pria itu, yang akan jadi tokoh utama dal...