Halo, Assalamu'alaikum.
Saranku, baca pelan-pelan dan resapi ya, huhu.Happy reading, guys!
***
Terima kasih karena masih menunggu saya. Sampai saya pantas untuk jemput kamu.
-Abyan Atharama.
Malam ini, aku sibuk bersiap untuk pergi makan malam bersama ketiga sahabatku. Sesuai ucapan Yumna tadi di telepon. "Jam tujuh udah di cafe Alamanda, ya, Za. Jangan telat!"
Aku segera meraih sling bag warna biru pastel, senada dengan warna jilbabku. Dengan tergesa membuka pintu kamar, menuruni tangga dengan membawa flat shoes di tangan.
Aku tersenyum kala berpapasan dengan Bunda di ruang keluarga. "Memangnya mau kemana, sih? Rapi banget, nggak kaya biasanya kalau jalan bareng temen pake baju simple."
Setelah flat shoes terpakai, aku berdiri sambil mengedikkan bahu. "Katanya sih, makan malam biasa di cafe. Aku juga kurang tau, mendadak soalnya," jelasku pada Bunda. Aku meraih tangannya untuk disalimi. Lalu bergegas keluar menuju teras bersama Bunda.
Kudapati Ayah yang tengah berbincang dengan temannya di teras. "Yah, Aiza pergi, ya?"
Aku meraih tangan Ayah. "Iya, pulangnya jangan terlalu malam. Kalau kemaleman, suruh Bang Agam anterin." Aku mengernyit bingung. "Lho, memangnya Abang ikut?" tanyaku pada Ayah.
"E-eh, nggak tahu juga, sih." Ayah kelihatan gugup sekarang. "Cuma nebak doang, siapa tau nemenin Yumna, kan?" Aku hanya mengangguk, masuk akal juga. Bang Agam memang sedikit rempong dan selalu merecoki kita sedari dulu.
"Yaudah, Aiza berangkat, Assalamu'alaikum." Sebelum pergi, aku menyempatkan untuk senyum pada teman Ayah. "Mari, om." Dan dibalas anggukan olehnya.
Mobilku melaju dengan kecepatan normal, menyatu dengan kemacetan kota.
Seperti biasa, jalanan sedikit macet. Untungnya tidak sampai membuat mobilku berhenti berjam-jam di satu titik dan akan berjalan lambat seperti siput.
Kulirik jam di pergelangan tangan kiri menunjukan pukul enam lebih empat puluh menit. Belum terlambat. Mungkin sekitar sepuluh menit aku sudah sampai di tempat tujuan.
Setelah sampai, aku memarkirkan mobil dan turun. Mengedarkan pandangan mencari siapa tahu ada salah satu temanku disana.
Tanganku bergerak untuk menelepon Yumna.
"Assalamu'alaikum, Na? Dimana?"
'Wa'alaikumussalam, langsung ke rooftopnya, Za. Kita udah di atas semua." Setelahnya, panggilan terputus. Aku berjalan masuk mengikuti perintah Yumna.
"Mbak Aiza, ya?"
Aku mengangguk. "Ayo, ikut saya." Tanpa banyak tanya, aku mengikuti lelaki yang bisa kutebak adalah pekerja di cafe ini. Entah sebagai apa. Aku juga tidak memperdulikan tentang dia yang sudah mengetahui namaku. Sepertinya memang makan malam ini cukup spesial.
Tunggu, " Saya baru sadar Cafenya sepi. Apa di booking, ya?"
"Iya, mbak." Setelah mengatakan itu, pelayan membuka pintu yang langsung menuju ke rooftop. Aku sedikit terkejut saat melihat, ternyata sudah dihias dengan sangat indah.
Setelah melihat ketiga sahabatku, aku berjalan menuju meja mereka. "Hai, kalian udah lama? Ini siapa yang nyiapin, sih?"
"Duduk dulu," pinta Nara. Kami berpelukan sesaat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stalker Hijrah
Fiksi RemajaDisini kalian akan kuceritakan tentang diriku, si pengagum rahasia yang tidak hanya mengagumi satu orang, tapi bisa lebih dari itu. Hanya sebatas mengagumi. Karena pada akhirnya, ia terjebak pada satu pria. Pria itu, yang akan jadi tokoh utama dal...