19

519 75 15
                                    

sorry for the late late late update 🙏🏻
happy reading!

☘️☘️☘️

Dipta melangkah perlahan memasuki kamar Jay. Pemuda itu langsung merebahkan diri ke kasur setelah menaruh tas-nya di kursi dekat pintu. Ia menghirup banyak udara, kemudian dihembuskan dengan keras. Dipta melakukan hal tersebut berulang kali hingga merasa beban yang ia pikul dalam pundak dan pikirannya berkurang.

"ANJIR! KAPAN LO DATENG!?"

Jay terkejut kala mendapati Dipta yang rebahan di kasurnya saat ia keluar dari toilet yang terdapat di kamar. Sebuah rutinitas kecil saat pulang sekolah yang Jay lakukan ialah mencuci muka dan juga kaki serta tangan sebelum benar-benar melepas penat.

"Barusan," jawab Dipta dengan enteng.

Jay berjalan ke arah lemari, mengganti seragam sekolah dengan kaos dan celana yang lebih santai. Panas matahari begitu menyengat hari ini, jadi ia berinisiatif untuk menyalakan AC agar suhu ruangan lebih adem.

"Capek banget, Jay. Gue numpang rebahan dulu, ntar sore balik. Bangunin jam lima," pinta Dipta saat Jay perlahan berjalan menghampiri dirinya. Jay berdecak saat netranya bergulir memandangi Dipta yang masih memakai sepatu.

"Ck, lepas dulu itu sepatu lo. Kamar gue ntar kotor, yang kena marah gue lagi," ujar Jay sembari menendang kaki Dipta, membuat empunya mendengus keras.

"Lepasin, kek,"

"Manja amat lo. Sama Ayra aja sok gentle," walau sebenarnya malas, Jay melakukan apa yang diminta oleh Dipta. Ia membuka sepatu di kedua kaki Dipta dan meletakkan di bawah kasur.

"Iya, lah. Depan Ayra harus gentle, mana berani gue manja-manjaan kaya lo dulu," ucapan Dipta dibalas dengan decakan juga kepalan tangan oleh Jay, membuat pemuda Darmawangsa itu tertawa geli karena reaksi Jay yang menurutnya lucu.

Jay ikut merebahkan diri di samping Dipta. Sebelumnya ia mengambil sebuah headphone dan memutar lagu Less of You yang dinyanyikan oleh Keshi.

Suasana hening menyergap mereka. Jay yang asik mendengarkan lagu, juga Dipta di sebelahnya yang terlihat memejamkan mata. Hanya suara AC yang samar-samar terdengar.

Jay melirik Dipta yang tidur memunggunginya, kemudian memandangi pemuda itu lamat-lamat. Sekelebat kejadian di masa lalu mulai menghampiri ingatan Jay. Bagaimana ia dan Dipta yang sama-sama anak tunggal, tumbuh bersama.

Dipta sudah seperti saudara bagi Jay. Di saat menghadapi kerasnya sang Papa terhadap dirinya, Dipta dan keluarganya hadir memberi semangat pada Jay. Jay sangat bersyukur, ia masih memiliki orang-orang yang peduli padanya.

Saat itu Jay masih berusia 12 tahun, dimana ia sedang berada di masa-masa terakhir sekolah dasar. Di sekolah, Jay diam-diam bercerita pada Dipta bagaimana Papa memaksa dirinya untuk les di sana-sini, juga menyuruh untuk belajar hingga tengah malam.

Can I? | 𝐉𝐚𝐲 𝐄𝐧𝐡𝐲𝐩𝐞𝐧 [ ON HOLD ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang