10

536 107 5
                                    

jangan lupa tekan bintang yg ada di pojok kiri bawah. gratis, kak 😢

 gratis, kak 😢

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

☘️☘️☘️


Ayra berjalan keluar dari kelas dengan lesu. Dita yang memahami perasaan Ayra itu lantas merangkul sembari mengusap pundak sahabatnya dengan lembut. Jaki yang wajahnya sudah babak belur berjalan di belakang kedua gadis tersebut dengan tas yang ia sampirkan hanya di pundak kanan.

"Hari ini Abang lo yang jemput kaya biasa? Atau mau pulang bareng gue aja?" tawar Dita pada Ayra. Gadis Naeswari itu menggeleng pelan lantas menjawab pertanyaan Dita dengan lirih, "Sama Bang Kaivan aja. Gue mau cepet-cepet sampe rumah biar langsung tiduran. Kepala gue pusing,"

Dita hanya mengangguk mengiyakan tanpa bertanya lagi. Kasihan juga melihat Ayra yang sedari tadi pucat, merintih jika kepalanya terasa pusing.

Jaki yang biasanya suka ikut menimpali kini terdiam. Dalam hati merasa bersalah membuat Ayra menjadi tidak seceria biasanya. Tapi di satu sisi ia juga lega karena bisa memukul Jay walau keduanya langsung diseret ke ruang BK karena baku hantam tadi.

"Ra, gue minta maaf," ucap Jaki dengan kepala menunduk. Mereka bertiga berhenti melangkah ketika Jaki akhirnya mengeluarkan suara. Ayra menghela napas kemudian berbalik menghadap Jaki. "Gapapa, Jak. Lain kali jangan ikut campur urusan gue lagi, ya. Gue gak mau lo kena masalah sampe harus dipanggil ke ruang BK kaya tadi. Gue juga gak mau lo kenapa-kenapa,"

"Lihat tuh, muka lo jadi jelek banget karena banyak memarnya," ujar Ayra diselingi tawa kecil.

"Hm. Sekali lagi maaf ya, Ra. Lo sampe pusing gini pasti karena kejadian tadi, kan?" kata Jaki dengan sorot mata khawatir. Ayra hanya tersenyum tipis.

"Pake nanya lagi lo. Jelas Ayra jadi pusing karena teriakin lo terus yang gak mau berhenti pukulin Jay," timpal Dita yang disambut pelototan dari Jaki.

"Kalo Jay gak ngeselin ya, mana mungkin gue pukulin dia kaya tadi. Suruh siapa jadi orang sok banget," sahut pemuda Dirgantara tersebut.

Ayra terkekeh. Perlahan rasa pusing di kepalanya berkurang karena merasa terhibur oleh dua orang yang sedang bersamanya.

"Makasih, Jak," ucap Ayra tiba-tiba yang membuat Jaki dan Dita menoleh bersamaan ke arahnya. Mereka berdua menunggu ucapan Ayra selanjutnya.

"Makasih karena lo udah peduli sama gue. Agak kesel sih, tadi karena lo mukulin Jay. Tapi setelah gue pikir-pikir, Jay emang pantes buat dipukulin. Gue sakit hati banget tadi karena dia ngasih pemberian Ayah ke orang lain," lanjut Ayra diiringi senyum tipis.

Can I? | 𝐉𝐚𝐲 𝐄𝐧𝐡𝐲𝐩𝐞𝐧 [ ON HOLD ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang