happy reading!
☘️☘️☘️
Pagi ini Ayra datang agak siang ke sekolah sebab dirinya yang terlambat bangun membuat gadis itu selama di jalan meminta maaf pada Dipta karena membuat pemuda itu menunggu terlalu lama. Dipta berulang kali menenangkan Ayra bahwa itu bukan masalah yang besar, mereka masih ada waktu sebelum bel berbunyi.
Sampai di sekolah tentu saja banyak mata yang menatap Ayra dengan Dipta, terlebih saat ini Dipta menggandeng tangan Ayra selama berjalan menuju kelas. Bisik-bisik itu memasuki rungu Ayra, membuat Ayra sedikit risih walau ia sering mengalaminya dulu saat bersama Jay. Ayra masih tidak terbiasa menjadi pusat perhatian.
Dipta tersenyum kecil menyadari kegelisahan Ayra, pemuda itu membungkuk lalu berbisik tepat di telinga gadis itu, "Gapapa, lo aman selama ada di deket gue. Jangan dengerin mereka,"
"Gue cuma masih gak terbiasa," balas Ayra dengan suara kecil.
"Harus terbiasa, sama orang ganteng resikonya emang gini,"
Ayra terkekeh mendengar jawaban Dipta, lalu menggelengkan kepala.
Dipta mengantar gadis itu sampai di depan kelas. Sebelum ia melanjutkan langkah ke kelas sebelah, pemuda Darmawangsa tersebut menepuk puncak kepala si Naeswari, lalu berganti mencubit pipi kecil milik gadis itu.
"Semangat belajarnya, pacar. Nanti kita makan siang bareng di kantin, ya," ucapnya diiringi senyum hingga menampilkan deret giginya yang rapi. Ayra mengangguk-anggukan kepalanya lalu berusaha melepas cubitan milik Dipta.
"Iya-iya. Tapi cubit pipinya jangan keras-keras, sakit tau!" protes gadis itu.
Dipta tertawa kecil, kemudian tangannya kembali menguyel-uyel pipi Ayra. "Suruh siapa jadi cewek gemes banget,"
"Gak ada yang suruh, udah dari lahir begini," jawaban Ayra membuat Dipta semakin gemas hingga laki-laki itu sekali lagi mencubit pipi milik kekasihnya hingga gadis itu berteriak. "Sakit!"
"Gemes abisnya. Yaudah gue ke kelas dulu, ketemu nanti pas istirahat. Dah, pacaaarr,"
Dipta melambai dan melangkah menjauhi Ayra yang sedang melambai juga ke arahnya dengan senyum yang tercetak lebar. "Dadahhh,"
Begitu Dipta sudah hilang dari pandangannya, Ayra bergegas masuk ke kelas dan menaruh tas miliknya ke kursi. Di kursi depan, sudah ada Jaki yang sibuk membaca sebuah buku. Pemuda itu menyadari kedatangan Ayra, mendengarkan semua obrolan gadis itu dengan Dipta. Ia ingin menoleh sejenak sekedar untuk menyapa Ayra, namun mengingat kejadian kemarin membuatnya urung. Ayra pasti masih marah padanya.
Sedangkan Ayra yang melihat Jaki fokus pada bukunya memilih abai, saat ini ia tidak ingin berbicara pada pemuda tersebut, sebab kejadian kemarin benar-benar membuat Ayra kecewa dengan Jaki yang selalu mengambil keputusan sendiri, jadi ia memilih untuk diam dan menunggu kedatangan Dita.
KAMU SEDANG MEMBACA
Can I? | 𝐉𝐚𝐲 𝐄𝐧𝐡𝐲𝐩𝐞𝐧 [ ON HOLD ]
Fanfic❝𝐖𝗁𝖾𝗇 𝗒𝗈𝗎 𝖺𝗋𝖾 𝖿𝗈𝗋𝖼𝖾𝖽 𝗍𝗈 𝖿𝗈𝗋𝗀𝖾𝗍 𝗂𝗍, 𝖾𝗏𝖾𝗇 𝗍𝗁𝗈𝗎𝗀𝗁 𝗒𝗈𝗎 𝗌𝗍𝗂𝗅𝗅 𝗅𝗈𝗏𝖾 𝗁𝗂𝗆. 𝖳𝗁𝖺𝗍 𝗂𝗌 𝖺 𝗋𝖾𝖺𝗅 𝗉𝖺𝗂𝗇.❞ ✎┊𝑊𝑟𝑖𝑡𝑡𝑒𝑛 𝑏𝑦 𝑷𝒊𝒊𝒏𝒌𝒊𝒆𝒃𝒍𝒖𝒆 ©𝙲𝚊𝚗 𝙸, 2021